Tren Ekbis

Right Issue dan Private Placement Disetujui, PALM Incar Investasi di Industri Media

  • PALM optimistis langkah strategis ini bisa jadi momentum untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan, apalagi dengan tren perbaikan kondisi pasar di 2025 yang mulai terlihat.
WhatsApp Image 2025-06-25 at 17.14.00.jpeg
Public Expose PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM). (TrenAsia/Idham Nur Indrajaya)

JAKARTA - PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) resmi mendapat lampu hijau dari para pemegang saham untuk menjalankan dua langkah besar dalam memperkuat struktur keuangannya, yakni melalui aksi korporasi Rights Issue dan Private Placement.

Persetujuan tersebut disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta Rapat Umum Pemegang Saham Independen (RUPSI) yang digelar pada Rabu, 25 Juni 2025, di Jakarta. 

Dalam rapat tersebut, pemegang saham menyetujui rencana PALM untuk menerbitkan maksimal 4,71 miliar saham baru melalui skema Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) alias Rights Issue. 

Selain itu, PALM juga akan membuka peluang menerbitkan hingga 1,57 miliar saham baru melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau yang biasa disebut Private Placement.

Presiden Direktur PALM, Tri Boewono, menjelaskan bahwa langkah strategis ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang perusahaan untuk memperluas cakupan investasinya di sektor-sektor unggulan seperti sumber daya alam, teknologi, media, telekomunikasi, hingga logistik.

“Langkah ini penting buat mendorong kinerja dan memperkuat struktur permodalan perusahaan. Harapannya, tentu saja bisa kasih nilai tambah maksimal buat para pemegang saham,” ujar Tri saat memberikan keterangan dalam sesi paparan publik setelah RUPST/LB/I, Rabu, 25 Juni 2025. 

Menurut Tri, dukungan dari para pemegang saham mencerminkan keyakinan mereka terhadap strategi yang sedang dijalankan perusahaan. Dia menegaskan bahwa dana yang nantinya diperoleh dari Rights Issue maupun Private Placement akan digunakan secara selektif, disiplin, dan terukur.

“Kami akan manfaatkan dana hasil aksi korporasi ini untuk memperkuat posisi keuangan sekaligus mengembangkan portofolio investasi PALM secara berkelanjutan,” katanya.

Tri juga menegaskan komitmen PALM terhadap prinsip tata kelola perusahaan yang baik. “Transparansi dan akuntabilitas adalah hal yang wajib. Kami akan pastikan seluruh proses aksi korporasi ini berjalan sesuai aturan dan tetap memberikan manfaat jangka panjang bagi semua pemegang saham dan stakeholder lainnya,” imbuhnya.

Dalam keterangannya, manajemen PALM mengimbau kepada para pemegang saham untuk lebih cermat dan tidak melewatkan kesempatan dalam Rights Issue ini. 

Pasalnya, ada potensi dilusi atau penurunan persentase kepemilikan saham bagi pemegang saham yang tidak menggunakan haknya untuk membeli saham baru tersebut.

Baca Juga: Top! Saratoga Bagikan Dividen Rp200 Miliar

Kinerja Keuangan PALM: Solid di Tengah Gejolak Pasar

Di tengah rencana ekspansi melalui aksi korporasi, PALM juga menunjukkan performa yang cukup solid dari sisi keuangan. Hingga kuartal pertama tahun 2025, total aset perusahaan tercatat mencapai Rp7,40 triliun. Dari angka tersebut, nilai total portofolio investasinya menyentuh angka Rp7,28 triliun.

Beberapa investasi utama PALM berada pada perusahaan-perusahaan publik ternama, antara lain:

  • PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA): Rp2,39 triliun
  • PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA): Rp1,93 triliun
  • PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP): Rp1,93 triliun
  • PT XL Axiata Tbk (EXCL): Rp200,64 miliar

Selain itu, PALM juga menyimpan investasi di sejumlah perusahaan nonpublik dengan total nilai sekitar Rp829,40 miliar.

Direktur Investasi dan Portofolio PALM, Ellen Kartika, menegaskan bahwa nilai-nilai tersebut dicatat berdasarkan metode Mark to Market, yang berarti semua portofolio investasi dinilai sesuai harga pasar terkini.

“Kami mencatat investasi berdasarkan nilai pasar saat ini. Jadi, angka-angka yang tertulis mencerminkan kondisi yang aktual dan transparan,” jelas Ellen.

Namun, Ellen juga menekankan bahwa fluktuasi nilai investasi yang terlihat sebagai kerugian dalam laporan keuangan masih tergolong unrealized loss, alias kerugian yang belum direalisasi. 

Dengan kata lain, itu lebih karena pengaruh volatilitas pasar, bukan karena aset investasinya mengalami penurunan nilai secara fundamental.

“Kerugian yang muncul itu sifatnya masih sementara, dan kami yakin fundamental dari portofolio kami tetap kuat,” tegasnya.

Optimisme Menatap Masa Depan

PALM optimistis langkah strategis ini bisa jadi momentum untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan, apalagi dengan tren perbaikan kondisi pasar di 2025 yang mulai terlihat. Ellen menyebutkan bahwa perusahaan berada dalam posisi yang siap untuk memaksimalkan nilai dari portofolio investasinya.

“Kami percaya kondisi pasar akan membaik dan hal itu akan berdampak positif terhadap kinerja PALM. Dengan struktur permodalan yang kuat, kami siap mendorong pertumbuhan dan memberikan hasil terbaik untuk para investor,” kata Ellen.