Tren Ekbis

Relokasi Pabrik China: Peluang Industri dan Cara Kerja di Sektor Tekstil RI

  • Untuk memasuki industri tekstil dan produk tekstil (TPT), terdapat berbagai jenjang pendidikan formal mulai dari vokasi hingga universitas. Masing-masing memiliki fokus yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan industri.
pabrik-sritex-bloomberg-via-getty-imagesbloomberg-2_169.jpeg
Karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau biasa dikenal Sritex. (Dok/Bloomberg)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia dinilai berpotensi kembali memasuki masa kejayaannya setelah sembilan perusahaan besar asal China dikabarkan berminat merelokasi pabriknya ke Indonesia. 

Informasi tersebut disampaikan Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, yang menyebut perusahaan-perusahaan tersebut melirik Indonesia sebagai basis produksi baru akibat hambatan ekspor langsung dari China ke Amerika Serikat.

Bila benar terjadi, relokasi ini diperkirakan tidak hanya memperkuat kapasitas produksi nasional, tetapi juga meningkatkan kebutuhan tenaga kerja terampil di berbagai lini industri tekstil mulai dari pemintalan, pertenunan, hingga garmen. 

Dengan meningkatnya permintaan tenaga ahli vokasi, pemerintah dan institusi pendidikan kini memperkuat program pembelajaran untuk mencetak lulusan siap kerja.

Salah satu tantangan utamanya adalah memastikan ketersediaan SDM yang memenuhi standar industri modern. Berikut gambaran lengkap mengenai pendidikan, keterampilan, dan cara kerja di industri tekstil Indonesia.

Baca juga : Denda Tambang Ilegal Rp6,5 Miliar per Hektare, Sekadar Tambal Bocor?

Pendidikan dan Jalur Masuk ke Industri Tekstil

Untuk memasuki  tekstil dan produk tekstil (TPT), terdapat berbagai jenjang pendidikan formal mulai dari vokasi hingga universitas. Masing-masing memiliki fokus yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan industri. Dari sejumlah lembaga pendidikan, berikut sederet perguruan tinggi yang meyediakan jurusan berkaitan dengan industri tekstil.

1. AK-Tekstil Solo 

Akademi Komunitas Industri Tekstil & Produk Tekstil Surakarta – D2 Terapan, Sebagai lembaga pendidikan di bawah Kementerian Perindustrian, AK-Tekstil Solo menawarkan tiga program D2 yang sangat praktis meliputi,

  • Teknik Pembuatan Benang
  • Teknik Pembuatan Kain Tenun
  • Teknik Pembuatan Garmen

Ciri khasnya lembaga pendidikan ini meliputi aspek berikut,

  • Biaya pendidikan sangat terjangkau (Rp 1,2 juta/semester).
  • Sistem dual system, menggabungkan kuliah di kampus dan praktik industri.
  • Lebih dari 50 mitra perusahaan yang menyerap lulusan.
  • Lulusannya banyak bekerja sebagai operator, teknisi, dan supervisor lini produksi.

2. Politeknik STTT Bandung – Vokasi D3, D4, Magister Terapan

Politeknik tertua di sektor tekstil ini merupakan pusat pendidikan vokasi di bawah Kemenperin. Fokusnya meliputi beberapa aspek berikut,

  • Penguasaan teknologi pemintalan, pencelupan, finishing, hingga manajemen industri.
  • Menyediakan jalur prestasi tanpa tes.
  • Banyak digunakan sebagai rujukan standardisasi kompetensi nasional.

3. Telkom University – S1 Kriya (Fashion & Textile Design)

Jurusan ini berfokus pada,

  • Desain tekstil dan fashion
  • Pengembangan motif, warna, dan material
  • Penggabungan kreativitas dengan teknologi ICT
  • Lulusannya banyak bekerja sebagai desainer tekstil, fashion designer, atau product developer.

4. Universitas Islam Indonesia (UII) – S1 Rekayasa Tekstil

Satu-satunya program S1 teknik tekstil di Indonesia. Keunggulannya meliputi beberapa aspek berikut,

  • Kurikulum mengacu standar ABET internasional
  • Bekerja sama dengan Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI)
  • Memperkuat kompetensi rekayasa material, polimer, dan teknologi tekstil tingkat lanjut

Standar Keterampilan Kerja di Industri Tekstil

Untuk bekerja di industri tekstil modern, perusahaan biasanya mencari kandidat dengan keterampilan berikut:

1. Kompetensi Teknis

  • Mengoperasikan mesin pemintalan, pertenunan, atau sewing.
  • Memahami alur produksi: mulai dari fiber → yarn → fabric → garment.
  • Memahami QC (quality control) dan parameter mutu produk.
  • Mampu membaca SOP, machine settings, serta instruksi kerja.

2. Sertifikasi dan Pelatihan

Sertifikasi yang paling sering diminta perusahaan meliputi,

  • K3 (Keselamatan & Kesehatan Kerja) Kemnaker
  • Sertifikasi okupasi tekstil (operator spinning, operator weaving, pattern maker, dsb.)
  • Penggunaan mesin modern seperti air jet loom, ring spinning, hingga CAD untuk garmen.

3. Soft Skills

  • Ketelitian dan kedisiplinan mengikuti standar produksi
  • Kemampuan kerja tim di lingkungan pabrik
  • Toleransi terhadap shift malam
  • Kemampuan membaca instruksi teknis dan menghitung dasar produksi

Baca juga : Strategi Jitu Klaim Promo 12.12 untuk Belanja Online

Bagaimana Sistem Kerja di Pabrik Tekstil?

Bagi pemula, industri tekstil sering dianggap berat, namun struktur kerjanya cukup sistematis dan sangat terstandarisasi.

1. Bekerja Berdasarkan Standar ISO & SOP

Sebagian besar pabrik tekstil menerapkan:

  • ISO 9001 (manajemen mutu)
  • ISO 14001 (lingkungan)
  • Sistem audit ketat dari buyer internasional seperti H&M, Uniqlo, Adidas
  • Operator wajib mengikuti SOP (Standard Operating Procedure) mulai dari cara menyalakan mesin hingga inspeksi hasil produksi.

2. Jam Kerja Sistem Shift

  • Shift pagi
  • Shift sore
  • Shift malam
  • Rotasi dilakukan sesuai kebutuhan produksi.

3. Lingkungan Kerja Berbasis Mesin

  • Pengoperasian mesin otomatis
  • Monitoring suhu, kecepatan mesin, kelembapan ruang
  • Penggantian spare part ringan
  • Pengaturan parameter produksi sesuai pesanan buyer

4. Peluang Karir Bertahap

Karir di industri TPT biasanya berkembang dari,

  • Operator
  • QC / teknisi
  • Leader / kepala regu
  • Supervisor shift
  • Asisten manajer
  • Manajer produksi
  • Lulusan vokasi (D2/D3) umumnya cepat naik ke posisi supervisor karena kompetensi praktisnya kuat.

Dengan adanya minat sembilan perusahaan tekstil besar China yang ingin merelokasi pabrik ke Indonesia, kebutuhan tenaga kerja terampil diprediksi meningkat tajam.

Jika peluang ini dimaksimalkan melalui pendidikan vokasi dan teknis yang tepat, industri tekstil Indonesia berpotensi kembali menjadi salah satu tulang punggung ekspor nasional seperti era kejayaannya 1990–2000-an.