Tren Ekbis

Prabowo Siap Bayar Utang Kereta Cepat Whoosh Rp1,2 Triliun per Tahun

  • Presiden Prabowo Subianto mengatakan pemerintah akan membayar utang Rp1,2 triliun per tahun ke China terkait proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau (Whoosh).
IMG_0137 (5).JPG
Kereta Cepat Whoosh saat berhenti di Stasiun Halim, Sabtu 28 Oktober 2023 (Foto: Khafidz Abdulah/ Trenasia) (Foto: Khafidz Abdulah/ Trenasia)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Presiden Prabowo Subianto mengatakan pemerintah akan membayar utang Rp1,2 triliun per tahun ke China terkait proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau (Whoosh).

Menurutnya, pembayaran utang tersebut bukan masalah, karena proyek itu memberikan banyak manfaat bagi masyarakat seperti mengurangi kemacetan di jalan raya dan menurunkan tingkat polusi, meski proyek itu menyebabkan peningkatan utang.

“Pokoknya enggak ada masalah karena itu kita bayar utang Whoosh Rp 1,2 triliun per tahun,” ujar Prabowo di Stasiun Tanah Abang, Selasa, 4 November 2025.

“Tapi manfaatnya mengurangi macet, polusi, perjalanan semua dihitung,” imbuhnya.

Menurutnya, proyek kereta cepat tak hanya soal pembiayaan, tapi menjadi simbol kerja sama strategis antara Indonesia dan China dalam pengembangan teknologi transportasi modern.

“Terutama yang penting adalah kita kuasai teknologi. Ini simbol kerja sama kita dengan China. Jadi sudahlah. Saya katakan Presiden Indonesia ambil alih tanggung jawab,” katanya.

Namaun, Prabowo belum menjelaskan secara rinci sumber uang yang akan digunakan untuk membayar utang proyek senilai US$7,2 miliar itu.

Prabowo juga tidak memberikan jawaban pasti ketika ditanya apakah dana tersebut akan berasal dari APBN atau dari pengelolaan BPI Danantara. Namun, ia menegaskan bahwa tersebut akan menjadi tanggung jawabnya sebagai kepala negara.

Akan tetai ia mengatakan, Pemerintah Pusat memiliki uang untuk melunasi utang proyek Whoosh yang berasal dari hasil penyitaan uang korupsi. Oleh karena itu, Prabowo mengingatkan para pejabat negara untuk tidak melakukan tindakan korupsi.

“Jadi tidak usah rebut, kita mampu, dan kita kuat. Duitnya ada. Duit yang tadinya dikorupsi, saya hemat, enggak saya kasih kesempatan. Jadi saudara saya minta bantu saya semua. Jangan kasih kesempatan koruptor-koruptor itu merajalela. Uang nanti banyak untuk kita. Untuk rakyat semua,” paparnya.

Adapun, proyek ambisius Whoosh yang digagas pada masa pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo kini menimbulkan beban bagi berbagai pihak.

Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, total utang proyek tersebut mencapai Rp116 triliun, di mana sekitar 75% dananya berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) dengan suku bunga sebesar 3,5-4% per tahun.

Bunga yang tergolong tinggi tersebut menyebabkan beban bunga tahunan proyek mencapai sekitar Rp2 triliun.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak penggunaan APBN untuk menutupi kewajiban utang proyek tersebut. Ia menegaskan pemerintah sedang mencari alternatif skema pembiayaan lain agar tidak menambah beban fiskal negara.

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan, pemerintah tengah menyiapkan skema restrukturisasi utang kepada China, yang mencakup opsi dukungan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Pemerintah, APBN, pasti akan menjadi bagian. Namun untuk spesifikasinya akan disampaikan pada kesempatan lain. Yang jelas, tadi kita bicara infrastruktur di berbagai negara, dan tentunya negara akan hadir di situ,” jelas AHY di Kompleks Istana Kepresidenan.

AHY menuturkan, proses restrukturisasi itu juga akan melibatkan pembagian tanggung jawab di antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut.

“Sementara ada sejumlah opsi bagaimana operasional dan kepentingan untuk fokus pada profit dipisahkan dari pengelolaan infrastrukturnya. Harapannya berjalan dengan baik. Akan ada sharing responsibility, ada burden sharing,” jelasnya.