Tren Pasar

PGEO Gaspol! OTW Dapat Suntikan Dana Asing Buat Proyek Green Energy

  • PGEO membidik peningkatan IRR proyek sebesar 1-3% melalui skema pembiayaan Subsidiary Loan Agreement (SLA). Perseroan tengah memfinalisasi syarat masuk Green Book Bappenas untuk proyek Lumut Balai dan Lahendong.
85934-pge (1).jpg
Kawasan Pembangkit Listrik Panas Bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). (Dok/PGEO)

JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus berekspansi untuk memperkuat portofolio energi hijau. Perseroan berpotensi meraih pendanaan dari institusi keuangan asing sebesar US$613 juta (Rp10,19 triliun) untuk membiayai empat proyek strategis panas bumi yang sedang dikembangkan.

Peluang ini berasal dari skema indicative concessional loan yang melibatkan lembaga multilateral ternama. Manajemen membidik kemitraan dengan institusi seperti World Bank, ADB, JBIC, atau JICA untuk mendanai proyek yang ditargetkan beroperasi bertahap mulai tahun 2029 hingga 2032 mendatang.

Langkah ini merupakan bagian dari total rencana investasi jumbo yang mencapai lebih dari US$1,09 miliar (Rp18,13 triliun). "Realisasi keempat proyek tersebut akan menambah 215 MW kapasitas listrik rendah emisi," kata Direktur Eksplorasi & Pengembangan PGE, Edwil Suzandi, dalam keterangan resminya pada Kamis, 4 Desember 2025.

1. Rincian Proyek Strategis dan Capex

Empat proyek yang masuk dalam radar pendanaan ini memiliki peran vital dalam memperkuat klaster panas bumi nasional. Proyek tersebut meliputi Lumut Balai Unit 3 dan Unit 4 di Sumatera Selatan, dengan estimasi belanja modal (capex) masing-masing sebesar US290 juta.

Selain itu, pengembangan juga dilakukan di Lampung melalui proyek Gunung Tiga/Ulubelu Extension I (capex US$227 juta) yang menerapkan teknologi two-phase binary. Terakhir, proyek Lahendong Unit 7-8 & Binary di Sulawesi Utara dengan capex US$274 juta, memperluas kapasitas di wilayah potensial.

2. Strategi Pembiayaan Murah (SLA)

Salah satu keunggulan strategi ini adalah penggunaan skema Subsidiary Loan Agreement (SLA). Mekanisme ini merupakan pinjaman terusan dari lembaga multilateral kepada Pemerintah Indonesia yang kemudian disalurkan ke PGEO, menawarkan bunga yang kompetitif dan tenor panjang untuk efisiensi biaya.

Skema ini berdampak signifikan terhadap kelayakan ekonomi proyek. Pembiayaan berbiaya rendah ini berpotensi meningkatkan Internal Rate of Return (IRR) proyek sebesar 1-3%, memberikan nilai tambah bagi valuasi perusahaan. "Selain memperkuat bauran energi terbarukan nasional, proyek-proyek ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan," ujar Edwil.

3. Proses Menuju Green Book Bappenas

Saat ini, keempat proyek tersebut telah masuk dalam status Blue Book. Manajemen PGEO tengah menyusun readiness criteria sebagai prasyarat mutlak untuk dapat masuk ke dalam Green Book Bappenas, yang akan membuka akses penuh terhadap pencairan pendanaan luar negeri tersebut.

Proses administrasi ini dilakukan secara intensif bersama pemangku kepentingan terkait. PGEO berkoordinasi dengan PT Pertamina (Persero), Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian Keuangan untuk memastikan seluruh aspek teknis, sosial, lingkungan, dan finansial proyek telah siap secara menyeluruh sebelum eksekusi fisik dimulai.

4. Negosiasi Term Pendanaan Optimal

Pada tahap selanjutnya, PGEO akan memasuki proses negosiasi mendalam dengan lembaga multilateral. Fokus utamanya adalah memperoleh term pendanaan paling optimal, mencakup struktur pembiayaan, tingkat suku bunga, tenor pinjaman, serta persyaratan teknis lingkungan yang harus dipenuhi perseroan.

Upaya ini diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan proyek secara efektif dan berkelanjutan. Langkah strategis ini juga menjadi bukti keseriusan manajemen dalam mencapai visi jangka panjang. "Hal ini mempertegas komitmen dalam pengembangan potensi 3 GW panas bumi perseroan," tegas Edwil.

5. Dampak Ekonomi dan Transisi Energi

Pengembangan proyek ini tidak hanya meningkatkan bauran energi terbarukan (EBT) nasional, tetapi juga menghadirkan multiplier effects. Proyek ini diharapkan menciptakan lapangan kerja baru dan menumbuhkan aktivitas ekonomi lokal di sekitar wilayah operasi Sumatera dan Sulawesi yang menjadi basis produksi.

Perseroan berkomitmen meningkatkan ketahanan energi nasional melalui penyediaan listrik bersih yang stabil (baseload). "PGEO akan terus menghadirkan energi bersih yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat sekaligus memperkuat perekonomian nasional," pungkas Edwil menutup penjelasannya mengenai visi perusahaan ke depan.