Industri

Pengembangan EBT untuk Capai Netralitas Karbon

  • JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut netralitas karbon dapat dicapat melalui pengembangan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) secara masif. Selain itu, upaya untuk mencapai netralitas karbon juga bisa dilakukan lewat interkoneksi transmisi dan pengembangan sistem smart grid. Hal ini didukung dengan penurunan penggunaan energi fosil, serta penerapan teknologi energi […]

<p>Petugas melakukan simulasi pengisian listrik kendaraan bermotor di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN, di Kantor Pusat PLN, Trunojoyo, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Petugas melakukan simulasi pengisian listrik kendaraan bermotor di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN, di Kantor Pusat PLN, Trunojoyo, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut netralitas karbon dapat dicapat melalui pengembangan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) secara masif.

Selain itu, upaya untuk mencapai netralitas karbon juga bisa dilakukan lewat interkoneksi transmisi dan pengembangan sistem smart grid. Hal ini didukung dengan penurunan penggunaan energi fosil, serta penerapan teknologi energi bersih pada pembangkit listrik, seperti pengembangan kendaraan listrik.

“Indonesia berkomitmen melakukan transisi pembangunan menuju rendah karbon. Selain itu, negara ini juga sedang mengupayakan ketahanan iklim secara bertahap,” ungkap Arifin dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa, 22 Juni 2021.

Tujuannya, tak lain untuk mencapai target pengurangan emisi sebesar 29% pada 2030 atau sebesar 41% dengan dukungan internasional.

Kontribusi EBT sendiri saat ini sudah mencapai 11,2%, didominasi dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan PLT Panas Bumi (PLTP).

Saat ini, katanya, pemerintah tengah menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) dengan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 38 Giga Watt (GW) pada 2035.

Menurut Arifin, solar PV yang menjadi salah satu EBT merupakan prioritas, mengingat biaya investasinya relatif lebih murah. Selain itu durasi instalasinya singkat, serta memiliki potensi sumber yang besar.

Ia menjelaskan, Indonesia memiliki lebih dari 400 GW potensi EBT yang tersebar di seluruh negeri. Rinciannya, energi solar sebesar 208 GW, disusul PLTA 75 GW, dan sumber lainnya dari angin, bioenergi, panas bumi dan laut. (RCS)