Makroekonomi

Penerbitan Surat Utang Korporasi 2025 Diproyeksi Capai Rp143,91 T

  • Katalis utamanya akan berasal dari kebijakan pemerintah yang lebih ekspansif. Ini terlihat dari defisit anggaran yang direncanakan lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu dan inflasi yang diperkirakan masih akan terkendali dalam rentang target bank sentral
<p>Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock</p>

Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock

(Istimewa)

JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 akan berada di kisaran Rp139,29 triliun hingga Rp155,43 triliun. Titik tengah proyeksi diperkirakan mencapai sekitar Rp143,91 triliun.

Menurut Pefindo, beberapa faktor utama yang mendorong tingginya penerbitan obligasi korporasi pada 2025 antara lain adalah kebutuhan refinancing yang cukup besar, di mana jumlah surat utang yang akan jatuh tempo pada akhir 2024 diperkirakan mencapai Rp161,21 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan Rp150 triliun pada 2023.

Kebutuhan refinancing ini mendorong perusahaan untuk mencari pendanaan baru melalui penerbitan obligasi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang solid dan kebijakan fiskal ekspansif pemerintah juga turut berperan sebagai faktor pendorong.

“Ini terjadi karena memang penerbitan bertenor pendek yang kurang lebih satu tahun itu cukup marak di tahun lalu, sehingga menambahkan nilai jatuh tempo di tahun 2025 ini cukup banyak,” terang Ekonom Pefindo, Suhindarto kala memberikan keterangan Pers Pefindo di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2024.

Defisit anggaran yang lebih besar dan inflasi yang masih terkendali menciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan penerbitan obligasi, terutama dengan dorongan investasi dan pembiayaan oleh korporasi.

Faktor lain yang berkontribusi adalah penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada bulan Januari 2025, dengan kemungkinan adanya pelonggaran lebih lanjut.

“Katalis utamanya akan berasal dari kebijakan pemerintah yang lebih ekspansif. Ini terlihat dari defisit anggaran yang direncanakan lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu dan inflasi yang diperkirakan masih akan terkendali dalam rentang target bank sentral,” tambah Suhindarto.

Kondisi ini membuat biaya penerbitan surat utang lebih murah, sehingga meningkatkan minat korporasi untuk mencari pendanaan melalui pasar obligasi. Selain itu, pengetatan likuiditas di sektor perbankan mendorong banyak perusahaan untuk beralih ke obligasi korporasi sebagai alternatif pendanaan jangka panjang. Peningkatan minat investor terhadap instrumen utang dengan imbal hasil menarik juga semakin memperkuat tren ini.

Tantangan Penerbitan Surat Utang Faktor Eksternal

Tantangan penerbitan surat utang korporasi di 2025 diperkirakan akan tetap besar, dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal. Risiko geopolitik yang masih tinggi akan menyebabkan pasar tetap volatil, mendorong perusahaan untuk meningkatkan penerbitan surat utang guna mengimbangi ketidakpastian. 

Fluktuasi nilai tukar juga menjadi perhatian, dengan pelonggaran moneter AS yang lebih lambat dari perkiraan dan penurunan suku bunga The Fed yang hanya diperkirakan terjadi sekali, berbeda dengan prediksi sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Selain itu, persaingan dengan instrumen investasi lain, seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Surat Utang Negara (SUN), yang lebih aman dibandingkan obligasi korporasi, berpotensi menghambat penyerapan penerbitan obligasi korporasi. 

Pada tahun 2024, Pefindo mencatat total penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp149,7 triliun.