Energi

Pemerintah Mengaku yang Minta LG Hengkang dari Proyek Baterai RI

  • Per tanggal 31 Januari 2025 pemerintah mengeluarkan surat yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) karena negosiasi dengan LG sudah terlalu lama dari kesepakatan awal tahun 2020 hingga saat ini
IMG_1527.jpeg
Rosan P. Roeslani selaku Wamen BUMN II sekaligus Ketu Tim Kampanye Nasional Capres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. (Foto: Antara/Maria Cicilia Galuh) (Foto: Antara/Maria Cicilia Galuh)

JAKARTA - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM ) membeberkan alasan negosiasi yang alot selama 5 tahun dengan LG Energi Solution (LGES) merupakan penyebab gagalnya investasi itu masuk ke Indonesia.

Menteri Invetasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan pemerintah memiliki target untuk proyek ekosistem kendaraan listrik atau EV ini segera selesai. Sehingga pemerintah tak ingin ada keterlambatan pengerjaan proyek dan memutuskan untuk mengeluarkan surat untuk LG segera mundur atau menyelesaikan negosiasi yang alot tersebut.

Rosan menerangkan bahwa mundurnya LG bukan dikarenakan keinginan dari perusahaan tersebut, namun keputusan dari pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Per tanggal 31 Januari 2025 pemerintah mengeluarkan surat yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) karena negosiasi dengan LG sudah terlalu lama dari kesepakatan awal tahun 2020 hingga saat ini," kata Rosan dalam Konpers di Istana Negara pada Rabu, 23 April 2025.

Rosan menerangkan bahwa proyek Joint Venture (JV) LG memiliki nilai investasi senilai US$9,8 miliar untuk ekosistem dari mulai pertambangan, pengolahan nickel matte, nikel sulfur, prekursor, katoda, anoda, battery cells, cells pack, hingga recycle battery.

Namun, mundurnya LG tidak akan mempengaruhi proyek grand package yang menaungi berbagai konsorsium. Untuk proyek tersebut saat ini sudah berjalan dengan investasi yang telah dikeluarkan senilai US$1,15 miliar.

Rosan juga mengkonfirmasi bahwa, investor asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co, bakal menggantikan posisi yang ditinggalkan LG Energy Solution Ltd (LGES) di proyek Titan, usaha patungan baterai dengan Indonesia Battery Corporation (IBC).

Sekadar informasi,  proyek investasi kendaraan listrik (EV) senilai US$9,8 miliar yang telah disepakati antara Indonesia dan LG Energy Solution dari Korea Selatan pada 18 Desember 2020 mencakup pengembangan rantai pasok baterai EV secara terintegrasi, mulai dari penambangan hingga produksi baterai.

Sebelumnya, LG Energy Solution Ltd (LGES) resmi mengumumkan hengkang dari megaproyek baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Alasan yang digaungkan perusahaan asal Korea Selatan tersebut “perubahan kondisi pasar” sebagai faktor utama. 

“Setelah mempertimbangkan dengan saksama lanskap pasar EV global yang terus berkembang, kami telah memutuskan bahwa proyek khusus ini tidak lagi sejalan dengan prioritas strategis kami,” ujar juru bicara LGES melalui pernyataan resmi, dikutip Selasa, 22 April 2025.