Negara di Afrika Ini Sediakan 100 Persen Pangan Tanpa Impor
- Guyana dinobatkan sebagai satu-satunya negara yang mencapai swasembada pangan 100%, bebas dari impor asing, berdasarkan studi Nature Food. Keberhasilan ini didorong investasi agresif pemerintah yang melonjak 468% sejak 2020. Simak strategi lengkapnya.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Guyana berhasil dinobatkan sebagai negara yang mencapai swasembada pangan hingga 100% tanpa bergantung pada impor asing. Hal tersebut dihasilkan dari sebuah penelitian yang dilakukan Nature Food dengan jumlah 186 negara. Kemajuan Guyana didukung oleh investasi agresif pemerintah di sektor pertanian.
Sejak 2020, alokasi anggaran telah melonjak sekitar 468%. Prestasi negara di Afrika tersebut tidak hanya tentang ketahanan pangan aja, melainkan studi kasus tentang apa yang banyak orang sebut dengan ketahanan bioregional. Hal ini menjadi pelajaran bagi dunia yang berada di ambang gangguan ekologi dan ekonomi.
Melansir dari Medium pada Senin, 17 Nvovember 2025, Guyana memiliki strategi yang berakar pada inisiatif “25 pada tahun 2025” kawasan CARICOM. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi impor pangan Karibia sebesar 25% sebelum akhir tahun 2025. Guyana menjadi pelopor melalui cara:
- Memetakan kekuatan bioregional, dengan berfokus pada tanaman yang tumbuh subur secara lokal seperti padi, singkong, kedelai, sayuran, dan unggas.
- Berinvestasi dalam infrastruktur pedesaan melalu pembuatan jalan baru, silo, dan pelabuhan sungai yang mampu menyederhanakan rantai pasokan modern, serta mengurangi pemborosan.
- Meningkatkan usaha pertanian dengan memanfaatkan lahan jagung dan kedelai tumbuh dari 10.000 pada tahun 2023 menjadi 30.000 pada tahun 2025. Kondisi ini memungkinkan Guyana memproduksi pakan ternaknya sendiri dan menghemat lebih dari US$30 juta setiap tahunnya.
- Memperluas akses dengan memanfaatkan lebih dari 70% wirausahawan pertanian baru yang dihasilkan dari petani kecil. Selain itu, 35% lahan pertanian yang baru didistribusikan mendukung perempuan dan pemuda.
Melalui Program Inovasi dan Kewirausahaan Pertanian (AIEP), lebih dari 70% peserta muda telah beralih menjadi pemilik usaha agribisnis. Program ini telah mendukung pembangunan lebih dari 200 rumah peneduh untuk tanaman bernilai tinggi seperti kembang kol, wortel, dan brokoli.
Antara tahun 2020 dan 2025, sektor pertanian Guyana juga telah mengalami pertumbuhan dan diversifikasi yang berkelanjutan. Hal ini didukung oleh investasi strategis dan kerangka kebijakan yang kuat.
Di tengah meningkatnya tekanan terhadap sistem pangan global, model swasembada Guyana menjadi contoh terbaik di kawasan Amerika dan di seluruh dunia.
Bagaimana Guyana Menjaga Ketahanan Pangan?
Department of Public Information (DPI) menjelaskan bahwa kemajuan Guyana didukung oleh investasi agresif pemerintah pada sektor pertanian. Sejak 2020, alokasi anggaran telah melonjak sekitar 468 persen. Selain itu, fokus investasi utama terlihat pada komoditas dan infrastruktur seperti:
1. Padi
Alokasi dana sebesar GY$430,9 juta pada tahun 2025 diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi benih padi hingga 152.000 karung per tahun guna memenuhi permintaan pasar yang terus tumbuh.
2. Jagung dan Kedelai
Pemerintah menginvestasikan lebih dari GY$1,2 miliar dalam infrastruktur, termasuk pembangunan jalan 40 km, untuk mendukung ekspansi budidaya. Area tanam diproyeksikan meningkat secara signifikan dari 10.000 hektar (2023) menjadi 25.000 hektar pada tahun 2025, dengan rencana dua siklus tanam per tahun.
3. Kacang-kacangan
Dalam upaya diversifikasi pendapatan petani, Presiden Guyana Irfaan Ali merencanakan pengoperasian 1.000 hektar lahan di Sungai Berbice pada akhir tahun 2025 untuk budidaya kacang merah dan kacang polong hitam. Saat ini, 77 petani telah menggarap 663 hektar lahan. Target awal kebutuhan nasional diperkirakan mencapai 8.000 hektar untuk komoditas ini.

4. Peternakan
Pemerintah mengalokasikan GY$1,7 miliar untuk memperkuat industri ini. Sektor peternakan mencatat pertumbuhan sebesar 24,6% pada tahun 2024, didorong oleh peningkatan produksi unggas, babi, sapi, dan susu. Peningkatan ini merupakan hasil dari program pembiakan yang lebih baik dan pengendalian penyakit yang efektif.
5. Unggas
Peluncuran Proyek Induk Ayam Pedaging berhasil memproduksi 167.000 butir telur dan memberikan dukungan kepada lebih dari 5.500 petani.
6. Perikanan
Industri akuakultur berkembang sebesar 13,7%. Dukungan infrastruktur diberikan melalui perbaikan lokasi pendaratan perikanan senilai GY$300 juta di lima wilayah, dan ekspansi Stasiun Akuakultur Satyadeow Sawh menjadi 14 hektar.
7. Melonjaknya Produksi Madu
Sektor pembiakan lebah (apiculture) menunjukkan pertumbuhan dramatis seperti program distribusi 500 sarang lebah kepada 1.344 peternak telah menghasilkan lonjakan produksi madu dari 2.600 galon pada tahun 2023 menjadi hampir 30.000 galon pada tahun 2024.
Prestasi Guyana ini menjadi model penting di tengah meningkatnya kerentanan rantai pasok global, guncangan iklim, dan lonjakan harga pangan. Para analis menilai bahwa capaian ini menunjukkan bahwa investasi strategis yang berfokus pada potensi bioregional dan dukungan nyata bagi petani kecil dapat mengarah pada ketahanan pangan sejati.
Kesimpulannya, Guyana dapat mencapai 100% swasembada pangan dengan melibatkan investasi yang ditargetkan pada orang dan sistem yang menghubungkan mereka. Sampai saat ini, Guyana masih mengekspor secara regional, tetapi hasilnya tidak terlalu terpapar pada guncangan global. Salah satu hal terpenting adalah, negara tersebut mampu fokus pada apa yang tumbuh secara maksimal di kawasannya sendiri.

Chrisna Chanis Cara
Editor
