Tren Global

Meski Diembargo Puluhan Tahun, Kuba Miliki Sistem Kesehatan Terbaik Dunia

  • Meski di bawah embargo AS selama puluhan tahun, Kuba sukses menciptakan sistem kesehatan terbaik dunia lewat fokus pada pencegahan, pendidikan dokter gratis, dan inovasi bioteknologi.
Kuba.
Kuba. (state.gov)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Meski telah puluhan tahun berada di bawah embargo ekonomi Amerika Serikat dan memiliki sumber daya ekonomi terbatas, Kuba berhasil membangun sistem kesehatan yang kualitasnya menyaingi negara-negara maju. 

Dilansir dari laman Ensiklopedia Britanica, Jumat, 3 Oktober 2025, Keberhasilan ini tidak lahir secara kebetulan, melainkan hasil dari strategi jangka panjang yang menekankan pada perawatan preventif, investasi besar dalam pendidikan kedokteran, inovasi bioteknologi, serta kebijakan unik “medical internationalism” yang juga memperkuat sistem kesehatan domestik.

Kuba memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar US$87 juta, jauh di bawah Indonesia yang mencapai sekitar US$1 triliun. Namun, negara tersebut consistently mengalokasikan lebih dari 10% dari PDB untuk sektor kesehatan. 

Angka ini menjadikan kesehatan sebagai prioritas nasional, bahkan di masa krisis. Hasilnya terlihat jelas, tingkat kematian bayi hanya 4,2 per 1.000 kelahiran hidup, lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat (5,52) dan jauh di bawah rata-rata global. 

Harapan hidup mencapai 78,86 tahun, setara dengan negara-negara maju dan rasio dokter terhadap populasi mencapai 8,2 dokter per 1.000 orang, salah satu yang tertinggi di dunia.

Baca juga : Tayang di Bioskop, Berikut Sinopsis Film Tukar Takdir

Sistem Kesehatan Berbasis Pencegahan dan Komunitas

Sistem kesehatan Kuba dirancang untuk mencegah penyakit, bukan sekadar mengobati setelah masyarakat jatuh sakit. Tulang punggung sistem ini adalah jaringan “consultorios” (klinik lingkungan) dan “policlínicos” (pusat kesehatan komunitas). Setiap consultorio dikelola oleh tim dokter dan perawat yang bertanggung jawab atas kesehatan 1.000–1.500 penduduk di wilayahnya.

Salah satu ciri khas yang paling menonjol adalah model “dokter keluarga”. Tidak seperti di banyak negara lain, dokter di Kuba secara proaktif mengunjungi rumah pasien mereka. 

Pendekatan ini memungkinkan dokter memahami faktor lingkungan dan sosial yang memengaruhi kesehatan pasien, serta melakukan intervensi dini sebelum penyakit berkembang.

Selain itu, policlínicos menawarkan hingga 22 jenis layanan medis, mulai dari USG, endoskopi, optometri, hingga penanganan penyakit kronis. Hal ini menjadikan layanan kesehatan primer sangat komprehensif dan mengurangi ketergantungan terhadap rumah sakit besar.

Pendidikan Dokter sebagai Prioritas Nasional

Kuba memandang kesehatan sebagai hak asasi manusia, bukan komoditas. Filosofi ini tercermin dalam komitmen luar biasa terhadap pendidikan kedokteran. 

Sejak revolusi 1961, semua pendidikan, termasuk sekolah kedokteran digratiskan dan dinasionalisasi. Hal ini menghapus hambatan ekonomi dan memungkinkan siapa pun yang memenuhi syarat untuk menjadi dokter.

Dari hanya satu fakultas kedokteran sebelum revolusi, kini Kuba memiliki 24 fakultas kedokteran dan 40 sekolah perawat. Mahasiswa kedokteran mendapatkan pengalaman praktik langsung di komunitas sejak tahun pertama, sehingga mereka memahami realitas kesehatan masyarakat dan siap terjun ke sistem primer yang menjadi tulang punggung pelayanan.

Baca juga : Jurus Diet Ketat KFC (FAST): Tutup Gerai, PHK Karyawan, Tambah Utang

Inovasi Bioteknologi di Tengah Keterbatasan

Embargo ekonomi Amerika memaksa Kuba untuk mandiri. Alih-alih menyerah, negara ini justru mengembangkan industri farmasi dan bioteknologi lokal yang kuat. 

Kuba berhasil menciptakan berbagai vaksin, termasuk untuk meningitis B dan hepatitis B, serta mengembangkan vaksinnya sendiri untuk COVID-19 saat pandemi.

Para ilmuwan Kuba juga menghasilkan terobosan medis, seperti pengobatan untuk ulkus kaki diabetik, dan mengembangkan vaksin kanker paru (Cimavax) yang kini sedang diuji di beberapa negara lain. Inovasi ini menjadi bukti bagaimana keterbatasan dapat melahirkan kemandirian ilmiah.

Medical Internationalism: Misi Global Kuba

Kebijakan “medical internationalism” merupakan salah satu pilar kebijakan luar negeri Kuba sekaligus memperkuat sistem kesehatan domestiknya.

Negara ini telah mengirim puluhan ribu dokter ke lebih dari 60 negara untuk membantu di daerah terpencil atau situasi bencana, seperti gempa Haiti 2010 dan wabah Ebola 2014 di Afrika Barat.

Selain memberikan bantuan internasional dan memperoleh devisa, pengalaman ini memperluas wawasan para dokter Kuba dalam menghadapi berbagai kondisi kesehatan global. 

Kuba juga mendirikan Escuela Latinoamericana de Medicina (ELAM) yang menawarkan pendidikan kedokteran gratis kepada mahasiswa dari lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia dan Timor Leste. Ini memperkuat jejaring solidaritas global di bidang kesehatan.

Keberhasilan Kuba menunjukkan bahwa kualitas layanan kesehatan tidak semata ditentukan oleh besarnya kekayaan negara. Sistem kesehatan mereka berdiri di atas komitmen politik dan sosial terhadap kesehatan sebagai hak dasar, fokus strategis pada pencegahan, investasi besar dalam pendidikan, serta kemampuan mengubah keterbatasan menjadi inovasi.

Model ini menjadi inspirasi bagi banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk memperkuat layanan primer dan pendidikan tenaga kesehatan sebagai pondasi utama peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.