Tren Pasar

Mesin Laba BBRI Kembali Memanas, Bagaimana Prospeknya?

  • BBRI menunjukkan sinyal pemulihan dengan laba bulanan naik 6% pada Agustus 2025. Analis tetap optimistis, merekomendasikan aksi beli meski harga saham sedang melemah.
IMG-20250913-WA0004.jpg
Melalui pendekatan edukasi yang sederhana dan aplikatif, BRI menghadirkan pemahaman keuangan yang mudah diterapkan guna membentuk perilaku finansial yang sehat sejak dini. (BRI)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Sinyal pemulihan mulai terlihat di kinerja internal PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Menurut ulasan Stockbit Sekuritas, laba bersih bank only pada Agustus 2025 tercatat mencapai Rp4 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 6% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-on-month).

Pertumbuhan secara bulanan ini menjadi sinyal positif yang sangat dinanti-nantikan oleh pasar. Ini mengindikasikan bahwa mesin laba BRI mulai memanas kembali setelah melewati periode yang penuh tantangan, memberikan harapan baru bagi para investor.

Di tengah sinyal pemulihan ini, para analis dari berbagai sekuritas justru kompak mempertahankan rekomendasi "Beli". Lantas, apa sebenarnya yang membuat mereka begitu yakin? Mari kita bedah tuntas.

1. Sinyal Pemulihan di Kinerja Bulanan

Kenaikan laba bersih sebesar 6% secara bulanan adalah sinyal awal dari sebuah tren pemulihan. Ini menunjukkan bahwa secara operasional, BRI mampu meningkatkan profitabilitasnya dari bulan Juli ke Agustus, sebuah pencapaian penting di tengah kondisi makro yang masih dinamis.

Meskipun secara tahunan laba bersih Agustus masih turun 16%, pertumbuhan bulanan ini memberikan harapan. Pasar kini akan mencermati apakah tren positif ini dapat dipertahankan di bulan-bulan berikutnya hingga akhir tahun 2025.

2. Analisis Stockbit: Penyebab Pelemahan Tahunan

Di sisi lain, Stockbit Sekuritas juga membedah penyebab utama di balik penurunan laba bersih secara tahunan. Menurut mereka, ada dua faktor utama yang menjadi pemberat kinerja BRI pada bulan Agustus.

Pertama adalah lemahnya pendapatan non-bunga (non-interest income) yang tercatat turun hingga 25% secara tahunan. Kedua, adanya kenaikan pada beban provisi sebesar 34% secara tahunan.

“Penurunan laba bersih pada Agustus 2025 disebabkan oleh lemahnya non–interest income (-25% yoy), yang menekan pre–provision operating profit, dan kenaikan beban provisi (+34% yoy),” ungkap Stockbit Sekuritas dalam ulasannya, Selasa, 30 September 2025.

3. Respons Pasar dan Peluang Beli Saat Harga Turun

Pasar tampaknya lebih fokus pada kinerja tahunan yang masih tertekan. Hal ini tercermin dari pergerakan harga saham BBRI yang kemarin ditutup melemah -1,49% ke level Rp3.980. Pelemahan ini menciptakan sebuah anomali yang menarik.

Di saat harga sahamnya sedang turun, para analis justru melihat adanya potensi kenaikan yang signifikan. Kondisi inilah yang seringkali disebut sebagai peluang emas untuk melakukan aksi beli saat harga turun atau buy on weakness bagi para investor jangka panjang.

4. Pandangan Analis Lain: Kompak Rekomendasi Beli

Keyakinan para analis terhadap prospek BBRI masih sangat tinggi. CLSA Sekuritas mempertahankan rekomendasi "Outperform" (setara Beli) dengan target harga yang optimistis di level Rp4.750 per saham.

Pandangan bullish serupa juga datang dari KB Valbury Sekuritas. Mereka bahkan secara spesifik menyematkan rekomendasi "Beli" dengan target harga berbasis model gordon growth di Rp4.470.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, fenomena ini menyajikan sebuah dilema klasik. Di satu sisi, ada kinerja tahunan yang masih tertekan dan harga saham yang sedang melemah. Namun di sisi lain, ada sinyal pemulihan bulanan dan rekomendasi beli yang kompak dari para analis.

Ini adalah pertarungan antara sentimen pasar jangka pendek melawan prospek fundamental jangka panjang. Bagi investor yang percaya pada cerita pemulihan dan valuasi yang kini sudah lebih murah, ini adalah momen yang sangat menarik untuk kembali mengakumulasi saham BBRI.