Masih Diteliti, Teknologi OTEC Berpotensi Dikembangkan di Bali

  • JAKARTA – Dewan Energi Nasional (DEN) menyebut teknologi energi panas laut Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) berpotensi untuk dikembangkan di perairan Bali Utara. Anggota DEN Darnel Ibrahim mengungkapkan, sebelumnya pada 2018 Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Ditjen EBTKE KESDM) telah bekerjasama dengan klub EBT dari Perancis, […]

<p>Ocean Thermal Energy Conversion /galamkar.pk</p>

Ocean Thermal Energy Conversion /galamkar.pk

(Istimewa)

JAKARTA – Dewan Energi Nasional (DEN) menyebut teknologi energi panas laut Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) berpotensi untuk dikembangkan di perairan Bali Utara.

Anggota DEN Darnel Ibrahim mengungkapkan, sebelumnya pada 2018 Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Ditjen EBTKE KESDM) telah bekerjasama dengan klub EBT dari Perancis, dalam studi potensi pembangunan pilot project pembangkit listrik tenaga arus laut.

Penelitian tersebut dilakukan di beberapa lokasi, yakni Selat Lombok, Selat Sape, dan Selat Toyopakeh.

“Berdasarkan hasil pengukuran batimetri di lapangan, perlu dilakukan pengukuran lebih lanjut,” ungkapnya dalam sebuah webminar, akhir pekan lalu. Terkait hal ini, pemerintah pun didorong untuk mempercepat program strategis sebagai langkah mewujudkan bauran EBT.

Sementara itu, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan ESDM Chrisnawan Anditya mengatakan, saat ini pengembangan energi laut di Indonesia masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.

Salah satunya, studi kelayakan tentang teknologi arus laut tengah dilakukan di Selat Alas, Selat Sape, dan Selat Pantar. “Sedang dilakukan studi kelayakan oleh Balitbang ESDM,” kata dia.

Selain itu, lanjutnya, pemerintah telah mengatur harga jual tenaga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Laut dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017. Seperti diketahui, Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mencapai porsi EBT sebesar 23% pada 2025.

Adapun pencapaian bauran EBT pada 2020 masih sebesar 11,2%. Meskipun demikian, ia yakin penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akan meningkat dari catatan tahun lalu yang sebesar 64,36 juta ton.

“Penurunan emisi perlu didorong melalui aksi penyediaan listrik melalui pembangkit EBT, penerapan efisiensi energi, penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) serta implementasi co-firing biomassa untuk mengurangi konsumsi batu bara,” ujarnya.