LG Batal Investasi Baterai EV Bukan Akhir Ambisi Hilirisasi RI
- Keputusan LGES mundur dari Proyek Titan ini menjadi pengingat bahwa Indonesia tak boleh bergantung pada satu mitra.

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA - Keputusan konsorsium LG Energy Solution (LGES) membatalkan proyek baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia disebut bukanlah akhir dari ambisi Indonesia untuk peningkatan nilai tambah hasil sumber daya alam nasional.
Wakil Ketua Umum Aspebindo, Fathul Nugroho, menyebut langkah LGES sebagai cerminan dinamika global yang harus dijawab dengan kebijakan hilirisasi yang lebih matang.
Dalam hal ini, peran aktif Satgas Hilirisasi dan Kementerian Investasi dan Hilirisasi dinilai krusial untuk memperkuat ekosistem kebijakan serta menarik investasi strategis yang berkelanjutan.
"Keputusan LGES mundur dari Proyek Titan ini menjadi pengingat bahwa Indonesia tak boleh bergantung pada satu mitra. Daya tawar dan kebijakan hilirisasi harus diperkuat dengan kemandirian investasi dari dalam negeri dan menggandeng negara mitra lainnya seperti AS dan Eropa," katanya kepada TrenAsia.com pada Rabu, 23 April 2025.
- Bukan di LK21, Layarkaca21 dan LokLok, Berikut Cara Nonton Weak Hero Class 2 dengan Aman
- Begini Cara Agung Podomoro Dukung Pemerintah di Sektor Perumahan
- Respons DPR Soal 95,44 Persen Peredaran Rokok Ilegal Gerus Penerimaan Negara
Fathul menjelaskan lebih lanjut jika, proyek yang rencananya mencakup seluruh rantai pasok—dari pengolahan nikel, produksi prekursor, katoda, hingga sel baterai ini tentunya menunda ambisi Indonesia menjadi hub baterai global.
Dampak dari pembatalan Proyek Titan yang merupakan kolaborasi LGES dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), berpotensi menunda target produksi baterai EV berbasis nikel dalam negeri. Proyek ini sebelumnya diharapkan menjadi tulang punggung pengembangan ekosistem baterai nasional.
Selain itu, katanya mundurnya LGES berisiko menunda juga transfer teknologi pengolahan nikel menjadi bahan baterai berkualitas tinggi. Padahal, kemampuan mengolah prekursor dan katoda merupakan kunci peningkatan nilai tambah mineral. "Kehilangan kesempatan alih teknologi di sektor bernilai tinggi ini bisa memperlebar ketergantungan kita pada impor," ujar Fathul.
LG Hengkang, Investor Asing Juga Kabur?
Lebih jauh menurutnya, di tingkat global, langkah LGES dinilai berpotensi mengurangi kepercayaan investor asing. Indonesia kini harus bersaing ketat dengan Thailand dan Vietnam yang juga gencar menawarkan insentif serupa.
Sementara itu, faktor eksternal seperti kebijakan Inflation Reduction Act (IRA) AS juga turut mempengaruhi keputusan investasi perusahaan multinasional.
"AS menawarkan tax credit bagi produsen baterai yang beroperasi di wilayah mereka. Ini menggeser peta persaingan global. Oleh karena itu, Kementerian Investasi dan Hilirisasi bersama-sama dengan Satgas Hilirisasi perlu memperkuat diplomasi ekonomi dengan negara-negara target dan penyiapan infrastruktur pendukung yang kompetitif," tambah Fathul.
Untuk mengantisipasi dampak jangka panjang dari batalnya investasi LGES, Aspebindo merekomendasikan lima langkah strategis. Pertama, diversifikasi mitra investasi dengan menjajaki kembali perusahaan AS dan Eropa seperti Tesla, Eramet, dan Bosch dengan insentif fiskal dan dukungan kebijakan yang lebih menarik lagi.
- Bukan di LK21, Layarkaca21 dan LokLok, Berikut Cara Nonton Weak Hero Class 2 dengan Aman
- Begini Cara Agung Podomoro Dukung Pemerintah di Sektor Perumahan
- Transformasi Status Ojol jadi UMKM: Solusi dalam Kebuntuan Regulasi?
Pemerintah dirasa Fathul perlu merancang paket insentif khusus untuk menarik pemain global dan memastikan kesiapan rantai pasok lokal. Kedua, penyederhanaan regulasi, termasuk penyediaan lahan, izin lingkungan, dan percepatan perizinan pendukung lainnya. Ini sejalan dengan program ease of doing investment yang sedang digenjot Kementerian Investasi dan Hilirisasi.
Ketiga, Kolaborasi Pemerintah-BUMN-Swasta Nasional juga perlu diintensifkan. "IBC harus lebih agresif membentuk joint venture dengan menggandeng swasta nasional besar, untuk teknologi dan IP rights-nya dapat dibeli dengan dana patungan tersebut," ujar Fathul.
Selain itu, Aspebindo juga mengusulkan agar ada alokasi anggaran khusus (dedicated budget allocation) untuk percepatan hilirisasi sebesar 20% dari PNBP Minerba, yang nilainya dapat mencapai Rp37-40 triliun per tahun setelah kenaikan royalti pada April 2025.
Alokasi ini perlu dikawal oleh Satgas Hilirisasi untuk memastikan penggunaan dana tepat sasaran, seperti pengembangan teknologi dan infrastruktur kunci. Keempat, kelebihan pasokan listrik dari program 35.000 MW diusulkan dialokasikan untuk kawasan industri baterai dengan tarif spesial. Kelima, di tingkat global, diplomasi perdagangan harus dioptimalkan untuk merespons tarif impor baterai AS (32%).

Amirudin Zuhri
Editor
