Laba UOB Group ASEAN Naik 40 Persen Jadi Rp43,4 Triliun di 2021
- UOB Group ASEAN (Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam) mencatatkan laba bersih senilai S$4,07 miliar atau Rp43,4 triliun (Kurs Rp10.673 per dolar Singapura) untuk tahun 2021, naik 40% dibanding tahun 2020. Pertumbuhan laba ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang lebih kuat dan credit allowance yang lebih rendah seiring dengan berangsur pulihnya perekonomian Singapura dan perekonomian di kawasan Asia Tenggara pada tahun ini.

Yosi Winosa
Author


Gedung Bank UOB kawasan Thamrin, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Foto: Ismail Pohan/TrenAsia)JAKARTA -UOB Group ASEAN (Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam) mencatatkan laba bersih senilai S$4,07 miliar atau Rp43,4 triliun (Kurs Rp10.673 per dolar Singapura) untuk tahun 2021, naik 40% dibanding tahun 2020.
Pertumbuhan laba ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang lebih kuat dan credit allowance yang lebih rendah seiring dengan berangsur pulihnya perekonomian Singapura dan perekonomian di kawasan Asia Tenggara pada tahun ini.
Deputy Chairman and CEO UOB, Wee Ee Cheong mengatakan sepanjang tahun 2021 lalu, UOB ASEAN mencatatkan pendapatan bunga bersih naik 6% dari tahun lalu menjadi S$6,39 miliar atau Rp68,2 triliun yang didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang kuat sebesar 10% dengan margin bunga bersih yang stabil.
“Memasuki tahun ketiga dari pandemi global, lingkungan operasi secara keseluruhan telah stabil. Kami meraih peningkatan sebesar 40% dalam laba bersih untuk FY21 seiring dengan pulihnya pertumbuhan ekonomi, kegiatan bisnis serta sentimen konsumen," kata Cheong dalam keterangan resmi, seperti dikutip Jumat, 18 Februari 2022.
- Laba BFI Finance Tumbuh 61,3% Jadi Rp1,13 Triliun di 2021
- Gandeng Pengusaha Lokal, ID Food akan Distribusi Migor ke 110 Pasar Rakyat
- Harga Minyak Dunia Terus Melambung, Gimana Pengaruhnya ke RI?
Sementara biaya bersih dan pendapatan komisi naik 21% ke rekor S$2,41 miliar atau Rp25,7 triliun. Hal ini didorong pertumbuhan dua digit pada sebagian besar aktivitas. Biaya pinjaman mencapai level tertinggi baru sebesar S$698 juta atau Rp7,4 triliun, seiring dengan momentum transaksi perdagangan dan investasi. Biaya manajemen kekayaan tumbuh ke rekor S$823 juta atau Rp8,8 triliun yang didukung kembalinya kepercayaan investor.
Aktivitas pasar keuangan yang lebih kuat juga mendorong biaya pengelolaan dana yang lebih tinggi sementara biaya kartu kredit pulih dari peningkatan belanja konsumen. Pendapatan treasury terkait nasabah tumbuh 10% menyusul lebih banyak nasabah yang melakukan lindung nilai eksposur di samping pertumbuhan volume bisnis yang kembali.
Hal ini lebih dari diimbangi oleh pendapatan perdagangan non-nasabah yang lebih rendah karena ada keuntungan yang lebih besar dari penjualan obligasi serta keuntungan yang belum direalisasi pada lindung nilai tahun lalu di tengah lingkungan bunga yang lebih rendah. Dengan demikian, pendapatan non-bunga lainnya turun 13% menjadi S$990 juta atau Rp10,6 triliun.
Peningkatan biaya yang hanya mencapai 3% dalam total biaya menjadi S$4,31 miliar atau Rp46 triliun merupakan hasil dari pengeluaran yang terukur dari UOB Group karena memprioritaskan investasi strategis pada sumber daya manusia dan teknologi, termasuk dalam upaya meningkatkan layanan digital di Singapura dan ASEAN.
Rasio biaya terhadap pendapatan untuk tahun ini membaik 1,5% poin menjadi 44,1%. Kualitas aset tetap stabil. Karena allowance umum pre-emptive yang diambil pada tahun lalu tetap memadai, total allowance turun 58% menjadi S$657 juta atau Rp7 triliun. Adapun total biaya kredit atas pinjaman turun dari 57 basis poin menjadi 20 basis poin.
“Kami percaya bahwa kita sudah melalui masa-masa yang sulit. Di Singapura, sudah terlihat tanda-tanda pemulihan pasar di mana kita melihat adanya pertumbuhan pinjaman institusional yang kuat serta rebound dalam hal belanja kartu kredit dan kegiatan pengelolaan kekayaan. Kami mencermati pemulihan yang signifikan di Asia Tenggara kendati tingkat pemilihan berbeda antar negara,” tambah Cheong.
Sepanjang 2021, pendapatan biaya UOB Group mencapai rekor baru sebesar S$2,41 miliar atau Rp25,7 triliun menyusul performa yang cemerlang dari layanan pengelolaan kekayaan (wealth management) dan pinjaman. Margin bunga bersih tetap stabil pada posisi 1,56% di tengah suku bunga yang rendah dan dengan pengelolaan neraca yang proaktif. Kualitas aset tetap tangguh dengan rasio kredit bermasalah (NPL) yang stabil di angka1,6%.
Pendapatan Wholesale Banking UOB Group meningkat sebesar 8% menjadi S$4,39 miliar atau Rp46,8 triliun di tengah membaiknya sentimen bisnis karena waralaba klien yang kuat dari UOB Group mendorong pertumbuhan biaya dan pinjaman dari korporasi besar dan klien institusi. Pendapatan antar negara tumbuh sebesar 10% seiring dengan pulihnya dunia usaha menjelang akhir tahun serta upaya nasabah untuk terus memanfaatkan kemampuan konektivitas UOB Group di kawasan.
Pendapatan Group Retail bertahan di angka S$4,11 miliar atau Rp43,8 triliun seiring dengan pemulihan yang kuat dalam layanan pengelolaan kekayaan dan pemanfaatan kartu kredit yang membantu mengatasi dampak dari margin yang semakin menipis.
Secara khusus, aset yang dikelola dari nasabah kelas atas mencapai rekor baru senilai S$139 miliar atau Rp1.483,5 triliun dan 57% berasal dari nasabah luar negeri yang dilayani oleh jaringan pusat pengelolaan kekayaan UOB Group di Asia Tenggara. Akuisisi yang dilakukan UOB Group baru-baru ini terhadap bisnis konsumer Citigroup di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam akan mempercepat upaya untuk meningkatkan profitabilitas melalui perluasan basis nasabah serta melalui sinergi bisnis.
Pada 2021, UOB Group mencatatkan kemajuan yang signifikan dalam strategi keberlanjutan. Selain mencapai netralitas karbon operasional, UOB Group meluncurkan sejumlah solusi pendanaan berkelanjutan dengan total portofolio pendanaan berkelanjutan yang mencapai S$17 miliar atau Rp181,4 triliun pada FY21, jauh melampaui target tahun 2023 sebesar $15 miliar atau Rp160 triliun. UOB Grup telah menetapkan target portofolio pembiayaan berkelanjutan baru sebesar S$30 miliar atau Rp320,2 triliun pada tahun 2025.
Di bidang investasi berkelanjutan, total aset yang dikelola UOB Group dalam investasi yang berfokus pada lingkungan, sosial, dan tata kelola tumbuh menjadi S$9 miliar atau Rp96,1 triliun sepanjang tahun lalu. Dewan direksi merekomendasikan pembayaran dividen final sebesar 60 sen per saham biasa. Bersama dengan dividen interim 60 sen per saham biasa, total dividen untuk FY21 akan menjadi S$1,20 atau Rp12.807 per saham biasa dan hal ini mewakili rasio pembayaran sekitar 49%.
“Peluang untuk mengakuisisi bisnis nasabah Citigroup di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam datang pada saat yang tepat dengan strategi tepat yang diterapkan. Dengan tunduk pada persetujuan regulator, akuisisi ini akan memperluas basis nasabah kami di empat negara tersebut. Pada saat yang sama, kami terus berinvestasi dalam berbagai kapabilitas seperti rantai pasokan, keberlanjutan, serta digitalisasi untuk memanfaatkan tren struktural yang mendorong pertumbuhan di kawasan,” kata Cheong

Rizky C. Septania
Editor
