Tren Pasar

Laba Emiten Boy Thohir (AADI) Ambles Separuh, Ini Strategi di Tengah Badai Batu Bara

  • Emiten batu bara AADI catat penurunan laba 50,09% per Juni 2025. Apa penyebabnya dan bagaimana langkah antisipasi manajemen?
1627455375650.webp
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (TrenAsia)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Emiten batu bara yang terafiliasi dengan Garibaldi 'Boy' Thohir, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), melaporkan kinerja keuangan yang penuh tantangan pada semester I-2025. Laba bersih perusahaan 'ambles' atau anjlok hingga 50,09% secara tahunan, seiring dengan pendapatan yang juga ikut menyusut.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, laba bersih AADI tercatat sebesar US$428,68 juta (sekitar Rp6,91 triliun). Angka ini turun tajam jika dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$858,92 juta.

Pelemahan kinerja ini menunjukkan betapa besarnya tekanan yang sedang dihadapi oleh industri batu bara saat ini. Lantas, apa sebenarnya penyebab di balik penurunan ini dan bagaimana strategi AADI untuk bertahan? Mari kita bedah tuntas.

1. Rapor Kinerja: Pendapatan & Laba Kompak Merosot

Penyebab utama dari anjloknya laba bersih AADI adalah penurunan pada sisi pendapatan. Sepanjang paruh pertama tahun ini, pendapatan usaha perusahaan tercatat turun 9,67% menjadi US$2,39 miliar, dari sebelumnya US$2,65 miliar.

Jika dibedah lebih dalam, sumber utama tekanan datang dari penjualan batu bara untuk pasar ekspor kepada pihak ketiga. Pos ini tercatat turun dari US$2,11 miliar menjadi US$1,86 miliar, menunjukkan adanya pelemahan permintaan atau harga di pasar global.

2. Beban yang Tetap Tinggi di Tengah Pelemahan

Di saat pendapatan sedang melemah, AADI juga harus menanggung sejumlah beban yang tetap tinggi. Beban pokok pendapatan tercatat sebesar US$1,7 miliar, sementara beban usaha dan beban keuangan juga ikut menjadi penggerus laba.

Kombinasi antara pendapatan yang turun dan beban yang masih tinggi inilah yang pada akhirnya membuat bottom line atau laba bersih perusahaan tertekan sangat dalam, hingga separuh dari perolehan tahun sebelumnya.

3. Jurus Baru: Mulai Lirik Bisnis Jasa Pembangkit Listrik

Menghadapi tantangan di bisnis inti batu bara, AADI tampaknya mulai melirik sumber pendapatan baru. Pada 23 Juli 2025, perusahaan tercatat telah mendirikan entitas anak usaha baru bernama PT Kaltara Power Services (KPS).

Anak usaha baru ini akan menjalankan bisnis di bidang jasa penunjang pembangkit tenaga listrik. Langkah ini bisa menjadi sinyal awal dari strategi diversifikasi AADI untuk tidak lagi hanya bergantung pada fluktuasi harga batu bara.

4. Target & Proyeksi di Sisa Tahun 2025

Meskipun sedang dalam tekanan, AADI tetap memasang target yang cukup optimistis untuk sisa tahun ini. Perusahaan membidik volume penjualan batu bara termal di rentang 65 juta hingga 67 juta ton untuk setahun penuh 2025.

Untuk mendukung operasional dan proyek-proyeknya, emiten yang baru saja masuk ke dalam indeks MSCI mid cap ini juga telah mengalokasikan belanja modal (capex) yang tidak sedikit, yaitu sebesar US$250 juta hingga US$300 juta untuk tahun ini.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, laporan keuangan ini menyajikan sebuah dilema. Di satu sisi, penurunan laba bersih hingga 50% adalah sinyal negatif yang menunjukkan tekanan berat pada bisnis inti batu bara saat ini. Hal ini menjadi risiko yang perlu diwaspadai dalam jangka pendek.

Namun di sisi lain, manajemen menunjukkan langkah proaktif untuk tidak hanya pasrah pada kondisi pasar. Target volume penjualan yang tetap tinggi menunjukkan upaya untuk menjaga pangsa pasar, sementara pembentukan anak usaha baru di sektor jasa kelistrikan adalah sinyal diversifikasi jangka panjang.

Kunci bagi investor adalah menimbang antara tekanan jangka pendek dengan potensi dari strategi jangka panjang. Keberhasilan AADI dalam mengeksekusi target volume penjualan dan mengembangkan bisnis barunya akan menjadi penentu arah pergerakan saham ini ke depan.