Laba BMRI Kalahkan Ekspektasi Analis, Mesin Kredit Jadi Penopang Utama
- BMRI lampaui ekspektasi analis dengan laba Rp37,7 triliun. Pahami bagaimana pertumbuhan kredit 11% (di atas industri) menopang kinerja Bank Mandiri.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melaporkan kinerja keuangan yang solid dan berhasil melampaui ekspektasi konsensus analis untuk periode sembilan bulan 2025. Di tengah tekanan perlambatan ekonomi, Bank Mandiri membukukan laba bersih konsolidasian sebesar Rp37,7 triliun.
Meskipun angka ini terkoreksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp42,01 triliun), realisasi ini justru berada di atas konsensus analis Bloomberg yang memperkirakan laba bersih sembilan bulan hanya akan mencapai Rp36,93 triliun.
Rilis kinerja yang lebih baik dari perkiraan ini menjadi sentimen positif, yang tercermin dari harga saham BMRI yang mampu menguat 3,49% dalam sepekan terakhir, kontras dengan pelemahan tajam IHSG hari ini. Lantas, apa 'mesin' yang menopang kinerja BMRI?
1. Laba Bersih di Atas Ekspektasi Pasar
Pasar sebelumnya telah mengantisipasi adanya perlambatan kinerja di sektor perbankan. Konsensus analis yang dihimpun Bloomberg memperkirakan laba bersih BMRI "hanya" akan mencapai Rp36,93 triliun hingga akhir September 2025.
Namun, realisasi laba bersih yang mencapai Rp37,7 triliun menunjukkan bahwa perusahaan berhasil mengelola profitabilitas lebih baik dari yang diperkirakan. Hal ini memberikan sinyal positif kepada investor bahwa tekanan pada bottom line perusahaan tidak sedalam yang dikhawatirkan.
2. Mesin Utama: Pertumbuhan Kredit Kalahkan Industri
Mesin utama yang menopang kinerja solid ini adalah pertumbuhan kredit yang sangat kuat. Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, mengungkapkan bahwa penyaluran pinjaman konsolidasi berhasil tumbuh 11%secara tahunan (year-on-year) mencapai Rp1.764,24 triliun.
Angka ini sangat signifikan karena tumbuh jauh di atas rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional, yang menurut data Bank Indonesia tercatat hanya sebesar 7,70% YoY.
"Kinerja ini mencerminkan keunggulan intermediasi Bank Mandiri dalam memperluas pembiayaan yang berorientasi pada produktivitas dan penciptaan nilai tambah ekonomi," kata Novita dalam konferensi pers, Senin, 27 Oktober 2025.
3. Bensin dari Sektor Infrastruktur
Jika dibedah lebih dalam, 'bensin' utama dari pertumbuhan kredit ini adalah derasnya pembiayaan ke sektor infrastruktur. Merujuk laporan keuangan bulanan, penyaluran kredit infrastruktur BMRI per Agustus 2025 saja telah mencapai Rp412,13 triliun.
Nilai tersebut tumbuh 15,23% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kredit ini disalurkan ke berbagai subsektor strategis, mulai dari jalan tol, transportasi, tenaga listrik, hingga migas dan energi terbarukan.
4. Respons Aset dan Pasar
Kinerja kredit yang solid ini juga berdampak langsung pada neraca perusahaan. Total aset konsolidasi Bank Mandiri turut meningkat dan kini mencapai Rp2.563 triliun, atau naik 10,3% secara tahunan per akhir September 2025.
Pasar pun merespons positif rilis kinerja ini. Meskipun pada hari ini, Senin, 27 Oktober 2025, IHSG secara keseluruhan anjlok 2,94% akibat sentimen wacana baru MSCI, saham BMRI justru mampu bertahan relatif kuat dan mencatatkan kenaikan 3,49% dalam sepekan terakhir.

Alvin Bagaskara
Editor
