Tren Inspirasi

Kisah Angker Jadi Senjata Jitu Masyarakat Desa Lindungi Lingkungan

  • Di banyak desa di Indonesia, cerita tentang hutan keramat, sungai berhantu, atau gunung yang tak boleh disentuh sembarangan bukan hanya bagian dari budaya, tapi juga mekanisme sosial yang efektif untuk konservasi lingkungan.
03da8b46-e882-4078-be65-15849c21e8f9.png
Ilustrasi suasana angker di pedesaan. (OpenAI)

JAKARTA - Siapa sangka, kisah-kisah angker yang sering dianggap sekadar cerita pengantar tidur atau bumbu horor lokal, ternyata punya kekuatan luar biasa dalam menjaga kelestarian alam. 

Di banyak desa di Indonesia, cerita tentang hutan keramat, sungai berhantu, atau gunung yang tak boleh disentuh sembarangan bukan hanya bagian dari budaya, tapi juga mekanisme sosial yang efektif untuk konservasi lingkungan.

Dikutip dari berbagai sumber, artikel ini akan membahas tentang bagaimana cerita-cerita mistis berperan penting dalam upaya pelestarian lingkungan oleh masyarakat desa. Bonusnya, kita juga bakal bahas bagaimana dampaknya terhadap ketahanan ekonomi lokal mereka. Yuk, simak bareng!

Hutan Angker? Justru Itu yang Menyelamatkannya!

Contoh pertama datang dari Desa Dosan di wilayah Melayu. Di sana, ada kawasan hutan bernama Hutan Tali Tanjung seluas sekitar 400 hektare. Menariknya, hutan ini tetap lestari bukan karena ada papan larangan atau patroli keamanan, tapi karena warga percaya tempat itu angker. Konon, ada makhluk halus penjaga hutan yang marah kalau pohon ditebang sembarangan.

Kepercayaan ini begitu kuat sampai masuk ke dalam peraturan desa. Hasilnya? Hutan tetap rindang, sumber air tetap jernih, dan masyarakat masih bisa mengandalkan hasil hutan non-kayu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi bukan cuma selamat dari deforestasi, tapi juga tetap produktif secara ekonomi.

Hutan Desa Campaga: Ketakutan yang Menyelamatkan

Di Desa Campaga, Sulawesi Selatan, hutan di sekitar desa tetap utuh karena masyarakat percaya akan adanya entitas mistis yang menghuni tempat itu. Hutan dianggap ‘bernyawa’ dan bisa “marah” bila ada orang yang rakus.

Penelitian etnografi yang dilakukan di sana menunjukkan bahwa masyarakat punya sistem nilai tak tertulis yang mengatur hubungan mereka dengan alam. Hasilnya? Bukan cuma keanekaragaman hayati yang terjaga, tapi juga keberlangsungan sumber pangan dan air yang menopang ekonomi rumah tangga desa.

Masyarakat Tengger: Harimau Gaib dan Etika Lingkungan

Di kalangan suku Tengger di sekitar kawasan Bromo, kepercayaan terhadap harimau gaib dan makhluk penjaga alam sudah diwariskan turun-temurun. Mereka percaya bahwa setiap perusakan alam akan mendapat balasan, baik secara langsung maupun melalui “sinyal alam”.

Praktik ini membuat masyarakat Tengger sangat berhati-hati dalam menebang pohon, membakar ladang, atau mencemari sungai. Menariknya, kawasan ini punya ketahanan pangan dan air yang sangat baik dibandingkan daerah lain yang lebih terbuka terhadap eksploitasi sumber daya.

Baca Juga: Ekonomi Restoratif: Harapan Baru Indonesia dari Desa

Inisiatif di Kudus: Folklore dan Edukasi Lingkungan

Di Kudus, Jawa Tengah, gerakan “Rasan, Reksa, Resan” mengajak anak muda untuk menjaga pohon-pohon besar yang dianggap keramat. Lewat pendekatan folklore dan budaya lokal, generasi muda diajak berpikir kritis soal pentingnya menjaga warisan lingkungan.

Efeknya? Anak muda nggak cuma ikut-ikutan tanam pohon, tapi juga ikut menjaga sumber daya air dan tanah. Komunitas ini bahkan mulai menciptakan produk turunan seperti herbal dan makanan lokal dari hasil hutan, mendorong kemandirian ekonomi desa.

Cerita Mistis dan Ketahanan Ekonomi: Apa Hubungannya?

Ternyata hubungan antara cerita angker dan ketahanan ekonomi itu nyata banget. Beberapa dampak positifnya antara lain:

  1. Melindungi sumber daya yang jadi penopang ekonomi (air, hasil hutan, ikan).
  2. Mendorong pengembangan produk lokal: seperti madu hutan, herbal, ikan asap, dan lain-lain.
  3. Memicu ekowisata: wisatawan justru penasaran dengan kisah mistis dan datang berkunjung.
  4. Mengurangi ketergantungan luar: karena desa bisa mandiri lewat sumber daya yang mereka jaga.

 

Mistis Bukan Cuma Takut-Takutin

Kisah-kisah angker bukan cuma dongeng untuk menakut-nakuti. Di banyak tempat, ia menjadi cara jitu masyarakat lokal menjaga keseimbangan alam tanpa harus tergantung pada kebijakan formal atau intervensi pemerintah.

Kalau dipikir-pikir, masyarakat adat udah lama punya konsep “konservasi berbasis rasa takut”. Tapi rasa takut itu justru melahirkan kebijakan sosial yang efektif, berkelanjutan, dan bahkan berdampak positif pada ekonomi mereka.