Tren Pasar

Simak! Ini Tips Investasi Saham Saat PMI Anjlok

  • PMI Manufaktur Indonesia anjlok ke 46,9 di Juni 2025, level terendah sejak 2021. Simak penyebabnya, potensi dampaknya terhadap ekonomi, dan strategi investasi yang bisa kamu ambil di tengah tren kontraksi ini.
BEI buka kembali kode broker dan domisili investor. Apa dampaknya untuk kamu yang baru terjun ke dunia saham? Simak manfaat, risiko, dan strategi amannya di sini.
BEI buka kembali kode broker dan domisili investor. Apa dampaknya untuk kamu yang baru terjun ke dunia saham? Simak manfaat, risiko, dan strategi amannya di sini. (Berbagai Sumber)

JAKARTA—Sektor manufaktur Indonesia belum kunjung bangkit dari keterpurukan. Data Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia pada Juni 2025 terkontraksi menjadi 46,9. Ini adalah level terendah sejak Agustus 2021.  

Data PMI Manufaktur merupakan survei bulanan kepada sektor swasta di bagian manufaktur untuk melihat manajemen pasokan. Hasil indeks di atas 50 artinya pasar berkembang dan cenderung ekspansif, sementara angka di bawah 50 artinya pasar mengalami penurunan atau kontraksi.

Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, mengatakan penurunan kondisi sektor manufaktur Indonesia semakin cepat pada pertengahan 2025. Hal itu menjadi sinyal yang kurang bagus untuk beberapa bulan ke depan.

“Kondisi permintaan yang buruk membuat penjualan turun tajam mendekati level terendah pada Agustus 2021. Penurunan penjualan terjadi di pasar domestik, sedangkan penjualan ekspor masih cenderung stabil," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa, 1 Juli 2025.

Faktor Libur Lebaran?

Sebagai informasi, kinerja PMI manufaktur Indonesia telah anjlok sejak April-Juni 2025. Padahal medio Januari-Maret, indeks PMI manufaktur Indonesia selalu ekspansi di atas 50. Setelah libur Lebaran dan libur sebagainya, indeks manufaktur mulai melemah. 

Bhatti menambahkan pembelian bahan baku konsisten melemah selama pada April-Juni 2025. Pada saat yang sama, stok produk manufaktur di gudang terus susut akibat penurunan volume produksi. Selain permintaan, penurunan volume produksi didorong naiknya harga bahan baku pada bulan lalu. 

Meski demikian, penyesuaian harga jual yang dilakukan pelaku industri cenderung minimum. "Tingkat kepercayaan dari dunia bisnis menyentuh titik terendah sejak Oktober 2024. Hal tersebut sejalan dengan beberapa pabrikan yang mengkhawatirkan laju perekonomian global,” kata Bhatti.

Dikutip dari MikirDuit, data PMI manufaktur yang memburuk pada periode libur panjang mulai April hingga Juni perlu dipantau bulan Juli. Jika Juli masih kontraksi, artinya ada masalah yang cukup serius dalam ekonomi. 

Sedangkan jika PMI Juli bisa ke 49 - 52, artinya penurunan sebelumnya lebih karena efek terlalu banyak libur yang bikin aktivitas pembelian di manufaktur melambat. 

Baca Juga: Industri di Seluruh Asia Masih Lesu, Tarif AS dan Permintaan Global Jadi Penghambat

Sementara itu, data inflasi Indonesia yang naik membuat BI bisa menahan laju penurunan suku bunga hingga The Fed menurunkan suku bunga. Ada potensi suku bunga The Fed turun sekitar September - Desember 2025. 

Dengan kondisi tersebut, ada sejumlah sentimen makroekonomi yang bakal dihadapi bursa saham. Pertama, perbaikan PMI Manufacturing Juli 2025 jika sebelumnya kontraksi karena terlalu banyak libur panjang (dirilis awal Agustus 2025). Jika sesuai skenario, bisa jadi sentimen positif dalam jangka pendek.

Kedua data GDP Indonesia kuartal II/2025, ekspektasi kurang bagus karena perbandingannya dengan kuartal II/2025 masih ada momentum Lebaran, bisa menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek. Terakhir, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed di September 2025 yang biasanya diiringi kenaikan dalam jangka pendek.

Berikut strategi investasi di tengah kontraksi PMI yang dapat diterapkan investor:

Diversifikasi: Alihkan ke sektor kesehatan, logistik, teknologi  COIN (kripto), BLOG (logistik), saham farmasi.

Value Investing: Akumulasi saham fundamental kuat di sektor perbankan & consumer BBCA, BBRI, UNVR.

Pemantauan Data: Pantau PMI Juli, inflasi AS, & keputusan The Fed. Ekspektasi turunnya suku bunga The Fed (Sept 2025).

Manajemen Risiko: Tingkatkan cash position, hindari saham cyclical. Kurangi eksposur energi & material dasar.

Strategi Jangka Pendek: Manfaatkan momentum IPO & sinyal suku bunga. IPO CDIA, COIN; beli sebelum pengumuman The Fed.