Nasional

IMF Ramal Pertumbuhan Ekonomi 2025 di Bawah Target

  • Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyatakan pemerintah menyambut baik penilaian dari lembaga internasional tersebut dan menganggapnya sebagai pandangan objektif yang harus dijadikan bahan evaluasi
<p>Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock</p>

Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock

(Istimewa)

JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai 4,7%, menurut laporan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Meskipun sedikit lebih rendah dari target pemerintah yang menargetkan pertumbuhan di atas 5%, angka ini tetap mencerminkan optimisme terhadap stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Menanggapi proyeksi tersebut, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyatakan bahwa pemerintah menyambut baik penilaian lembaga internasional dan menganggapnya sebagai pandangan objektif yang dapat dijadikan bahan evaluasi sekaligus motivasi untuk memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri.

“Saya kira itu sah-sah saja jika ada lembaga yang memberikan penilaian atau proyeksi terhadap ekonomi bangsa kita,” ujar Prasetyo dalam keterangan tertulis kepada media di Jakarta, Rabu, 30 April 2025.

Prasetyo menegaskan bahwa proyeksi tersebut tidak seharusnya melemahkan semangat nasional. Sebaliknya, hal ini bisa menjadi landasan untuk membangun optimisme berbasis data dan pencapaian riil.

“Jadi tidak ada masalah jika ada pandangan dari IMF, tapi kita tetap percaya diri,” tambahnya.

Fundamental Ekonomi Masih Kuat

Menurut Prasetyo, ekonomi Indonesia saat ini tergolong kuat dan stabil. Indikator seperti pertumbuhan ekonomi yang terjaga di kisaran 5%, inflasi yang rendah dan terkendali, serta konsumsi rumah tangga yang stabil menjadi bukti daya tahan ekonomi domestik.

Salah satu indikator positif adalah tercapainya target investasi pada triwulan pertama 2025, yang mencerminkan iklim usaha yang kondusif dan meningkatnya kepercayaan investor.

“Konsumsi rumah tangga kita terjaga, iklim investasi juga positif, terbukti dengan tercapainya target investasi di triwulan pertama,” jelasnya.

Untuk menjaga tren positif ini, pemerintah terus memperkuat daya tarik investasi melalui berbagai cara, seperti penawaran kerja sama strategis dengan mitra global dan penyempurnaan regulasi yang selama ini dianggap menghambat masuknya investasi, baik dari dalam maupun luar negeri.

Pengaruh Eksternal dan Tantangan Global

Prasetyo juga mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lepas dari pengaruh dinamika global. Beberapa faktor eksternal yang berpotensi menghambat kinerja ekonomi antara lain:

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah

Fluktuasi harga energi dunia

Kebijakan tarif tinggi dari negara maju seperti Amerika Serikat

Tren perlambatan ekonomi di China sebagai mitra dagang utama Indonesia

Ketidakpastian ini dapat berdampak pada ekspor, investasi asing, dan stabilitas nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, strategi mitigasi yang kuat sangat dibutuhkan untuk menjaga fondasi makroekonomi tetap stabil.

Transformasi Ekonomi dan Agenda Jangka Panjang

Di sisi lain, Prasetyo menegaskan bahwa potensi pertumbuhan Indonesia sangat bergantung pada kemampuan melakukan transformasi ekonomi, terutama di sektor manufaktur, hilirisasi sumber daya alam, dan digitalisasi UMKM.

Pemerintah telah menetapkan transformasi ekonomi berbasis nilai tambah sebagai agenda utama menuju Indonesia Emas 2045. Strategi jangka panjang tersebut mencakup pembangunan infrastruktur yang merata, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan vokasi, integrasi teknologi dalam sektor-sektor produktif.

“Kita ingin menciptakan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Prasetyo juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, menyatakan bahwa keberhasilan ekonomi tidak dapat hanya bertumpu pada peran pemerintah.

“Kita yakin, dengan kerja sama semua pihak—pemerintah, sektor swasta, para buruh dan pekerja, serta masyarakat luas—kita bisa membangun ekonomi yang lebih kuat ke depan dengan penuh optimisme,” pungkasnya.

Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 masih di bawah target ideal, pemerintah tetap yakin akan potensi pemulihan dan pertumbuhan yang lebih baik. Dengan menjaga kepercayaan investor, memperbaiki regulasi, serta memperkuat kolaborasi lintas sektor, Indonesia diyakini mampu menghadapi tantangan global dan mempercepat langkah menuju status negara maju.