Tren Inspirasi

Hoho Alkaf: Kades Bertato yang Naikkan Omzet Desa hingga Miliaran Rupiah

  • Salah satu langkah paling visioner Hoho adalah menghidupkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Jaya Mandiri. Ini bukan BUMDes ecek-ecek. Dengan manajemen yang rapi dan orientasi bisnis yang jelas, BUMDes ini menjadi tulang punggung ekonomi desa.
Brotherhood.jpg
Yuni Nugroho Alkaf alias Hoho Alkaf, kepala desa Purwasaba, Banjarnegara. (Instagram/hoho_alkaff)

JAKARTA - Di suatu sudut Banjarnegara, tepatnya di Desa Purwasaba, Kecamatan Mandiraja, kini sedang muncul sosok yang cukup menarik perhatian. Sosoknya mudah dikenali—kulitnya penuh tato dari leher hingga kaki, gayanya santai, senyum tak pernah lepas dari wajah. Tapi jangan salah. Di balik penampilan nyentrik itu, tersimpan visi besar dan kerja nyata yang bikin desa kecil ini kini dilirik banyak orang. Namanya: Hoho Alkaf.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Yuni Nugroho Alkaf—begitu nama lengkapnya—bahwa hidupnya akan berubah drastis dari seorang kontraktor alat berat menjadi pemimpin desa. Hoho, sapaan akrabnya, tumbuh sebagai anak bungsu dari empat bersaudara. Ia lulusan Fakultas Hukum Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang, tapi memilih meniti karier di bidang usaha.

Namun pada 2019, dorongan untuk “pulang kampung” dan memberi perubahan nyata pada desanya menguat. Meski sempat dicibir, bahkan ibunya sendiri awalnya ragu karena penampilannya yang penuh tato, Hoho tetap maju mencalonkan diri sebagai kepala desa, dan ia menang.

Tato Bukan Penghalang, Justru Jadi Ciri Pembeda

Orang mungkin cepat menghakimi. Tubuh penuh tato? Pasti urakan. Namun, Hoho membalikkan semua stigma itu dengan satu hal: kerja nyata.

Dengan gaya kepemimpinan yang membumi, ia menolak berjarak dengan warganya. Ia blusukan bukan untuk pencitraan, tapi karena memang tahu betul apa yang dibutuhkan desanya.

Benar saja, tak lama setelah menjabat, ia langsung membangun jalan penghubung sepanjang 700–850 meter dengan lebar tiga meter. Uniknya, dana awal bukan dari APBDes, tapi dari kantong pribadinya. Jalan itu kini jadi akses penting bagi warga menuju desa tetangga, pasar, dan sekolah.

BUMDes Jaya Mandiri: Mesin Ekonomi Baru

Salah satu langkah paling visioner Hoho adalah menghidupkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Jaya Mandiri. Ini bukan BUMDes ecek-ecek. Dengan manajemen yang rapi dan orientasi bisnis yang jelas, BUMDes ini menjadi tulang punggung ekonomi desa.

Ia memulai dengan peternakan ayam petelur, jumlahnya ribuan ekor. Setiap hari, BUMDes memanen telur dengan omzet mencapai jutaan rupiah. Sebagian hasilnya digunakan untuk menggaji karyawan tetap—seluruhnya warga desa. Sisanya masuk ke kas desa untuk program-program sosial dan infrastruktur.

Tak berhenti di ayam, Hoho menambah unit usaha lain: peternakan sapi, kolam ikan, hingga lahan sawah produktif. Bahkan limbah dari peternakan sapi pun dimanfaatkan untuk biogas. Desa kecil ini pelan-pelan menjelma jadi pusat ekonomi mandiri.

Omzet BUMDes? Sudah tembus miliaran rupiah per tahun.

Baca Juga: Ekonomi Restoratif: Harapan Baru Indonesia dari Desa

Kolam Renang Anak dan Kafe Anak Muda: Bukan Sekadar Gagasan

Hoho berpikir bahwa anak-anak memerlukan hiburan, dan karena itulah ia kini membangun kolam renang edukasi untuk anak-anak. Sumber airnya langsung dari mata air alami desa. Di sampingnya, akan berdiri kafe bergaya kekinian, tempat nongkrong anak muda, wadah diskusi dan inovasi warga desa.

Bukan mimpi kosong. Semua proyek ini sudah dalam pengerjaan.

Inisiatif ini tidak hanya memajukan ekonomi, tapi juga membangun ruang kebahagiaan bagi warganya. Tempat di mana orang bisa belajar, bermain, bahkan sekadar menepi dari rutinitas.

Di tengah geliat pembangunan, Hoho tak lupa sisi kemanusiaan. Ia menyediakan mobil pribadi sebagai kendaraan operasional desa, bahkan sering digunakan gratis untuk mengantar warga ke rumah sakit.

Ia juga dikenal sering membagikan telur ayam hasil peternakan dengan harga murah, bahkan gratis bagi warga kurang mampu.

Tak ada seremoni, tak banyak publikasi. Semuanya dilakukan diam-diam, tapi dampaknya dirasakan oleh banyak orang.

Dapat Sorotan Tokoh Nasional

Apa yang dilakukan Hoho tak luput dari perhatian publik dan tokoh nasional. Dedi Mulyadi, anggota DPR RI sekaligus mantan Bupati Purwakarta yang dikenal blusukan, menyebut gaya kepemimpinan Hoho sebagai “inspiratif dan keren.”

Dedi bahkan membeli 120 ekor sapi dari BUMDes Purwasaba sebagai bentuk dukungan langsung atas kerja keras sang kepala desa.

Dalam enam tahun masa jabatannya, Hoho sudah menyelesaikan semua janji kampanye yang dulu dianggap angan-angan. Jalan desa dibuka, BUMDes hidup, fasilitas warga dibangun. Ia bukan sekadar kepala desa; ia adalah penggerak perubahan, inspirator nyata yang membuktikan bahwa kemajuan tak harus ditunggu dari kota.

Bahkan banyak warga dari luar desa kini datang ke Purwasaba, bukan sekadar wisata, tapi untuk belajar bagaimana sebuah desa bisa mandiri.

Hoho Alkaf adalah bukti bahwa kepemimpinan bukan soal seragam dan penampilan, melainkan soal keberanian berpikir berbeda dan ketulusan untuk melayani.

Ia tak hanya menato tubuhnya, tapi juga menato desanya dengan warna-warna perubahan. Dari jalanan kecil yang dulu becek kini jadi jalur ekonomi. Dari kandang ayam jadi peluang kerja. Dari impian kecil jadi kemajuan yang bisa disentuh dan dirasakan.