Tren Pasar

Harga Jual Naik, Biaya Pakan Turun: Saham CPIN dan JPFA Dikerek ke Level Baru

  • Kinerja CPIN dan JPFA kompak pulih di kuartal III-2025 dengan laba yang melesat. Pendorongnya berbeda, di mana CPIN ditopang pemulihan harga jual DOC, sementara JPFA diuntungkan normalisasi biaya pakan.
Peternak ayam potong .jpg
Peternak memberikan pakan konsentrat pada ayam potong di Leuwinanggung, Tapos, Depok, Jawa Barat, Selasa, 28 September 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Sektor perunggasan (poultry) Indonesia menunjukkan pemulihan kuat pada kuartal III-2025. Dua emiten raksasa, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), kompak mencatatkan kinerja laba yang solid.

Phintraco Sekuritas memberikan rekomendasi "Buy" untuk CPIN dengan target harga dinaikkan dari Rp5.400 per saham menjadi Rp5.700 per saham. Setali tiga uang, JPFA juga dikerek target sahamnya oleh Phillip Sekuritas Indonesia ke level Rp3.000 per saham. 

Menariknya, kedua analis menyoroti pendorong laba yang berbeda. Kinerja CPIN didorong oleh pemulihan harga jual produk (ayam dan DOC), sementara JPFA lebih diuntungkan oleh normalisasi biaya pakan (jagung dan SBM).

1. Kinerja CPIN: Didorong Pemulihan Harga Jual

Phintraco Sekuritas menyoroti kinerja laba bersih CPIN yang tumbuh 41,1% Year-on-Year (YoY) menjadi Rp3,37 triliun selama sembilan bulan pertama 2025. Laba bersih per kuartal III-2025 (3Q25) bahkan melonjak 299% secara kuartalan (QoQ) menjadi Rp1,46 triliun.

Analis Phintraco, Muhamad Heru Mustofa, menilai kenaikan ini didorong oleh pemulihan harga. "Kenaikan penjualan pada segmen ayam pedaging (+14,6% QoQ) dan segmen DOC (+51,4% QoQ) seiring dengan pemulihan harga ayam hidup dan DOC," tulis Heru dalam risetnya pada Jumat, 14 November 2025.

Heru bilang emiten berkodekan CPIN ini juga baru menyelesaikan pembelian fasilitas pembibitan unggas senilai Rp400 miliar. Langkah ini mencerminkan upaya optimalisasi struktur usaha dan efisiensi operasional untuk mendukung profitabilitas jangka panjang.

2. Kinerja JPFA: Didukung Normalisasi Biaya Pakan

Di sisi lain, kinerja JPFA juga menunjukkan pemulihan. Pendapatan usaha naik 4,4% YoY dalam sembilan bulan pertama 2025, pulih dari penurunan 0,6% YoY yang terjadi pada semester pertama 2025.

Laba bersih JPFA tercatat naik menjadi Rp2,7 triliun hingga akhir September 2025. Kenaikan ini mendorong margin laba bersih (NPM) membaik ke level 6,2%, seiring laba usaha yang tumbuh 7,7% YoY menjadi Rp3,9 triliun.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Marvin Lievincent, menyoroti pemicu yang berbeda. Kinerja JPFA didukung oleh normalisasi harga pakan (jagung dan SBM) yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu, yang menekan biaya pokok penjualan.

3. Prospek Pemulihan Sektor Poultry

Riset Phillip Sekuritas Indonesia mencatat bahwa sektor poultry Indonesia melanjutkan pemulihan yang stabil. Kinerja ini didukung oleh permintaan konsumen yang tangguh dan normalisasi harga pakan setelah volatilitas tinggi pada periode 2022-2023.

Selain itu, harga DOC dan ayam hidup yang stabil juga menambah momentum bagi emiten. "Profitabilitas di seluruh produsen membaik seiring biaya bahan baku, terutama jagung dan SBM, yang trennya lebih rendah (YoY)," tulis Marvin dalam risetnya pada Kamis, 13 November 2025.

Inisiatif lumbung pangan pemerintah juga berperan menstabilkan harga jagung lokal. Langkah ini mengurangi tekanan biaya pakan, yang merupakan komponen biaya produksi terbesar bagi JPFA maupun CPIN, sehingga margin dapat terjaga.

4. Proyeksi Jangka Menengah JPFA

Phillip Sekuritas Indonesia mempertahankan pandangan positif jangka menengah untuk JPFA. Mereka memproyeksikan CAGR pendapatan sebesar 9,03% untuk periode FY23-28F, didukung oleh permintaan protein domestik yang kuat dan perluasan ekspor.

Perusahaan efek itu bilang bahwa pendapatan JPFA diperkirakan akan naik 8,14% YoY pada FY25F dan 4,88% pada FY26F. Proyeksi ini didasari oleh asumsi permintaan yang tangguh, biaya input yang stabil, dan regulasi yang mendukung dari pemerintah.

5. Rekomendasi Analis dan Valuasi

Phintraco Sekuritas mempertahankan rekomendasi "Buy" untuk CPIN dengan target harga yang dinaikkan menjadi Rp5.700 per saham (dari Rp5.400 per saham). Rekomendasi ini didasarkan pada perhitungan metode Discounted Cash Flow (DCF).

Phillip Sekuritas Indonesia juga menegaskan rekomendasi "Buy" untuk JPFA dan menaikkan target harga menjadi Rp3.000 (dari Rp2.500). Kenaikan TP ini didukung momentum laba dan pemulihan sektor, bukan sekadar sentimen.

Valuasi JPFA dinilai masih menarik. Saham JPFA diperdagangkan pada 7.14x P/E 2025F. Angka ini mewakili diskon 28,8% terhadap rata-rata valuasi P/E 4 tahun terakhirnya, yang dinilai masih murah.