Tren Pasar

FUTR Genjot Tiga Pilar Energi Hijau: Geotermal, PLTS, dan Bursa Karbon

  • FUTR genjot tiga pilar energi hijau: Geotermal Purwokerto (US$120 Juta), PLTS Bali, dan proyek karbon 70 ribu hektare. Cek analisis lengkapnya.
307012842.jpg.jpg

JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) mempercepat transformasinya menuju perusahaan energi bersih. Perusahaan kini fokus pada eksekusi tiga proyek strategis: energi panas bumi (geotermal), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan dekarbonisasi berbasis hutan.

Direktur Utama FUTR Anggara Suryawan menegaskan, fokus utama FUTR saat ini adalah pengembangan energi panas bumi. Proyek ini akan menjadi landasan utama pertumbuhan jangka panjang perseroan, didukung oleh dua pilar energi hijau lainnya yang sedang disiapkan.

Untuk memperkuat tata kelola dalam transformasi ini, RUPSLB, 10 Novemver 2025, menunjuk Jenderal Pol (Purn) Sutanto sebagai Komisaris Utama. “Kombinasi ini diharapkan membawa FUTR ke fase pertumbuhan baru... dengan tata kelola berstandar global,” ujar Anggara, Selasa, 11 November 2025.

1. Pilar Utama: Geotermal Purwokerto (US$120 Juta)

Proyek geotermal menjadi pilar utama pertumbuhan FUTR. Reaktivasi eksplorasi dijadwalkan dimulai pada kuartal I-2026. Proyek ini memiliki kapasitas awal 30 MW dan berlokasi di Purwokerto, Jawa Tengah, dengan total nilai investasi US$120 juta.

Saat ini, FUTR tengah dalam proses penyusunan studi kelayakan. Perusahaan juga menyiapkan desain program pengeboran. "Penyusunan studi kelayakan... kami siapkan, dengan target pengeboran dimulai pada akhir tahun depan,” kata Anggara.

2. Proyek Jangka Pendek: PLTS Terapung Bali

Selain geotermal, FUTR juga mempersiapkan proyek PLTS terapung. Lokasi proyek ini berada di Danau Nusa Dua, Bali, dan ditargetkan mulai berjalan pada kuartal II-2026. Proyek ini memanfaatkan area showcase KTT G20 yang telah memiliki infrastruktur awal.

  • Baca Juga: Aktivitas Nongkrong Anak Muda Potensi Dongkrak PAD Jakarta

Proyek ini dinilai dapat dieksekusi dengan cepat karena sifatnya tinggal integrasi ke jaringan listrik (grid). "PLTS ini relatif cepat dibangun, hanya sekitar enam bulan dari persetujuan hingga operasional," tambah Anggara.

3. Pilar Baru: Dekarbonisasi dan Bursa Karbon

Pilar ketiga, FUTR menjajaki proyek dekarbonisasi berbasis hutan. Proyek carbon absorbance ini berlokasi di kawasan Sulawesi. Luas lahan yang disiapkan untuk proyek ini mencapai 70 ribu hektare, menunjukkan skala yang masif.

Lahan tersebut saat ini dalam proses sertifikasi karbon internasional. Sertifikasi ini menjadi langkah awal FUTR untuk masuk ke bursa karbon pada 2027, yang diharapkan menjadi sumber pendapatan tambahan yang berkelanjutan di masa depan.

“Sudah ada minat dari pihak luar negeri untuk membeli kredit karbon kami. Namun sebagian akan tetap dijual di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan perusahaan lokal,” jelas Anggara.

4. Paradoks Kinerja di Tengah Transisi

Rencana transformasi ini terjadi di tengah kinerja keuangan FUTR per 30 September 2025 yang menunjukkan paradoks. Di satu sisi, pendapatan dari bisnis lama (legacy) tercatat mengalami penurunan menjadi Rp33,94 miliar, dari Rp63,45 miliar pada tahun 2024.

Pendapatan ini diketahui masih didominasi dari segmen perdagangan dan jasa penunjang konstruksi. Tercatat, 68,05% dari total pendapatan grup FUTR per September 2025 masih berasal dari satu pelanggan utama, yaitu PT Siemens Energy Indonesia.

Namun, di sisi bottom line, perusahaan justru mencatat lonjakan laba. Laba neto tahun berjalan melonjak menjadi Rp3,71 miliar, dibandingkan Rp679,97 juta pada tahun 2024. Kenaikan ini didukung oleh laba bruto (Rp11,78 M) dan laba usaha (Rp3,64 M) yang meningkat.

5. Penyehatan Neraca untuk Modal Transformasi

Transformasi bisnis FUTR juga tercermin pada penyehatan neraca keuangan. Total liabilitas (kewajiban) berhasil ditekan turun secara signifikan menjadi Rp20,57 miliar, dari sebelumnya Rp41,88 miliar pada akhir 2024, yang mengurangi beban perusahaan.

Penurunan utang ini, diiringi kenaikan aset, membuat total ekuitas perusahaan meningkat menjadi Rp219,83 miliar dari Rp189,92 miliar. Struktur modal yang lebih kuat ini menjadi fondasi penting bagi perusahaan untuk mendanai transisinya.

FUTR kini secara strategis bergeser dari bisnis perdagangan dan jasa penunjang konstruksi. Perusahaan bertransformasi penuh menuju pilar baru di sektor energi terbarukan, yang didukung oleh neraca keuangan yang lebih sehat untuk membiayai investasi besar ke depan.