Efek Purbaya Bawa 21 Rekor IHSG, Target 10.500 Menanti di 2026
- Pertumbuhan ekonomi 5,3% dan arus modal asing menjadi modal kuat IHSG melanjutkan tren rekor. Mirae Asset menargetkan indeks mencapai level 10.500 pada 2026, didukung kinerja sektor perbankan dan konglomerasi.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 28,41 poin atau menguat 0,33% ke level 8.640,19 pada perdagangan Kamis, 4 Desember 2025. Ini merupakan rekor harga penutupan tertinggi baru (all time high) indeks saham acuan domestik RI yang terjadi di penghujung tahun.
Rekor terbaru ini semakin mempertebal optimisme pasar menatap tahun depan. Sejumlah sekuritas kenamaan pun kini berani mematok target yang jauh lebih agresif. Misalnya, Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan IHSG dapat menyentuh level 10.500 pada 2026, didukung oleh stabilitas makroekonomi dan kembalinya arus modal asing.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menyoroti bahwa reli panjang ini memiliki korelasi kuat dengan sentimen kebijakan fiskal baru. Pasar dinilai merespons positif transisi kepemimpinan di Kementerian Keuangan yang dinilai pro-pertumbuhan dan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan nasional di tengah ketidakpastian global.
1. Purbaya Effect: 21 Kali Pecah Rekor
Capaian hari ini menambah panjang daftar rekor bursa saham Indonesia. IHSG tercatat telah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) sebanyak 22 kali sepanjang tahun 2025. Momentum kenaikan ini semakin intensif terjadi pada paruh kedua tahun ini, seiring membaiknya persepsi investor.
Menariknya, data menunjukkan mayoritas rekor tersebut terjadi pada periode Menteri Keuangan baru. "IHSG mencetak all time high sebanyak 22 kali sepanjang 2025, dan 21 kali di antaranya terjadi pada periode Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Ini menunjukkan betapa kuatnya persepsi investor," ujar Iman Rachman dalam rapat dengan DPR pada Rabu, 2 Desember 2025.
Purbaya sendiri menyatakan optimismenya bahwa IHSG masih memiliki ruang penguatan yang lebar. "Ini akan terus naik. Kita memahami persoalan ekonomi dan dengan framework baru, koordinasi dengan Bank Indonesia akan semakin efektif," kata Purbaya merespons tren positif tersebut.
2. Proyeksi IHSG 10.500 dan Pertumbuhan 5,3%
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh hingga 5,3% pada 2026. Pemulihan ekonomi dinilai berjalan lebih cepat sejak kuartal IV-2025, memberikan landasan yang kuat bagi emiten untuk mencatatkan perbaikan kinerja keuangan yang signifikan.
Momentum ini diperkirakan akan diakselerasi oleh tren musiman pada awal tahun depan. "Terdapat pemulihan ekonomi lebih cepat sejak kuartal IV-2025. Ini kemudian mendorong PDB yang lebih tinggi serta mendorong performa emiten," kata Rully dalam keterangannya pada Kamis, 4 Desember 2025.
Senada dengan Mirae, Mandiri Sekuritas juga memasang target indeks yang optimis. Broker pelat merah ini memperkirakan IHSG mencapai 9.050 pada 2026, dengan skenario bullish menuju 9.350. Optimisme ini didasari oleh indikator awal perbaikan ekonomi riil yang mulai terlihat di berbagai sektor.
3. Motor Penggerak: Bank dan Saham Konglomerasi
Senior Research Analyst Mirae Asset, Muhammad Farras Farhan, menyebut dua motor utama penggerak indeks ke depan. Sektor perbankan akan menjadi pilar utama seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang solid, yang akan mendorong permintaan kredit perbankan diproyeksikan mencapai pertumbuhan 10% pada tahun 2026.
Selain perbankan, tren penguatan saham-saham konglomerasi dinilai masih akan berlanjut. "Target proyeksi IHSG itu juga ditopang beberapa faktor, dari pertumbuhan ekonomi yang mendorong sektor perbankan, serta tren penguatan saham-saham konglomerasi yang masih berlanjut," ujar Farras dalam risetnya.
Partisipasi investor ritel yang tinggi pada saham-saham ini diperkirakan bertahan hingga semester pertama 2026. Likuiditas yang terjaga dari segmen ritel ini menjadi bantalan penting bagi pasar, melengkapi arus dana institusional yang mulai masuk kembali ke pasar saham Indonesia secara bertahap.
4. Arus Balik Modal Asing
Kepercayaan investor global terhadap pasar Indonesia mulai pulih secara nyata. Data BEI menunjukkan investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp23,87 triliun dalam tiga bulan terakhir. Arus masuk ini menjadi tenaga tambahan bagi IHSG untuk menembus level-level resisten baru.
Pelonggaran kebijakan moneter global menjadi katalis tambahan bagi arus modal ini. Mirae Asset memprediksi Fed Fund Rate (FFR) bisa turun minimal dua kali pada 2026. "Ini kemudian memberi ruang BI [Bank Indonesia] turunkan suku bunga acuannya," ujar Rully menambahkan.
Dampak penurunan suku bunga ini akan signifikan bagi likuiditas pasar. Biaya dana yang lebih murah akan mendorong ekspansi emiten dan menarik capital inflow ke instrumen ekuitas yang menawarkan imbal hasil lebih menarik dibandingkan instrumen pendapatan tetap di era suku bunga rendah.
5. Risiko dan Tantangan Sektor Riil
Meski prospek terlihat cerah, volatilitas nilai tukar Rupiah tetap menjadi tantangan utama yang perlu diwaspadai. Stabilitas kurs sangat krusial untuk menjaga momentum arus dana asing serta mengendalikan biaya impor emiten agar tidak menggerus margin keuntungan operasional di tahun depan.
Deputi Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat, menyoroti indikator sektor riil. Ia mencatat perbaikan pada penjualan semen dan motor. "Jadi sebenarnya kita sudah melihat ada indikasi-indikasi awal perbaikan yang menjadi pendukung sentimen positif di pasar saham kita ke depannya," kata Kresna.
Oleh karena itu, efektivitas insentif fiskal menjadi kunci. Keberhasilan pemerintah dalam menjaga daya beli dan memberikan stimulus yang tepat sasaran akan sangat menentukan apakah pemulihan indikator-indikator awal tersebut dapat berlanjut menjadi pertumbuhan kinerja emiten yang solid dan berkelanjutan.

Alvin Bagaskara
Editor
