Nasional

Dipicu Beban Utang dan Rupiah Anjlok, Cadangan Devisa Turun Jadi US$152,5 Miliar

  • Penurunan cadangan devisa pada periode terbaru disebabkan oleh dua faktor utama, yakni kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta upaya stabilisasi nilai tukar rupiah
20944141.jpg
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) merupakan cara menyelesaikan utang supaya perusahaan terhindar dari pailit (freepik.com)

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2025 mencapai US$152,5 miliar. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar US$4,6 miliar dibandingkan posisi akhir Maret 2025 yang tercatat sebesar US$157,1 miliar.

Dalam keterangan resminya,BI mengungkapkan penurunan cadangan devisa pada akhir April 2025 disebabkan oleh dua faktor utama yang saling berkaitan. 

Pertama, adanya kebutuhan pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah yang cukup besar, sehingga secara langsung mengurangi jumlah devisa yang tersimpan. 

Kedua, BI melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan eksternal yang masih tinggi, termasuk volatilitas pasar keuangan global dan ketidakpastian arah kebijakan moneter negara maju. 

Langkah stabilisasi tersebut diperlukan untuk meredam gejolak nilai tukar yang berisiko mengganggu kestabilan ekonomi domestik. 

Ketidakpastian kondisi global, seperti gejolak pasar keuangan, perlambatan ekonomi dunia, dan ketegangan geopolitik, menjadi tantangan tersendiri bagi stabilitas ekonomi nasional, sehingga memerlukan langkah-langkah antisipatif dari otoritas moneter.

Meskipun mengalami penurunan, BI menegaskan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia masih berada pada level yang sangat aman dan memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi nasional.

Per akhir laporan, cadangan devisa tercatat cukup untuk membiayai 6,4 bulan impor barang dan jasa atau setara dengan 6,2 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini jauh melampaui standar kecukupan internasional yang hanya sekitar tiga bulan impor. 

“Posisi cadangan devisa pada akhir April 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, kala memberikan keterangan resmi di Jakarta, Kamis (8/5).

Dengan demikian, BI menilai ketahanan sektor eksternal Indonesia masih kuat dan mampu mendukung stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan nasional di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung. 

Bank sentral juga menyampaikan pandangan optimistis terhadap prospek cadangan devisa ke depan. BI memperkirakan posisi cadangan akan tetap memadai, ditopang oleh prospek ekspor yang tetap kuat, potensi surplus dalam neraca transaksi modal dan finansial, serta persepsi investor global yang masih positif terhadap perekonomian Indonesia.

Selain itu, BI menyatakan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam menjaga stabilitas eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tambah Denny.