Di Balik Tertunda Laporan Semester I-2025, Kredit BMRI Justru Lampaui Rata-rata Industri
- Laporan keuangan Bank Mandiri (BMRI) semester I-2025 tertunda. Dirut ungkap ada rencana penerbitan obligasi, dan bocorkan kinerja kredit yang lampaui industri.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Ada pemandangan yang berbeda saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara bank-bank Himbara dengan Komisi VI DPR RI hari ini. Di saat BNI dan BRI sudah memaparkan kinerja semester I-2025, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) justru baru bisa menyajikan data hingga Mei.
Direktur Utama Bank Mandiri, Riduan, secara terbuka menyampaikan permohonan maaf atas penundaan ini. Ia mengungkapkan bahwa laporan keuangan per Juni 2025 belum bisa dirilis karena sedang dalam proses audit untuk sebuah aksi korporasi besar.
Ternyata, Bank Mandiri sedang bersiap untuk menerbitkan obligasi pada kuartal keempat tahun ini. Lantas, seperti apa bocoran kinerja BMRI hingga Mei, dan apa artinya rencana ini bagi investor? Mari kita bedah tuntas.
1. Alasan di Balik Penundaan Laporan Keuangan
Dirut Bank Mandiri, Riduan, menjelaskan bahwa laporan keuangan perseroan hingga Juni 2025 sedang diaudit oleh kantor akuntan publik. Proses ini merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi sebelum perusahaan bisa menerbitkan instrumen utang seperti obligasi.
“Kami mohon maaf, kami tidak sama dengan yang sebelumnya...karena kami lagi dalam proses penawaran umum berkelanjutan penerbitan obligasi yang akan dilakukan pada triwulan IV-2025,” jelas Riduan di hadapan para anggota dewan, Kamis, 21 Agustus 2025.
2. Bocoran Kinerja Hingga Mei 2025
Meskipun data Juni belum final, Riduan memberikan bocoran kinerja perseroan yang sangat solid hingga bulan Mei 2025. Mesin bisnis Bank Mandiri terbukti masih ngegas dan bahkan berhasil tumbuh di atas rata-rata industri perbankan nasional.
Penyaluran kredit secara konsolidasi tercatat tumbuh kuat sebesar 13,4% secara tahunan, mencapai Rp1.682,6 triliun. Pertumbuhan ini jauh melampaui rata-rata industri yang hanya sebesar 8,43%, menunjukkan kemampuan BMRI dalam merebut pangsa pasar.
3. Fondasi Pendanaan & Kualitas Aset yang Sehat
Kekuatan Bank Mandiri juga terlihat dari sisi pendanaan. Total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun tumbuh sehat sebesar 8,82% menjadi Rp1.772,9 triliun, juga di atas rata-rata industri yang hanya tumbuh 4,29%.
Yang lebih penting, Riduan menegaskan bahwa pertumbuhan kredit ini tetap berkualitas. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah atau NPL yang sangat terjaga di level 1,12%, dengan cost of credit (CoC) yang efisien di bawah 1%.
4. Laba Tembus Rp21,5 Triliun Didorong Digitalisasi
Pertumbuhan bisnis yang kuat ini pada akhirnya berhasil mendorong perolehan laba bersih. Hingga Mei 2025, Bank Mandiri sukses mencatatkan laba bersih sebesar Rp21,5 triliun, dengan tingkat profitabilitas atau Return on Equity (ROE) yang terjaga di level 19,2%.
Salah satu pendorong utama di balik kinerja ini adalah keberhasilan strategi digitalisasi. Total transaksi digital melalui platform Bank Mandiri meroket 17,2% secara tahunan, mencapai nilai fantastis Rp11.653 triliun.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, bocoran kinerja hingga Mei ini adalah sinyal yang sangat positif. Ini menunjukkan bahwa fundamental Bank Mandiri berada dalam kondisi yang sangat sehat dan bertumbuh kuat, bahkan di atas rata-rata industrinya.
Rencana penerbitan obligasi di kuartal keempat juga menandakan adanya kebutuhan pendanaan untuk ekspansi lebih lanjut. Investor kini menantikan rilis resmi laporan keuangan semester I-2025 yang telah diaudit untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh.

Alvin Bagaskara
Editor
