Tren Pasar

Dari Konsolidasi ke Euforia Pasar: Kisah Panjang Saham CDIA Milik Prajogo

  • Saham CDIA milik Prajogo Pangestu terkoreksi 4,93% ke Rp2.120 per saham. Namun, sejumlah analis justru melihat ini adalah peluang beli berkat konsolidasi dan prospek cerah bisnisnya.
Kawasan PT Chandra Asri - Panji 1.jpg
Salah satu pabrik PT Chandra Asri di kawasan Cilegon Banten. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Setelah mengalami reli kencang beberapa hari, saham emiten baru IPO milik Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), akhirnya terkoreksi. Pada perdagangan hari ini, Rabu, 8 Oktober 2025, sahamnya terpantau melemah 4,93% ke level Rp2.120, sebuah koreksi yang wajar.

Namun, di balik pelemahan ini, para analis justru melihat adanya sinyal beli yang sangat kuat. Aksi korporasi jumbo yang baru saja dieksekusi perusahaan dinilai menjadi fondasi baru yang akan mendorong kinerja dan harga sahamnya jauh lebih tinggi di masa depan.

Koreksi yang terjadi saat ini dinilai sebagai peluang emas bagi para investor untuk melakukan aksi beli saat harga turun. Lantas, seberapa besar potensi yang dilihat oleh para analis di balik saham yang sangat aktif diperdagangkan ini? Mari kita bedah tuntas.

1. Jurus Strategis Prajogo: Konsolidasi Penuh Anak Usaha Logistik

Pendorong utama di balik optimisme analis adalah langkah strategis yang baru saja dieksekusi oleh manajemen. CDIA secara resmi telah mengambil alih kendali penuh atas dua anak usaha di pilar bisnis logistiknya, yaitu PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM).

Sebelumnya, karena status CDIA sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA), kepemilikan mereka di kedua anak usaha ini dibatasi hanya 49%. Namun, setelah CDIA resmi mengubah statusnya menjadi perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN), mereka langsung mengakuisisi sisa 51% saham.

Langkah konsolidasi penuh senilai total Rp2,68 triliun ini dinilai sangat strategis. Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, akuisisi ini bukan sekadar menambah aset, tetapi juga akan memperluas sumber pendapatan jangka panjang CDIA.

2. Reaksi Pasar: Jadi Saham Paling Ramai di Bursa

Pasar merespons sangat positif langkah strategis ini, yang tercermin dari ramainya aktivitas perdagangan saham CDIA. Pada Selasa, 7 Oktober 2025, saham ini menjadi yang paling ramai diperdagangkan di bursa, bahkan mengalahkan saham-saham populer seperti BUMI dan GOTO.

Frekuensi transaksi saham CDIA hari itu mencapai 183.943 kali, jauh melampaui BUMI (36.050 kali) dan GOTO (5.977 kali). Nilai transaksinya bahkan tembus Rp2,8 triliun, menunjukkan betapa besarnya minat investor terhadap saham emiten Prajogo Pangestu ini.

Meskipun volume sahamnya lebih kecil dari BUMI dan GOTO, frekuensi dan nilai transaksi yang sangat tinggi menunjukkan adanya aksi beli dan jual yang sangat intens. Hal ini menandakan bahwa saham CDIA kini menjadi salah satu pusat perhatian utama di pasar.

3. Pendorong Tambahan: Suntikan Dana ke Anak Usaha Lain

Tidak berhenti di situ, CDIA juga terus memperkuat ekosistemnya. Baru-baru ini, pada 1 Oktober 2025, perusahaan memberikan pinjaman sebesar Rp11 miliar kepada anak usahanya yang lain, PT Redeco Petrolin Utama (RPU), yang bergerak di bidang terminal dan penyimpanan.

Direktur CDIA, Merly, menjelaskan bahwa pinjaman ini diberikan untuk mendukung kebutuhan modal kerja RPU. Ini adalah sinyal bahwa perusahaan induk secara aktif memberikan pendorong ke seluruh mesin bisnis di bawah naungannya untuk akselerasi pertumbuhan yang lebih cepat.

Langkah ini juga memungkinkan proses pendanaan yang lebih cepat dan efisien. "PT RPU dapat memanfaatkan fasilitas pembiayaan dengan syarat yang lebih fleksibel dibandingkan pembiayaan konvensional," ujarnya, menjelaskan keuntungan dari dukungan induk perusahaan.

4. Rekomendasi Saham dari Para Analis

Melihat prospek yang cerah ini, para analis pun memberikan rekomendasi beli. Muhammad Wafi dari KISI menyematkan rekomendasi trading buy dengan target harga jangka menengah di kisaran Rp2.800–Rp3.000 per saham.

Rekomendasi serupa juga datang dari Henan Putihrai Sekuritas. Analis Irsyady Hanief memberikan rekomendasi buy dengan target harga Rp2.430. Optimisme ini didasari oleh akselerasi pertumbuhan dan fundamental yang tangguh dari model bisnis CDIA.

"Model bisnis berbasis kontrak CDIA didukung oleh hubungan jangka panjang dengan grup industri terkemuka. Layanan penting yang bersifat kontraktual ini memberikan arus kas yang stabil," jelas Hanief dalam risetnya dikutip pada Rabu, 8 Oktober 2025. 

5. Bongkar Dapur Valuasi Analis

Target harga yang tinggi ini bukan tanpa dasar. Riset Henan Sekuritas secara transparan membeberkan dapur valuasi dalam menghitung emiten berkodekan CDIA, yang didasarkan pada model Discounted Cash Flow (DCF) selama 10 tahun ke depan.

Dalam perhitungannya, Henan menggunakan asumsi WACC sebesar 9,28% dan pertumbuhan terminal 5,30%. Model ini menghasilkan proyeksi Enterprise Value perusahaan pada tahun 2034 mencapai US$18,58 miliar, sebuah angka yang sangat fantastis.

Valuasi dan target harga ini, lanjut Hanief, didorong oleh tiga faktor utama. Pertama, akselerasi pertumbuhan CDIAyang berkelanjutan, fundamental yang tangguh, serta kesesuaian bisnisnya dengan prioritas nasional di sektor infrastruktur.