Bitcoin Terganggu Shutdown AS, di RI Transaksi Kripto Justru Melonjak 27 Persen
- Harga Bitcoin (BTC) tertekan oleh shutdown AS, namun OJK melaporkan transaksi kripto di Indonesia justru melonjak 27,6% menjadi Rp49 triliun pada Oktober 2025.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Harga Bitcoin (BTC) kembali bergerak volatil, terkoreksi 0,61% ke level US$104.564 pada Rabu, 12 November 2025. Pelemahan jangka pendek ini terjadi di tengah "kebisingan" makroekonomi dari Amerika Serikat, terkait drama government shutdown yang berkepanjangan.
Namun, di balik volatilitas jangka pendek ini, data dari regulator Indonesia menunjukkan gambaran yang sangat kontras. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa jumlah investor dan nilai transaksi aset kripto di dalam negeri justru mengalami peningkatan signifikan pada Oktober 2025.
Analis menilai, fundamental Bitcoin secara global dan domestik belum pernah sekuat ini. Pasar kini menimbang antara ketidakpastian fiskal jangka pendek di AS dengan data adopsi jangka panjang yang terus menguat.
1. Respons Pasar Terhadap Isu Shutdown AS
Analis Kripto Reku, Fahmi Almuttaqin, mengatakan harga Bitcoin mengalami kenaikan moderat. Ini terjadi setelah Senat AS meloloskan paket pendanaan yang dapat mengakhiri government shutdown yang telah berlangsung 30 hari.
Probabilitas berakhirnya shutdown sebelum 15 November kini melonjak ke 97,6%. "Kabar yang dapat mengurangi ketidakpastian fiskal langsung mendapat respons dari pasar kripto," ujar Fahmi, Rabu, 12 November 2025.
Meski begitu, Fahmi menilai reli ini masih rapuh. “Optimisme berpotensi mendorong kenaikan lanjutan, tetapi friksi politik di DPR dan belum pulihnya likuiditas on-chain membuat reli ini mungkin akan lebih volatil," terang Fahmi.
2. Fundamental Global: "Never Been Stronger"
Di sisi lain, analis melihat fundamental jangka panjang Bitcoin justru sangat kuat. CEO Triv, Gabriel Rey, memperkirakan adanya pemotongan suku bunga The Fed pada kuartal I-2026, yang berpotensi mendorong Bitcoin mencetak ATH baru.
Menurutnya, akumulasi yang dilakukan institusi melalui ETF dan lainnya menambah sentimen pendukung. “Kalau ditanya secara fundamental Bitcoin is never be as strong as this even in the previous cycle,” ucap Gabriel.
Gabriel juga melihat sentimen pendorong dari pemerintah AS yang terus menerbitkan kebijakan pendukung, seperti peraturan yang jelas mengenai stablecoin. “Saya melihat secara fundamental kuartal I–2026 should be a very good time for crypto industry overall,” kata Gabriel.
3. Data OJK: Transaksi Kripto RI Melonjak Jadi Rp49 Triliun
Di tengah ketidakpastian global, pasar kripto domestik justru menunjukkan kepercayaan diri. Kepala Eksekutif OJK, Hasan Fawzi, mengungkapkan data terbaru dalam RDK Bulanan OJK, Jumat, 7 November 2025.
Nilai transaksi aset kripto selama Oktober 2025 tercatat sebesar Rp49,28 triliun. Angka ini meningkat signifikan 27,64% dibandingkan September 2025 (Rp38,61 triliun). Total nilai transaksi YTD telah mencapai Rp409,56 triliun.
Jumlah konsumen aset kripto juga terus bertambah, mencapai 18,61 juta konsumen pada posisi September 2025. Jumlah ini meningkat 2,95% dibandingkan posisi Agustus 2025 yang tercatat sebanyak 18,08 juta konsumen.
"Hal ini menunjukkan kepercayaan konsumen dan kondisi pasar yang tetap terjaga baik,” ujar Hasan dalam konferensi pers RDK Bulanan OJK.
4. Ekosistem Kripto OJK Terus Berkembang
OJK mencatat per Oktober 2025, terdapat 1.301 aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia. OJK juga telah menyetujui perizinan 29 entitas di ekosistem perdagangan aset kripto yang diawasinya.
Rinciannya terdiri dari 1 bursa kripto (CFX), 1 lembaga kliring (ICC), 2 kustodian (pengelola tempat penyimpanan), dan 25 pedagang aset keuangan digital (PAKD). OJK juga telah menyetujui 5 lembaga penunjang (4 PJP dan 1 BPDK).
Hasan juga menerangkan bahwa OJK saat ini sedang melakukan evaluasi atas permohonan izin baru. Permohonan ini terdiri dari 2 calon bursa, 2 kliring, 2 kustodian, 4 CPAKD, 1 PJP, dan 3 BPDK, menunjukkan ekosistem yang terus bertumbuh.

Alvin Bagaskara
Editor
