Era Baru Ford di Indonesia: Belajar dari Kegagalan 2016, Siapkan Pabrik Lokal 2027
- Ford siapkan pabrik di Jawa Barat 2027 setelah hengkang pada 2016. Pahami beda strategi FMI (CBU) vs RMA Group (CKD) dan data penjualan terbaru.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Produsen otomotif AS, Ford, mengumumkan rencana strategisnya untuk kembali berinvestasi di Indonesia. Setelah hengkang pada 2016, Ford kini berencana membangun fasilitas perakitan lokal yang ditargetkan beroperasi paling lambat pada 2027.
Langkah ini menandai babak baru keseriusan Ford di pasar Indonesia, yang kini berada di bawah distributor resmi RMA Group (PT Mitra Bisnis). Rencana investasi pabrik ini sangat kontras dengan strategi Ford pada era PT Ford Motor Indonesia (FMI) 2000-2016.
Pada era FMI, Ford murni beroperasi sebagai importir CBU (Completely Built Up) dari Thailand, tanpa memiliki fasilitas produksi lokal. Model bisnis inilah yang dinilai menjadi salah satu penyebab utama kegagalan Ford sebelumnya di pasar domestik.
1. Mengingat Kegagalan 2016
Sejarah Ford di Indonesia diwarnai oleh keputusan mengejutkan pada 25 Januari 2016. Saat itu, FMI mengumumkan penghentian seluruh operasinya secara mendadak. Perusahaan menutup 44 outlet dealer dan menghentikan penjualan serta impor resmi.
Penutupan ini didahului oleh anjloknya penjualan. Data Gaikindo (wholesales) mencatat penjualan Ford turun drastis dari 12.008 unit pada 2014 menjadi hanya 4.986 unit pada 2015. Pangsa pasar Ford saat itu telah menciut hingga tersisa 0,49%.
- Baca Juga: Indeks Keyakinan Konsumen Naik Setelah Dua Bulan Menyusut, Pertanda Apa?
2. Akar Masalah 2016: Model Bisnis Tanpa Pabrik
Model bisnis FMI yang murni CBU (impor) dari Thailand menjadi akar masalah. Karena tidak memiliki pabrik, investasi prinsipal Ford di Indonesia minim. Hal ini membuat harga produk Ford tidak kompetitif melawan pabrikan Jepang yang sudah melokalisasi produksi.
Kerugian investasi terbesar justru dialami oleh 44 mitra dealer lokal. Sebanyak 31 dealer sempat melayangkan gugatan Rp1 triliun. Mereka merasa dirugikan karena FMI mendorong investasi besar sesaat sebelum Ford mengumumkan penutupan operasinya.
Penutupan FMI berdampak pada sekitar 35 karyawan internal. Namun, dampak terbesarnya dirasakan oleh sekitar 2.200 karyawan di jaringan dealer yang terdampak oleh penghentian operasi tersebut di seluruh Indonesia.
3. Era Baru RMA Group dan Rencana Pabrik 2027
Ford masuk kembali pada 2022 melalui RMA Group, yang sebelumnya hanya menangani purnajual sejak 2016. Kini, RMA Group berencana mengoreksi kesalahan strategi FMI di 2016 dengan investasi pabrik perakitan lokal (CKD).
Regional Director RMA Indonesia, Roelof Lamberts, mengonfirmasi komitmen investasi tersebut. “Ya, saya telah menyampaikan sebelumnya bahwa kami siap berinvestasi di Indonesia,” ujar Roelof di Jakarta Selatan, Selasa, 11 November 2025.
Pembangunan pabrik ini ditargetkan paling lambat pada 2027, dengan lokasi di Jawa Barat. Rencana ini sejalan dengan ambisi Ford menambah jajaran model (line-up) kendaraan di pasar domestik selain Ford Ranger dan Ford Everest.
4. Kinerja Penjualan Era RMA Group
Berbeda dengan era FMI yang mencatat ribuan unit, penjualan Ford di bawah RMA Group masih dalam tahap awal. Data Gaikindo mencatat penjualan wholesales (pabrik ke dealer) sebanyak 633 unit sepanjang Januari-Oktober 2025.
Sementara itu, penjualan ritel (dealer ke konsumen) pada periode yang sama tercatat sebesar 676 unit. Rencana pembangunan pabrik ini diharapkan dapat menekan biaya produksi dan mendongkrak volume penjualan Ford ke depan.

Alvin Bagaskara
Editor
