Berkah Aset Sitaan, TINS Siap Jadi Raksasa Timah Dunia?
- PT Timah Tbk (TINS) bersiap bangkit dengan dukungan pemerintah, target produksi naik drastis, dan prospek harga timah global yang tetap kuat.

Alvin Bagaskara
Author


Kantor PT Timah di kawasan Gambir Jakarta Pusat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
(TrenAsia/Panji)JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Timah Tbk (TINS) bersiap memasuki fase pertumbuhan baru. Emiten pelat merah ini berpeluang menjadi pemasok timah terbesar kedua di dunia. Langkah ini didukung oleh upaya pemerintah menghentikan praktik penambangan timah ilegal di dalam negeri.
Riset terbaru dari Samuel Sekuritas menyoroti potensi transformasi fundamental ini. Analis memproyeksikan produksi TINS bisa melonjak drastis dari 14 ribu ton pada 2025 menjadi sekitar 80 ribu ton dalam jangka menengah, setara level produksi tahun 2019.
Melihat potensi ini, Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi "Buy" saham TINS dengan target harga Rp5.000. Kendati demikian, investor masih belum bisa saham tersebut karena masih disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia. Lantas, apa saja pendorong utama di balik optimisme analis ini? Mari kita bedah tuntas.
1. Berkah dari Penertiban Tambang Ilegal
Pendorong utama kebangkitan TINS adalah dukungan penuh dari pemerintah. Upaya agresif penegakan hukum terhadap tambang ilegal telah membersihkan persaingan yang tidak sehat. Ini memberikan TINS ruang untuk kembali mendominasi pasar domestik.
Lebih dari itu, pemerintah secara langsung memperkuat TINS dengan mentransfer aset sitaan tambang ilegal. Aset senilai Rp6–7 triliun ini terdiri dari blok-blok timah dan enam unit smelter yang siap digunakan untuk mendukung peningkatan produksi TINS.
2. Kepemimpinan Baru dan Target Produksi Agresif
Untuk memastikan reformasi ini berjalan efektif, pemerintah telah menunjuk kepemimpinan baru. Restu Widiyantoro, mantan perwira TNI, diangkat sebagai direktur utama TINS sejak Mei 2025 untuk memperkuat tata kelola dan operasional perusahaan.
Di bawah kepemimpinan baru dan dukungan aset tambahan, TINS langsung menargetkan kenaikan produksi. Target produksi untuk tahun 2025 dipatok sebesar 30 ribu ton, atau melesat 58,7% secara tahunan, sebagai langkah pemulihan kinerja.
3. Momentum Harga Timah Global
Momentum TINS juga didukung oleh kondisi pasar global. Analis Samuel Sekuritas, Fadlan Banny dan Juan Harahap, menyebut harga timah global diperkirakan tetap tinggi. Ini dipicu oleh gangguan pasokan dari negara produsen utama lain.
Gangguan pasokan dari Myanmar dan Tiongkok terjadi di tengah permintaan yang tetap kuat, terutama dari Tiongkok. “Kombinasi pasokan yang ketat dan permintaan kuat...berpotensi mendorong kenaikan harga dan memperluas margin laba TINS,” tulis riset tersebut dikutip pada Selasa, 21 Oktober 2025.
4. Proyeksi Kinerja Keuangan
Prospek ini tercermin dalam proyeksi keuangan yang sangat optimistis. Samuel Sekuritas memperkirakan pendapatan TINS akan naik dari Rp8,94 triliun tahun ini menjadi Rp20,16 triliun pada tahun 2026. Laba bersih juga diproyeksikan akan meroket.
Dari perkiraan laba bersih Rp909 miliar tahun ini, laba TINS diramal melesat menjadi Rp2,51 triliun pada 2026. Analis memproyeksikan rata-rata pertumbuhan laba bisa mencapai 126% pada periode 2026–2027.
5. Katalis Baru: Mineral Tanah Jarang (REE)
Selain bisnis inti timah, TINS juga mendapatkan katalis baru dari rencana pengembangan mineral tanah jarang (REE). Proyek percontohan REE di Tanjung Ular, Bangka Barat, berpotensi membuka sumber pendapatan tambahan di masa depan.
Dengan valuasi yang masih terdiskon 48% dibanding rata-rata sektor, analis melihat TINS sebagai peluang investasi yang menarik. “Dengan fondasi reformasi, dukungan pemerintah, dan prospek harga komoditas yang solid, TINS berpotensi menjadi salah satu motor utama kebangkitan sektor tambang Indonesia,” terang riset tersebut.

Alvin Bagaskara
Editor
