Beda Arah Garuda (GIAA) dan AirAsia Indonesia (CMPP): Modal Vs Ekspansi Rute
- Garuda Indonesia fokus memperkuat permodalan, sementara AirAsia Indonesia agresif membuka rute baru untuk pulihkan kinerja di sisa 2025.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Dua emiten maskapai, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP), masih berkutat dengan catatan rugi. Laporan keuangan kuartal III-2025 menunjukkan rugi bersih kedua emiten membengkak, meski didasari oleh permasalahan operasional yang berbeda.
Laporan GIAA menunjukkan pembengkakan rugi terjadi seiring dengan penurunan pendapatan usaha. Sebaliknya, CMPP mencatatkan kerugian yang lebih besar meskipun pendapatannya berhasil tumbuh tipis. Selain itu, kedua emiten maskapai ini masih mencatatkan posisi ekuitas negatif yang signifikan.
Di tengah tantangan tersebut, kedua perusahaan menyiapkan strategi pemulihan yang kontras. GIAA fokus pada perbaikan struktur permodalan melalui dukungan Danantara, sementara CMPP memilih strategi ekspansi rute yang agresif untuk mendorong pertumbuhan pendapatan.
1. GIAA: Pendapatan Turun, Rugi Melebar
GIAA mencatatkan rugi bersih sebesar US$182,53 juta (Rp3,03 triliun) per kuartal III-2025. Angka ini membengkak 39,10% secara tahunan (YoY) dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$131,22 juta(Rp2,18 triliun).
Membengkaknya rugi GIAA sejalan dengan pendapatan usaha yang turun 6,7% YoY menjadi US$2,39 miliar per kuartal III-2025. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, GIAA masih mampu membukukan pendapatan sebesar US$2,56 miliar.
2. CMPP: Pendapatan Naik, Beban Melonjak
Nasib berbeda dialami CMPP, yang pendapatannya justru tumbuh 2,08% YoY menjadi Rp6,02 triliun dari sebelumnya Rp5,9 triliun. Namun, laba bersihnya tetap anjlok menjadi rugi Rp985,49 miliar, membengkak dari rugi Rp598,57 miliarpada periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan pendapatan tersebut belum mampu menutup lonjakan sejumlah beban usaha. Beban perbaikan dan pemeliharaan tercatat naik dari Rp1,25 triliun menjadi Rp1,46 triliun pada kuartal III-2025.
Beban pemasaran juga naik signifikan dari Rp268,92 miliar menjadi Rp364,87 miliar. Selain itu, CMPP mencatatkan rugi selisih kurs dari kegiatan operasional sebesar Rp182,52 miliar, yang semakin memperburuk total beban usaha perusahaan.
3. Tantangan Ekuitas Negatif
Selain rugi operasional yang membengkak, kedua emiten maskapai ini masih mencatatkan posisi ekuitas negatif. Total aset GIAA per 30 September 2025 tercatat US$6,75 miliar, namun total liabilitasnya mencapai US$8,28 miliar. Alhasil, ekuitas GIAA minus US$1,53 miliar.
Kondisi CMPP bahkan lebih tertekan. Total liabilitas perusahaan tercatat mencapai Rp16,08 triliun. Angka ini jauh melampaui total asetnya yang hanya Rp5,66 triliun, sehingga ekuitas negatif CMPP mencapai Rp10,41 triliun.
4. Strategi Pemulihan GIAA
Di tengah kinerja ini, GIAA akan menerapkan rencana strategis. Manajemen akan merasionalisasi jaringan rute berdasarkan profitabilitas dan melakukan ekspansi armada secara bertahap hingga 120 pesawat untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar.
Dari sisi keuangan, GIAA telah mendapatkan shareholder loan dari Danantara sebesar Rp6,65 triliun. Dana ini dapat dikonversi menjadi ekuitas dan sebagian besar akan dialokasikan untuk pemeliharaan pesawat Garuda Indonesia dan Citilink.
Manajemen GIAA juga berencana melaksanakan sejumlah inisiatif strategis korporasi. “Sebagai upaya memperkuat struktur permodalan serta memperbaiki posisi ekuitas, melalui aksi korporasi yang bersifat baik kas maupun non kas,” demikian tertulis dalam laporan keuangan.
5. Strategi Pemulihan CMPP
Sementara itu, CMPP berupaya mencapai profitabilitas berkelanjutan melalui efisiensi biaya. Selain itu, perusahaan fokus pada ekspansi rute untuk mendukung pertumbuhan keuangan, terutama pada kuartal IV-2025.
Strategi ini fokus pada penguatan hub Surabaya melalui pembukaan rute domestik baru (Balikpapan, Tarakan) dan rute internasional ke Bangkok. CMPP menargetkan total 28 pesawat akan beroperasi hingga akhir tahun 2025.

Alvin Bagaskara
Editor
