Tren Pasar

Emas Tak Terbendung! Performanya Salip Kripto

  • JAKARTA, TRENASIA.ID - Selama sepuluh tahun terakhir, emas mencatat kinerja yang sangat kuat dengan kenaikan sekitar 250%. Capaian ini setara dengan performa Bi
<p>Pramuniaga menunjukkan emas batangan di Cikini Gold Center, Jakarta, Rabu (8/4/2020). Harga emas 24 karat keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun Rp 17.000 per gram pada Rabu (8/4) berada di posisi Rp 946.000 per 1 Gram, setelah tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah pada harga Rp 963.000 per 1 Gram pada Selasa (7/4). Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Pramuniaga menunjukkan emas batangan di Cikini Gold Center, Jakarta, Rabu (8/4/2020). Harga emas 24 karat keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun Rp 17.000 per gram pada Rabu (8/4) berada di posisi Rp 946.000 per 1 Gram, setelah tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah pada harga Rp 963.000 per 1 Gram pada Selasa (7/4). Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Selama sepuluh tahun terakhir, emas mencatat kinerja yang sangat kuat dengan kenaikan sekitar 250%. Capaian ini setara dengan performa Bitcoin (BTC), namun jauh melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya tumbuh sekitar 75% dalam periode yang sama. 

Berbeda dengan aset kripto yang cenderung volatil, pergerakan harga emas relatif lebih stabil. Tahun 2025 bahkan disebut sebagai “banner year” bagi emas, setelah harganya melesat lebih dari 55% hingga awal Oktober.

Kenaikan harga emas tahun ini bukan semata bagian dari siklus pasar, melainkan dipicu faktor struktural. Di antaranya adalah meningkatnya diversifikasi cadangan devisa bank sentral Asia dari dolar AS, defisit fiskal Amerika Serikat yang semakin melebar sehingga memengaruhi kepercayaan terhadap greenback, serta eskalasi tensi geopolitik global yang memperkuat minat pada aset lindung nilai.

Grafik Harga Emas, BTC & IHSG Periode Januari 2016- Oktober 2025

Illustration

Sumber: Investing, per 28 Oktober 2025

Saat ini harga emas berada dalam fase koreksi di kisaran US$3.900 per ons. Meski demikian, sejumlah analis global, termasuk JP Morgan dan Goldman Sachs, memperkirakan harga masih berpotensi menguat menuju US$4.600 hingga US$5.000 per ons pada 2026. 

Gregory Sharer, analis JP Morgan, melalui laporan Strait Times (28/10) menyebut bahwa koreksi saat ini tergolong dangkal dibanding kenaikan sebelumnya, sebab permintaan dari kawasan Asia dan pembelian bank sentral diperkirakan tetap menjadi penopang harga di tahun mendatang.

Beberapa proyeksi harga emas pada akhir 2026 antara lain: Goldman Sachs memperkirakan level US$4.900 per troy ounce, Morgan Stanley di kisaran US$4.400 per troy ounce, dan JP Morgan melihat potensi hingga US$5.000 per troy ounce.

Bagi investor, fase koreksi saat ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang akumulasi. Strategi pembelian bertahap atau dollar cost averaging (DCA) menjadi pendekatan yang relevan, karena tidak memerlukan penentuan waktu pembelian yang presisi. 

Dengan asumsi kurs Rp16.600 per dolar AS, harga emas berpeluang berada di rentang Rp2,08 juta hingga Rp2,73 juta per gram. Pada kisaran sekitar Rp2,1 juta per gram, strategi yang disarankan adalah melakukan pembelian secara berkala ketika harga mengalami penurunan, untuk mengoptimalkan potensi kenaikan dalam jangka menengah hingga panjang.

Tabel: Skenario Pergerakan Harga Emas Menurut Tim Analis Bareksa

Skenario
 
Kisaran Harga Global (USD/oz)
 
Estimasi Harga Dalam Negeri /gram
 
Konsolidasi (support)3.940 – 4.120Rp2,22 juta - Rp2,44 juta
Lanjut turun (bearish)3.682 – 3.810Rp2,08 juta - Rp2,26 juta
Rebound (bullish)4.350 – 4.600Rp2,46 juta - Rp2,73 juta

Sumber: Tim Analis Bareksa, asumsi kurs Rp16.600, premium harga domestik vs spot 5,9-11,4%