Tren Leisure

Awas! Kebiasaan Scroll Media Sosial Bisa Picu Popcorn Brain

  • Popcorn brain adalah kondisi di mana seseorang terlalu larut dalam multitasking elektronik, sehingga kehidupan aslinya jadi lebih lambat dan terasa kurang menarik sama sekali. Kondisi ini menimbulkan berbagai gejala kognitif seperti pikiran berantakan.
Ilustrasi popcorn brain.
Ilustrasi popcorn brain. (TIL Creatives melalui economictimes.indiatimes.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Sudah menjadi pemahaman umum jika terlalu banyak waktu di depan layar tidak baik untuk kesehatan, namun mungkin kamu akan terkejut mengetahui betapa berdampaknya hal itu bagi pikiran kita.

Scroll Instagram Reels tanpa henti, mengecek notifikasi setiap beberapa menit, berpindah-pindah aplikasi lebih cepat daripada kemampuan otak untuk memprosesnya, semua ini terasa normal, hampir seperti naluri.

Namun, para ahli memperingatkan rutinitas digital yang hiper-stimulatif ini mungkin mengubah pikiran kita dengan cara yang hampir tidak kita sadari. Semakin banyak psikolog kini menyebut fenomena ini sebagai “popcorn brain” atau “otak popcorn” istilah yang kembali mendapat perhatian seiring meningkatnya kebiasaan menonton layar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Istilah popcorn brain pertama kali dicetuskan oleh peneliti dari University of Washington iSchool, David Levy, pada tahun 2011. Ia menggambarkannya sebagai kondisi di mana seseorang terlalu larut dalam multitasking elektronik, sehingga kehidupan aslinya jadi lebih lambat dan terasa kurang menarik sama sekali.

“Platform daring dan media sosial menggunakan algoritme yang terus-menerus menyajikan informasi, notifikasi, dan hiburan yang disesuaikan dengan minat dan perilaku kita,” kata psikolog Danielle Haig, dilansir dari Unilad.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada sistem penghargaan dopamin (hormon kebahagiaan) di otak. Stimulasi berlebihan memicu jalur dopamin yang terkait dengan kesenangan dan pengalaman baru.

“Bukan berarti otak mengalami kerusakan, tetapi jalur sarafnya mengalami penyesuaian atau perubahan untuk mengikuti tuntutan multitasking dan pemrosesan informasi yang cepat,” sambungnya.

Bagaimana Popcorn Brain Memengaruhi Kehidupan Sehari-hari?

Menurut psikolog kesehatan klinis Jennifer Wolkin, PhD, yang berbicara kepada Women's Health, kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gejala kognitif, antara lain:

- Pikiran berantakan

- Kehilangan minat atau motivasi

- Sering memotong atau berganti topik saat berbicara

- Mudah terdistraksi

- Kesulitan menyelesaikan tugas

- Kelelahan mental

- Merasa kewalahan

Kenapa Disebut Popcorn Brain?

Mirip dengan perasaan membuka 'terlalu banyak tab' sekaligus, istilah popcorn brain menggambarkan overstimulasi otak yang terjadi akibat terlalu banyak terpapar dunia digital.

Mirip seperti biji popcorn yang meletup satu per satu di dalam microwave, popcorn brain menggambarkan bagaimana pikiran kita bisa menjadi tidak teratur dan kacau, melompat dari satu pikiran ke pikiran lain akibat kelebihan beban kognitif.

Bagaimana Cara Mengatasi Popcorn Brain?

Membangun kebiasaan sehat menggunakan layar ponsel sangatlah penting. Misalnya, membatasi waktu online, memberi jeda secara rutin, dan mengurangi kebiasaan mengecek ponsel. Melatih mindfulness seperti meditasi juga sangat membantu, begitu pula menerapkan rutinitas dan struktur hidup yang sehat.

“Jika kamu membutuhkan struktur, cobalah metode Pomodoro, yaitu strategi manajemen waktu dengan bekerja fokus selama 25 menit, kemudian istirahat 5 menit. Setelah empat sesi berturut-turut, lakukan istirahat lebih panjang, biasanya 15–30 menit,” kata Moyo Clinic.

Sementara, Psychology Today menambahkan, “Menerapkan ritual dan rutinitas dapat secara efektif mengurangi kebiasaan negatif, menumbuhkan kebiasaan positif, dan menyiapkan pikiran dan tubuh untuk bekerja fokus dalam jangka waktu panjang dengan jeda istirahat teratur.”