Tren Pasar

Asing Borong ANTM Rp245 Miliar, Kok IHSG Anjlok?

  • Asing borong saham ANTM dan INCO total Rp2,4 triliun, namun IHSG ditutup turun. Cek saham top gainers MGNA dan ATAP serta saham yang dilepas asing.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Investor asing mencatatkan transaksi beli bersih jumbo di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan hari ini. Total akumulasi dana asing yang masuk mencapai angka fantastis Rp2,4 triliun di seluruh pasar domestik. Namun, derasnya arus modal masuk gagal mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke zona hijau.

Data perdagangan menunjukkan bahwa aksi beli asing didominasi oleh transaksi di pasar negosiasi dan tunai. Nilai transaksi pada pasar non-reguler tersebut tercatat mencapai Rp2,3 triliun yang menopang total net buy asing. Sementara itu, asing justru membukukan jual bersih senilai Rp238,8 miliar di pasar reguler bursa saham.

Saham sektor mineral logam menjadi incaran utama investor asing di tengah koreksi indeks saham komposit. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menjadi dua emiten paling banyak diborong. Aksi akumulasi ini terjadi saat IHSG ditutup melemah signifikan sebesar 0,5% ke level 8.537.

1. Asing Borong Saham ANTM dan INCO

Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi primadona utama belanja investor asing di pasar reguler hari ini. Emiten pelat merah berkode saham ANTM ini mencatatkan nilai beli bersih asing sebesar Rp245,7 miliar. Minat tinggi terhadap saham nikel ini terjadi di tengah fluktuasi harga komoditas global yang dinamis.

Selain memburu ANTM, investor asing juga agresif menyerok saham nikel lainnya yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Saham berkode INCO tersebut mencatatkan akumulasi beli bersih asing dengan nilai mencapai Rp94 miliar. Tren akumulasi pada dua emiten nikel besar ini mengindikasikan optimisme sektoral yang masih terjaga kuat.

Aksi borong saham sektor pertambangan mineral ini menjadi penopang utama aliran dana asing yang masuk bursa. Investor tampaknya mulai melakukan reposisi portofolio ke saham berbasis komoditas logam strategis pada akhir tahun. Langkah ini cukup kontras dengan tekanan jual yang melanda saham-saham perbankan berkapitalisasi besar.

2. Tekanan Jual BBCA, BUMI, dan BBRI

Tekanan jual paling besar dari investor asing justru melanda saham perbankan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Saham dengan kode BBCA tersebut dilepas asing dengan nilai jual bersih mencapai Rp203,7 miliar. Aksi profit taking ini menjadi salah satu pemberat utama pergerakan indeks harga saham gabungan hari ini.

Selain sektor perbankan, saham sektor energi juga tidak luput dari aksi pelepasan portofolio investor asing. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan nilai jual bersih asing cukup besar yakni Rp181,8 miliar. Tekanan serupa dialami saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell Rp143,7 miliar.

Daftar saham yang banyak dilepas asing turut diramaikan oleh emiten kontraktor pertambangan PT Darma Henwa Tbk (DEWA). Saham berkode DEWA ini mencatatkan nilai jual bersih asing sebesar Rp102,6 miliar pada penutupan perdagangan. Kombinasi tekanan pada saham energi dan perbankan ini membuat pasar reguler mengalami net sell.

3. Kinerja IHSG dan Sektoral

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus rela menutup perdagangan hari ini di zona merah dengan koreksi tajam. Indeks komposit terkoreksi sebesar 46,87 poin atau setara 0,5% ke level 8.537,9. Sebanyak 403 saham mengalami penurunan harga yang menekan laju indeks sepanjang sesi perdagangan berlangsung.

Penurunan indeks terutama diseret oleh pelemahan kinerja mayoritas sektor saham yang rontok pada penutupan sore ini. Sektor barang baku menjadi yang paling terpuruk dengan penurunan indeks sektoral sebesar 1,23%. Pelemahan ini diikuti oleh sektor barang konsumen non-primer dan sektor energi yang juga terkoreksi dalam.

Di sisi lain terdapat beberapa sektor yang mampu bertahan dan mencatatkan penguatan di tengah tekanan pasar. Sektor properti memimpin kenaikan dengan apresiasi sebesar 0,6% diikuti oleh sektor infrastruktur yang tumbuh positif. Penguatan terbatas ini sayangnya belum mampu menahan laju penurunan indeks komposit secara keseluruhan.

4. Saham Top Gainers dan ARA

Meskipun indeks saham mengalami koreksi, sejumlah saham lapis kedua justru memberikan keuntungan besar bagi para pemodal. PT Magna Investama Mandiri Tbk (MGNA) memimpin daftar keuntungan dengan kenaikan harga mencapai 34,59%. Lonjakan harga yang signifikan ini membuat saham MGNA menyentuh batas auto rejection atas (ARA).

Saham lain yang juga menyentuh batas kenaikan maksimal adalah PT Trimitra Prawara Goldland Tbk (ATAP). Harga saham properti ini melonjak sebesar 25% hingga ditutup pada level harga Rp650. Kenaikan drastis ini menempatkan kedua emiten tersebut dalam jajaran saham paling cuan hari ini.

Deretan saham untung besar lainnya diisi oleh PT Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) yang naik 27,1%. PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) mencatatkan kinerja positif dengan kenaikan harga saham sebesar 17,7%. PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) melengkapi daftar dengan kenaikan harga mencapai 14,5%.

5. Saham Top Losers dan ARB

Kontras dengan saham yang untung, dua emiten tercatat mengalami penurunan harga paling tajam hari ini. Saham PT Pelayaran Jaya Hidup Baru Tbk (PJHB) anjlok hingga membentur batas auto rejection bawah. Penurunan sebesar 14,7% membuat harga saham emiten pelayaran ini terperosok ke level Rp220.

Tekanan jual masif juga melanda saham emiten makanan olahan PT Sekar Bumi Tbk (SKBM). Harga saham perseroan ambles sedalam 14,5% dan ditutup pada level harga Rp645. Kedua saham tersebut memimpin daftar top losers akibat tekanan jual yang sangat agresif dari pelaku pasar.

Penurunan tajam pada saham-saham tersebut mencerminkan tingginya volatilitas pasar saham pada perdagangan akhir tahun ini. Investor cenderung melakukan realisasi keuntungan atau membuang saham yang kinerjanya dinilai kurang memuaskan portofolio. Risiko investasi tetap perlu diwaspadai mengingat banyaknya saham yang turun menyentuh batas bawah hari ini.