Disebut Bisa Jadi Sebab KRI Nanggala-402 Tenggelam, Apa Itu Gelombang Internal Soliter?
JAKARTA- Penyebab tenggalamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan Bali bisa bisa dipastikan, tetapi gelombang internal soliter bisa menjadi salah satu penyebabnya. Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, Laksamana Muda Iwan Isnurwanto menjelaskan ada perbedaan kepadatan air laut antara selat Lombok dengan titik perairan ditemukannya kapal selam KRI Nanggala-402. “Jika kita ditabrak oleh gelombang […]

Mochammad Ade Pamungkas
Author


Sumber: NPR dikutip dari NASA
(Istimewa)JAKARTA- Penyebab tenggalamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan Bali bisa bisa dipastikan, tetapi gelombang internal soliter bisa menjadi salah satu penyebabnya.
Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, Laksamana Muda Iwan Isnurwanto menjelaskan ada perbedaan kepadatan air laut antara selat Lombok dengan titik perairan ditemukannya kapal selam KRI Nanggala-402.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Jika kita ditabrak oleh gelombang internal (datang dari atas), itu adalah sifat yang kita hadapi. Kami akan terseret oleh gelombang, mengirim kami ke pendaratan yang cepat. Tidak ada yang bisa melawan alam,” kata Iwan Isnurwanto, dikutip dari laman Straitstimes.
Apa itu Gelombang Intenal Soliter
Mengutip dari laman NPR, gelombang Internal terjadi di daerah lautan tertentu di seluruh dunia, gelombang ini disebabkan oleh interaksi kuat antara lapisan lautan dingin dan hangat di bawah laut.
Gelombang internal sebelumnya telah ditemukan di Selat Gibraltar, sebagian dari Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan, gelombang ini juga ditemukan di daerah selat Lombok, lokasi hilangnya Nanggala-402.
Gelombang semacam itu dapat mencapai pusaran di bawah laut yang luar biasa tinggi sehingga menimbulkan masalah bagi kapal selam.
Matthew Alford, lektor kepala Institut Oseanografi Scripps mengatakan AS, China dan Rusia telah menghabiskan banyak anggaran untuk mempelajari gelombang internal di Laut Cina Selatan karena potensi dampaknya terhadap operasi angkatan laut di jalur air yang strategis.
“Gelombang internal sangat kuat dan berbahaya karena menyapu lapisan lautan (dan apa pun di dalamnya termasuk penyelam atau kapal selam) dalam ratusan meter hanya dalam beberapa menit,” kata Alford.
Bidasarkan risetnya, Alford menjelaskan, Selat Lombok dikenal memiliki gelombang internal yang sangat kuat.
Angkatan Laut AS sempat meneliti terkait kendali kapal selam dan gelombang internal pada 1966,.
Mereka menemukan bahwa arus besar gelombang internal dapat membuat kapal selam sulit dikendalikan, khususnya sewaktu kapal selam itu melaju dengan senyap pada kecepatan rendah.
Lalu bedasarkan laporan resminya yang berjudul Internal Waves: Their Influence Upon Naval Operations, mereka menjelaskan gelombang tersebut juga berpotensi dapat menyebabkan tergelincirnya kapal selam secara tak terkendali.
David Farmer, ahli oseanografi University of Rhode Island menceritakan bahwa kapal selam pada Perang Dunia II berupaya menghindari Selat Gibraltar.
Angkatan laut pada masa itu tahu reputasi dari adanya gelombang tidak lazim yang sangat berbahaya bagi kapal selam di kawasan laut tersebut
Maarten Buijsman ilmuwan oseanografi University of Southern Mississippi juga setuju jika mungkin gelombang internal bisa menyebabkan tenggelamnya KRI Nanggala-402.
“Beberapa gelombang di dalam dapat memiliki arus besar yang luas dan dapat merusak kapal selam, di Laut Cina Selatan arus besar gelombang internal bisa sekitar 100 meter,” kata Maarten Buijsman.
Dalam kasus Nanggala, apa yang terjadi mungkin merupakan kebalikan dengan kapal selam Soviet di selat Gibraltar pada tahun 1980-an.
KRI-Nanggala mungkin didorong jauh lebih dalam daripada seharusnya. Kematian Nanggala masih dalam penyelidikan.
Sedangkan tenggelamnya kapal selam Uni Soviet pada masa itu disebabkan karena tubrukan yang juga disebabkan oleh gelombang tersebut sehingga membawanya ke permukaan dari Selat Gibraltar.
Menurut Kepala Staf Angkatan Laut RI Laksamana Yudo Margono, KRI Nanggala- 402 ditemukan di tiga bagian di dasar laut pada kedalaman hampir 840 meter.
Kapal selam Nanggala dilaporkan sedang dalam latihan penembakan torpedo pada saat mereka hilang kontak.
