Pasar Modal

Rasio Terhadap PDB Tembus 41,64 Persen, Pemerintah Ngotot Tambah Utang Rp323,4 Triliun

  • Meski rasio utang Indonesia sudah mencapai 41,64% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB), pemerintah masih berencana menambah utang pada kuartal II-2021. Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bakal menambah Rp323,4 triliun pinjaman tunai.

<p>Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 22 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 22 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA – Meski rasio utang Indonesia sudah mencapai 41,64% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB), pemerintah masih berencana menambah utang pada kuartal II-2021. Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bakal menambah Rp323,4 triliun pinjaman tunai.

Melansir laporan debt portofolio review DJPPR, utang tersebut bakal bersumber dari lelang Surat Berharga Negara (SBN).

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman merinci, dana pinjaman itu berasal dari Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp194,6 triliun. Lalu, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan pinjaman dari lembaga masing-masing mencapai Rp108,4 triliun dan Rp20,4 triliun.

“Pinjaman sejumlah lembaga dari Bank Dunia hingga JICA, sumber pemberi pinjaman dapat berubah,” tulis Luky dalam dokumen tersebut yang dikutip Selasa, 18 Mei 2021.

Lelang SUN dan SBSN pada kuartal II-2021 dilakukan dengan mekanisme private placement. Mengantisipasi sepinya investor, Bank Indonesia (BI) tetap berjaga sebagai stand by buyer untuk mencaplok SUN dan SBSN yang dilego pemerintah.

DJPPR menggelar lelang di tengah yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang merangkak naik akibat data inflasi di Negeri Paman Sam yang menyentuh 4,2%. Berdasarkan pantauan Bloomberg, yield obligasi AS merangkak naik ke posisi 1,64% pada Selasa, 18 Mei 2021.

Head of Global Markets Bank Mega Ralph Birger Poetiray mengungkapkan dinamika obligasi AS bisa mempengaruhi lelang SUN dan SBSN. Menurutnya, pemerintah perlu menyikapi pergerakan obligasi AS untuk menjaga investor agar tetap mau mencaplok SUN dan SBSN.

“Dari sudut pandang investor asing, kalau yield  SBN ini naik, mereka akan masuk dan bisa menjadi turning point mengingat porsi asing di SBN mencapai 22%,” kata Ralph dalam diskusi virtual belum lama ini.