Tren Pasar

UNTR Belanja Tambang Emas Rp8,8 T, Solusi Diversifikasi atau Spekulasi?

  • UNTR menggelontorkan Rp8,8 triliun untuk akuisisi tambang emas di Sulawesi Utara. Langkah ini dinilai bisa jadi strategi diversifikasi atau justru berisiko tinggi.
K2A1633-copy-1080x675.jpg
PT United Tractors Tbk (Dok/UNTR)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Raksasa Grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR), kini berada di persimpangan jalan. Kinerja dari bisnis inti batu bara dan alat berat mulai menunjukkan pelemahan, tercermin dari laba bersih semester I-2025 yang anjlok 15% dan dividen interim yang menyusut ke level terendah sejak 2022.

Namun, di tengah kelesuan ini, UNTR tidak tinggal diam. Perusahaan secara agresif menggelontorkan dana jumbo dari kas internal sebesar Rp8,84 triliun (US$540 juta) untuk mengakuisisi aset baru yang prospektif: tambang emas Blok Doup di Sulawesi Utara.

Langkah diversifikasi dari batu bara ke emas ini sontak memicu perbedaan pandangan di kalangan analis. Apakah aset baru ini mampu menopang kinerja UNTR di masa depan, atau risiko di bisnis inti masih terlalu besar? Mari kita bedah tuntas.

1. Pelemahan di Bisnis Inti: Laba dan Dividen Menyusut

Info saja, data kinerja fundamental UNTR menunjukkan adanya tekanan. Laba bersih perusahaan pada semester I-2025 tercatat turun 15% menjadi Rp8,13 triliun, dari Rp9,53 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Analis dari BRI Danareksa Sekuritas dan Indo Premier Sekuritas kompak memprediksi pelemahan ini akan berlanjut di kuartal ketiga.

Dampak langsungnya terasa oleh investor. UNTR mengumumkan pembagian dividen interim Rp567 per saham. Angka ini merupakan yang terendah sejak 2022, jauh di bawah dividen interim tahun 2023 (Rp701) dan 2022 (Rp818).

2. Langkah Strategis: Akuisisi Emas Rp8,84 Triliun

Di tengah pelemahan bisnis inti inilah UNTR mengeksekusi strategi diversifikasinya. Melalui anak usahanya, PT Danusa Tambang Nusantara, UNTR secara resmi mengakuisisi 99,99% saham PT Arafura Surya Alam (ASA) dari grup PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB).

Akuisisi strategis senilai Rp8,84 triliun ini ditargetkan akan selesai (closing) pada akhir Desember 2025. Corporate Secretary UNTR, Ari Setiawan, mengonfirmasi langkah ini adalah bagian dari strategi diversifikasi untuk menyeimbangkan portofolio bisnis perusahaan.

3. Potensi Aset Baru Blok Doup

Apa yang sebenarnya dibeli UNTR dengan harga Rp8,84 triliun? Jawabannya adalah tambang emas Blok Doup, aset seluas 4.000 hektare di Sulawesi Utara yang memiliki cadangan dan sumber daya emas yang signifikan.

Namun, investor harus bersabar. UNTR berencana membangun processing plant terlebih dahulu, dengan target produksi komersial baru akan dimulai pada tahun 2028. Jika berjalan lancar, tambang ini ditargetkan mampu memproduksi 140.000 hingga 155.000 ons emas per tahun.

4. Perbedaan Pandangan Analis: Buy vs Hold

Langkah diversifikasi ini langsung memicu perbedaan pandangan di kalangan analis. BRI Danareksa Sekuritas berada di kubu optimistis. Mereka menaikkan asumsi harga emas dan memasukkan nilai aset Doup, sehingga menaikkan target harga saham UNTR menjadi Rp32.200 dengan rekomendasi "Buy".

Sebaliknya, Indo Premier Sekuritas berada di kubu yang lebih berhati-hati. Mereka lebih fokus pada risiko jangka pendek dari bisnis inti. “Risiko utama saham UNTR tetap berasal dari harga batu bara yang lemah,” tulis riset Indo Premier, yang mempertahankan rekomendasi "Hold" dengan target harga Rp27.000.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, fenomena ini menunjukkan bahwa membeli saham UNTR saat ini berarti membeli dua cerita yang bertolak belakang. Di satu sisi, investor harus menerima kenyataan bahwa bisnis legacy (batu bara) sedang tertekan, yang tercermin dari dividen yang menyusut.

Di sisi lain, investor bertaruh pada cerita pertumbuhan jangka panjang (growth story) dari bisnis emas, yang baru akan terasa hasilnya pada 2028. Pilihan kini bergantung pada horizon investasi Anda: sabar menunggu aset emas, atau khawatir dengan pelemahan bisnis batu bara hari ini?