Tren Pasar

Telkom (TLKM) Pangkas Target, Kenapa Analis Malah Bilang Masa Suram Sudah Lewat?

  • TLKM potong target, tapi analis malah kasih sinyal 'Beli'. Apa rahasia di balik potensi comeback saham BUMN telekomunikasi ini?
Gedung Telkom.jpg
Gedung kantor Telkom di kawasan Gatot Subroto, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) baru saja menyampaikan kabar kurang sedap. Setelah melihat kinerja yang lemah di semester pertama, manajemen secara resmi merevisi turun target pertumbuhan pendapatan untuk tahun 2025, dari 'sedikit bertumbuh' menjadi 'datar'.

Namun, di tengah berita negatif ini, para analis pasar modal justru melihat adanya titik terang. Mereka meyakini bahwa kinerja terburuk Telkom sebenarnya sudah terlewati pada kuartal kedua yang baru saja berakhir, dan kini saatnya untuk pemulihan.

Lantas, apa yang membuat para analis begitu optimistis di tengah revisi target ini, dan apa saja strategi baru yang sedang disiapkan Telkom? Mari kita bedah tuntas lima poin penting di balik potensi comeback saham TLKM.

1. Titik Balik Sektor Seluler

Alasan utama optimisme analis adalah adanya sinyal kuat bahwa 'perang harga' brutal di segmen seluler telah berakhir. Manajemen Telkom memprediksi bahwa penurunan pendapatan per pengguna (ARPU), yang selama ini menjadi momok, kini telah mencapai titik terendahnya.

Dengan berakhirnya persaingan harga yang tidak sehat, fokus industri kini kembali ke arah profitabilitas. Ini menjadi titik balik yang sangat penting, membuka jalan bagi ARPU Telkomsel untuk mulai pulih dan kembali tumbuh di semester kedua tahun ini.

2. Jurus-jurus Baru Dongkrak Cuan

Untuk mempercepat pemulihan ARPU, Telkomsel telah melancarkan beberapa jurus baru. Mereka kini merilis paket starter pack dengan harga yang lebih rasional dan telah secara resmi menghentikan program murah Telkomsel Lite yang sebelumnya menekan margin.

Selain itu, Telkomsel juga melakukan simplifikasi produk secara masif, memangkas 6.000 varian produk yang membingungkan menjadi hanya 400. Stok paket-paket murah dari era perang harga pun diperkirakan akan habis dari pasar pada akhir Agustus 2025.

Kombinasi dari penawaran produk yang lebih premium dan hilangnya produk murah dari pasaran inilah yang diharapkan akan secara efektif mendorong kenaikan kembali pendapatan rata-rata per pengguna Telkomsel ke depan.

3. Proyeksi Pendapatan Semester II

Meskipun target setahun penuh direvisi menjadi 'datar', Telkom kini memiliki target yang cukup ambisius untuk paruh kedua tahun ini. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan harus membukukan pendapatan sebesar Rp77 triliun di semester II-2025.

Angka ini setara dengan peningkatan +5,4% dari realisasi semester pertama (Rp73 triliun) dan naik +3% dari periode yang sama tahun lalu. Analis Stockbit, Theodorus Melvin, menilai target ini masih sangat mungkin tercapai. “Kami menilai target itu dapat tercapai (achievable), mengingat ada beberapa katalis positif,” sebut Melvin dalam ulasannya dikutip pada Rabu, 6 Agustus 2025. 

4. Valuasi Murah dan Dividen Menarik

Senada, analis Samuel Sekuritas, Jonathan Guyadi dan Jason Sebastian, valuasi saham TLKM saat ini sangat menarik jika dibandingkan dengan para pesaingnya. Sahamnya diperdagangkan dengan diskon 11,5% terhadap rata-rata emiten sejenis di regional, menandakan harganya masih tergolong murah.

Selain valuasi yang murah, analis Jonathan dan Jason juga menyoroti profitabilitasnya yang superior. “TLKM juga berpotensi re-rating lebih lanjut karena menawarkan ROAE 2025 sebesar 15,6% dibandingkan para pesaingnya yang rata-rata sebesar 14,9%,” tulis mereka dalam risetnya belum lama ini. 

5. 'Buy' dengan Target Harga Rp3.500

Dengan kombinasi strategi pemulihan ARPU, potensi dari FiberCo, dan valuasi yang murah, Samuel Sekuritas dengan yakin mempertahankan rekomendasi "Beli" untuk saham TLKM. Mereka melihat adanya potensi kenaikan atau re-ratinglebih lanjut.

Mereka mematok target harga dalam 12 bulan ke depan di level Rp3.500. Target ini mencerminkan keyakinan analis bahwa masa suram telah lewat dan pemulihan kinerja akan segera terwujud di semester kedua 2025.

Sementara itu, Melvin menambahkan bahwa kunci pemulihan harga saham ada pada data. “Progres dari pemulihan – yang diindikasikan dari peningkatan ARPU dan stabilisasi jumlah pelanggan – menjadi hal yang perlu dicermati,” pungkasnya.