Tren Pasar

Tahan Guncangan MSCI, BBCA–BBRI–ICBP Jadi Incaran Trader Hari Ini

  • Tim analis Bareksa merekomendasikan tiga saham unggulan BBCA, BBRI, dan ICBP untuk trading pada 28 Oktober 2025. Ketiganya dinilai tangguh di tengah tekanan pasar akibat wacana aturan baru free float oleh MSCI.
IHSG Ditutup Menguat-0.jpg
Karyawan berkatifitas di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID — Tim Analis Bareksa merekomendasikan tiga saham berkapitalisasi besar, yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebagai pilihan untuk trading pada Senin, 28 Oktober 2025.

Ketiga saham tersebut dinilai relatif lebih tahan terhadap tekanan pasar, seiring sentimen negatif dari wacana perubahan metode perhitungan free float oleh MSCI yang membayangi pasar saham Indonesia.

1. BBCA – Beli Akumulatif di Rp8.000–8.300

Harga saham BBCA ditutup menguat 0,91% ke level Rp8.350 pada perdagangan 27 Oktober 2025. Saham bank swasta terbesar di Indonesia ini direkomendasikan beli akumulatif, dengan harga masuk di kisaran Rp8.000–8.300, target ambil untung di Rp8.600–8.800, serta batas stop rugi di Rp7.700.

2. BBRI – Beli Akumulatif di Rp3.700–3.850

Saham BBRI naik 0,26% menjadi Rp3.860 pada penutupan perdagangan terakhir. Bank pelat merah yang berfokus pada pembiayaan sektor UMKM ini juga direkomendasikan beli akumulatif dengan rentang harga masuk Rp3.700–3.850, target ambil untung di Rp4.000–4.100, dan stop rugi di Rp3.550.

3. ICBP – Beli untuk Trading di Rp8.700–8.850

Harga saham ICBP naik 0,57% ke Rp8.850 pada 27 Oktober 2025. Saham produsen makanan dan minuman olahan Grup Salim ini direkomendasikan beli untuk trading dengan harga masuk Rp8.700–8.850, target ambil untung di Rp9.075–9.200, dan stop rugi di Rp8.500.

Kondisi Pasar

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,8% pada perdagangan 27 Oktober 2025, meski sempat turun lebih dari 3% di sesi siang. Penurunan terjadi meski investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp1,2 triliun.

Menurut riset teknikal Ciptadana Sekuritas Asia (28/10), mayoritas sektor mencatat pelemahan. Sektor energi turun paling dalam sebesar 3,71%, diikuti properti & real estat (–3,48%) dan industri (–3,46%). Sektor kesehatan menjadi satu-satunya yang menguat, naik 1,05%.

Saham-saham yang menekan indeks antara lain DSSA (–12,83% ke Rp88.800), BRPT (–9,34% ke Rp3.300), dan AMMN (–6,19% ke Rp7.200).
Sementara itu, nilai tukar Rupiah melemah tipis 20 poin ke posisi Rp16.615 per dolar AS.

Untuk perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 7.959 (support) hingga 8.266 (resistance), dengan potensi pergerakan positif setelah mengalami koreksi sebelumnya.

Sentimen Utama: Wacana Aturan Baru Free Float oleh MSCI

Tekanan di pasar saham Indonesia muncul setelah MSCI dikabarkan tengah mengkaji perubahan metodologi perhitungan free float khusus saham Indonesia. Wacana ini masih berada pada tahap konsultasi publik, dengan hasil final dijadwalkan rilis pada Januari 2026, dan implementasi direncanakan pada review indeks Mei 2026.

Perubahan tersebut mencakup penggunaan data kepemilikan dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), termasuk laporan kepemilikan di bawah 5%, untuk menilai jumlah saham yang benar-benar dapat diperdagangkan bebas.

Jika aturan ini diterapkan, saham dengan kepemilikan besar oleh konglomerat atau korporasi berpotensi tercatat memiliki free float lebih kecil, sehingga bobotnya dalam indeks MSCI dapat berkurang.

Dampaknya, saham-saham dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi bisa mengalami penurunan bobot indeks dan berpotensi mendorong arus keluar investor asing (foreign outflow).