Saham Gudang Garam (GGRM) Mendadak Melesat, Sinyal Kebangkitan atau Euforia Sesaat?
- Saham rokok GGRM, HMSP, dan WIIM tiba-tiba melesat tajam saat IHSG anjlok. Apakah lonjakan ini merupakan sinyal kebangkitan atau hanya euforia sesaat?

Alvin Bagaskara
Author


Kantor Pusat PT Gudang Garam Tbk (dok.wikipedia)
(Wikipedia)JAKARTA, TRENASIA.ID – Di tengah indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terkulai lemas akibat isu reshufflekabinet, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) justru berpesta pora. Saham raksasa rokok ini mendadak melesat dua digit, memicu spekulasi dan tanda tanya besar di kalangan pelaku pasar.
Loncatan tiba-tiba ini terasa anomali, mengingat GGRM adalah emiten yang performanya lesu selama bertahun-tahun, dengan harga saham yang terpuruk jauh dari masa jayanya. Kemarin, sahamnya ditutup melejit 12,5% ke level Rp 9.900, seolah membangkitkan kembali memori kejayaannya.
Fenomena ini sontak membelah pandangan investor. Apakah ini titik balik yang ditunggu-tunggu bagi sang raja rokok yang tertidur, atau sekadar euforia sesaat yang didorong sentimen jangka pendek? Mari kita bedah lebih dalam antara peluang trading dan dilema investasinya.
1. Kilau Sesaat di Tengah Badai Pasar
Kenaikan GGRM tidak terjadi sendirian. Saham emiten rokok lainnya seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) juga ikut terbang, masing-masing 17,7% dan 16,3%. Momen ini menjadi anomali karena terjadi saat IHSG justru ambruk 1,28% ke 7.765,8 pada penutupan Senin, 8 September 2025.
Melihat momentum ini, para analis teknikal melihat adanya peluang trading jangka pendek. KB Valbury Sekuritas, misalnya, mengeluarkan rekomendasi trading buy untuk hari ini, Selasa, 9 September 2025, dengan target harga harian yang cukup optimistis di level Rp10.475, dengan level support di Rp8.875.
Rekomendasi ini murni bersifat teknikal, memanfaatkan volatilitas harga yang sedang tinggi. Para trader dianjurkan untuk waspada jika harga menembus support, dengan level stop loss yang disarankan di Rp7.275 untuk memitigasi risiko pembalikan arah harga yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
2. Realita Pahit di Balik Loncatan Harga
Di balik lonjakan harga sehari, investor jangka panjang dihadapkan pada realita fundamental yang pahit. GGRM yang pernah menjadi primadona dan diperdagangkan di atas Rp 80.000 per lembar, kini masih berkutat di bawah Rp10.000, mencerminkan penurunan kinerja inti bisnisnya yang sangat dalam.
Masa kejayaan perusahaan asal Kediri ini, di mana laba bersih stabil di atas Rp5 triliun per tahun, kini tinggal kenangan. Puncaknya pada 2019 dengan laba Rp10,8 triliun, kinerja GGRM terus merosot hingga laba bersihnya anjlok di bawah Rp1 triliun pada 2024.
Kondisi ini berlanjut hingga paruh pertama 2025, di mana perusahaan hanya mampu membukukan laba bersih Rp117,16 miliar. Anjloknya profitabilitas inilah yang menjadi alasan utama mengapa harga saham GGRM terdiskon begitu dalam selama lima tahun terakhir, meninggalkan luka bagi investor setianya.
3. Tsunami Cukai dan Jurus Diversifikasi
Keruntuhan kinerja GGRM disebabkan oleh tsunami tantangan yang menghantam industri rokok. Faktor utamanya adalah kenaikan tarif cukai yang nyaris terjadi setiap tahun, yang secara agresif menggerus margin keuntungan dan memaksa harga jual rokok terus meroket di pasaran.
Kenaikan harga ini pada akhirnya menekan daya beli konsumen dan volume penjualan. Di saat yang sama, persaingan semakin ketat dan peredaran rokok ilegal terus menjadi duri dalam daging. Kombinasi tiga tekanan inilah yang perlahan menggerus profitabilitas raksasa asal Kediri tersebut.
Manajemen sebenarnya tidak tinggal diam. GGRM mencoba jurus diversifikasi ke bisnis jalan tol dan proyek ambisius Bandara Dhoho Kediri. Namun, hingga kini, upaya tersebut belum membuahkan hasil signifikan dan masih membutuhkan waktu sangat panjang untuk bisa berkontribusi menopang laba perusahaan.
4. Menepis Isu PHK, Menjaga Stabilitas Operasional
Di tengah sentimen negatif jangka panjang, sentimen positif jangka pendek muncul dari sisi operasional. Sebuah video viral yang mengklaim adanya PHK massal di pabrik GGRM Tuban berhasil ditepis oleh manajemen, yang mengonfirmasi bahwa kabar tersebut adalah hoaks dan tidak benar.
Kepala HRD PT Merdeka Nusantara, mitra produksi GGRM di Tuban, Adib Musyafa, memastikan kondisi pabrik aman dan tidak ada PHK. Hingga saat ini, pabrik tersebut masih mempekerjakan sekitar 800 hingga 850 karyawan yang semuanya masih aktif bekerja seperti biasa.
Klarifikasi ini penting untuk menunjukkan bahwa di luar tantangan finansial, operasional inti perusahaan di level pabrik masih berjalan stabil. Hal ini setidaknya memberikan sedikit kepastian bahwa roda produksi perusahaan masih berputar di tengah berbagai tantangan yang ada di tingkat korporasi.
5. Peluang Trading Vs Dilema Investasi
Pada akhirnya, lonjakan harga GGRM menyajikan dua narasi berbeda. Bagi seorang trader, ini adalah peluang emas jangka pendek yang didukung oleh momentum teknikal dan volatilitas tinggi. Rekomendasi dari sekuritas menjadi panduan untuk memaksimalkan potensi cuan dalam waktu singkat.
Namun, bagi investor jangka panjang, dilema besar masih menghadang. Apakah lonjakan ini didasari oleh perbaikan fundamental yang akan datang, atau hanya riak sesaat? Dengan tantangan cukai yang persisten dan diversifikasi yang belum terbukti, pertaruhan untuk investasi jangka panjang masih sangat besar.
Pasar akan segera memberikan jawabannya. Apakah GGRM mampu mengubah lonjakan sehari ini menjadi tren pemulihan berkelanjutan, atau ia akan kembali tertidur, menunggu katalis fundamental yang benar-benar kuat untuk bisa bangkit dari keterpurukannya selama ini.

Alvin Bagaskara
Editor
