Saham CBRE Naik Roket, Investor Ritel Bertambah Ribuan: FOMO Mulai Merebak?
- Saham CBRE melonjak tajam hingga ribuan persen. Ribuan investor ritel baru masuk, memunculkan tanda-tanda euforia FOMO di pasar modal.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Euforia Fear of Missing Out (FOMO) tampaknya tengah melanda saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE). Saham yang pada awal tahun ini masih tidak aktif di harga Rp19 perak, kini telah mengamuk dan meroket lebih dari 9.000% sejak awal tahun.
Pada perdagangan sesi I hari ini saja, Rabu, 8 Oktober 2025, saham CBRE kembali melesat 14,38% ke level Rp1.790. Reli gila-gilaan ini diiringi oleh aksi serbu dari para investor ritel yang jumlahnya meledak dalam sebulan terakhir.
Di balik euforia ini, tersimpan sebuah agenda transformasi bisnis raksasa yang akan ditentukan nasibnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) mendatang. Lantas, sedalam apa demam FOMO ini dan apa yang menjadi pemicunya?
1. Ledakan Investor Ritel: Naik 15.000 dalam Sebulan
Demam FOMO di saham CBRE terlihat jelas dari ledakan jumlah pemegang sahamnya. Berdasarkan data bulanan BEI, jumlah investor CBRE pada akhir Agustus 2025 hanya 7.431 pihak. Namun, pada akhir September, jumlahnya meledak menjadi 22.428 pihak.
Artinya, hanya dalam waktu satu bulan, ada penambahan hampir 15.000 investor baru yang ikut berebut saham ini. Lonjakan investor ritel inilah yang menjadi pendorong utama yang mendorong volume dan nilai transaksi saham CBRE hingga ratusan miliar rupiah setiap harinya.
2. Pemicu Utama: Agenda Transformasi Raksasa
Pemicu utama yang mendorong reli dan demam FOMO ini adalah rencana aksi korporasi raksasa yang akan mengubah wajah bisnis perusahaan. Manajemen CBRE akan meminta restu dalam RUPSLB pada 27 Oktober 2025 untuk mengeksekusi tiga agenda penting.
Agenda utamanya adalah persetujuan untuk membeli satu unit kapal super canggih, yaitu pipe-laying & lifting vessel, dengan nilai transaksi fantastis mencapai US$100 juta atau sekitar Rp1,61 triliun.
Selain itu, RUPSLB juga akan meminta persetujuan untuk menerbitkan promissory note sebagai mekanisme pembayaran akuisisi, serta persetujuan untuk menambah kegiatan usaha baru yang akan mengubah anggaran dasar perseroan.
3. Misi Tingkat Tinggi: Incar Kasta Indeks MSCI
Di balik akuisisi ini, tersimpan sebuah misi yang jauh lebih besar: membawa saham CBRE masuk ke jajaran elite indeks MSCI Small Cap. Masuk ke dalam indeks global ini akan secara otomatis menempatkan CBRE dalam radar para manajer investasi dan dana pasif asing.
Saat ini, kapitalisasi pasar CBRE yang mencapai Rp8,1 triliun sebenarnya sudah berada dalam rentang persyaratan. Namun, tantangan utamanya terletak pada free float market cap yang masih di bawah standar MSCI, yaitu sebesar US$161 juta.
Untuk bisa memenuhi ketentuan tersebut tanpa menambah free float, harga saham CBRE harus reli hingga hampir dua kali lipat dari posisinya saat ini. Target harga implisit untuk bisa masuk ke indeks MSCI adalah di kisaran Rp3.000 per saham.
4. Siapa di Balik Layar?
Di balik manuver ambisius ini, ada nama Suganto Gunawan sebagai penerima manfaat akhir atau pemilik perusahaan, yang juga menjabat sebagai komisaris utama. Saham CBRE sendiri dikendalikan oleh PT Omudas Investment dengan porsi kepemilikan 61,13%.
Kehadiran nama-nama yang terafiliasi dengan tokoh bisnis besar seperti Happy Hapsoro juga ikut menjadi sentimen pendorong. Hal ini memberikan keyakinan tambahan bagi pasar bahwa rencana transformasi yang sedang dijalankan memiliki dukungan yang kuat.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, fenomena CBRE adalah sebuah cerita turnaround klasik yang sangat high-risk, high-reward. Reli harga yang terjadi saat ini lebih didorong oleh sentimen dan ekspektasi akan keberhasilan transformasi bisnis perusahaan di masa depan.
RUPSLB pada 27 Oktober mendatang akan menjadi momen krusial. Jika pemegang saham merestui rencana akuisisi kapal US$100 juta, ini akan menjadi validasi dan katalis baru yang berpotensi mendorong harga sahamnya lebih tinggi lagi.
Namun, investor juga perlu sangat waspada. Reli yang didorong oleh euforia dan FOMO seringkali sangat volatil. Kunci utamanya adalah memahami bahwa Anda sedang bertaruh pada sebuah cerita masa depan, bukan pada kinerja fundamental saat ini.

Alvin Bagaskara
Editor
