Saham BMRI Tertekan Hebat Dihantam Asing, Analis: Ini Momen Beli
- Tekanan jual asing membuat saham BMRI turun 5,69% dalam sebulan. Namun, valuasi PBV dan PER kini berada di level terendah 3 tahun terakhir, membuka peluang buy on weakness.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tengah berada di bawah tekanan hebat. Pada perdagangan hari ini, Jumat, 3 Oktober 2025, harganya kembali melemah 1,15% dan menyentuh level Rp4.310, posisi terendahnya dalam enam bulan terakhir. Pelemahan ini melanjutkan tren negatif di mana saham bank BUMN ini telah merosot 5,69% dalam sebulan.
Penyebab utama dari pelemahan ini adalah aksi jual dari investor asing. Hanya dalam sebulan, asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) hingga Rp3,20 triliun. Namun, di tengah kondisi yang penuh tekanan ini, valuasi saham BMRI justru berada di level termurahnya dalam 3 tahun terakhir, dan analis tetap merekomendasikan "Beli".
Fenomena ini menyajikan pertarungan klasik antara sentimen pasar jangka pendek melawan valuasi fundamental jangka panjang. Lantas, seberapa murah valuasi BMRI saat ini dan apa yang dilihat oleh para analis?
1. Tekanan di Saham BMRI: Asing Lepas Barang Rp3,2 Triliun
Tekanan jual di saham BMRI memang sangat signifikan. Pelemahan harga yang terjadi secara konsisten ini didorong oleh aksi lepas barang dari investor asing yang nilainya sangat besar, mencapai Rp3,20 triliun hanya dalam satu bulan terakhir.
Sentimen jual ini dipicu oleh rilis kinerja keuangan semester I-2025 yang di bawah ekspektasi. Laba bersih Bank Mandiri yang turun 8% secara tahunan membuat sebagian investor khawatir dan memilih untuk merealisasikan keuntungannya terlebih dahulu.
2. Diskon Besar: Valuasi Termurah dalam 3 Tahun
Tekanan jual dari asing ternyata justru menciptakan sebuah 'diskon' besar bagi para investor. Berdasarkan data Stockbit Sekuritas, valuasi saham BMRI kini berada di level termurahnya dalam tiga tahun terakhir, baik dari sisi PBV maupun PER.
Rasio Price to Book Value (PBV) BMRI saat ini berada di 1,51 kali, atau sudah berada di bawah -2 standar deviasi dari rata-rata tiga tahunnya. Ini adalah sinyal kuantitatif yang sangat kuat bahwa harga sahamnya sudah tergolong sangat murah secara historis.
Hal serupa juga terlihat dari rasio Price Earning Ratio (PER) yang berada di level 7,49 kali. Angka ini juga berada di bawah -2 standar deviasi rata-rata tiga tahunnya, mengonfirmasi bahwa saham BMRI sedang diperdagangkan di harga diskon.
3. Pandangan Analis: Target Turun, Tapi Rekomendasi Tetap 'Beli'
Di sinilah letak anomali yang menarik. Meskipun pasar sedang pesimistis, analis dari BRI Danareksa Sekuritas justru tetap mempertahankan rekomendasi "Beli" untuk saham BMRI, meskipun mereka ikut memangkas target harganya.
BRI Danareksa memang menurunkan target harga BMRI dari Rp5.900 menjadi Rp5.000. Penurunan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan proyeksi laba yang juga ikut direvisi turun akibat panduan manajemen yang lebih konservatif.
Namun, rekomendasi "Beli" yang tetap dipertahankan adalah sinyal kuat. Ini menunjukkan bahwa meskipun prospeknya sedikit menurun, harga sahamnya saat ini dinilai sudah turun terlalu dalam, sehingga potensi kenaikannya masih jauh lebih besar daripada risikonya.
4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, fenomena ini adalah pelajaran investasi yang sangat berharga. Ini adalah pertarungan antara sentimen negatif jangka pendek melawan peluang valuasi jangka panjang.
Pelemahan harga yang didorong oleh sentimen dan kinerja sesaat telah membawa valuasi saham blue chip ini ke level yang sangat atraktif. Rekomendasi "Beli" dari analis menjadi konfirmasi bahwa ini adalah momentum yang tepat untuk melakukan aksi beli saat harga turun atau buy on weakness.

Alvin Bagaskara
Editor
