Tren Pasar

Saham Blue Chip Melesat, Sinyal Bullish Menguat Hingga Akhir Tahun

  • Rally saham blue chip dinilai masih pada fase awal. Didukung pemulihan ekonomi, prospek laba bank besar, dan inflow asing yang terus berlanjut.
Ilustrasi Pengamatan IHSG - Panji 4.jpg
Ilustrasi pengamatan IHSG. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham-saham berkapitalisasi besar atau blue chip menunjukkan penguatan yang menonjol dalam beberapa pekan terakhir. Pergerakan ini dinilai masih berada pada fase awal dan berpotensi berlanjut hingga akhir tahun, seiring membaiknya sentimen ekonomi dan prospek kinerja emiten.

Berdasarkan data pergerakan pasar sejak penutupan perdagangan 16 Oktober hingga 3 November 2025, indeks LQ45 tercatat menguat sekitar 8%, melampaui kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya berkisar 2% dalam periode yang sama. Sejumlah saham konsumer dan perbankan tercatat menjadi kontributor terbesar terhadap kenaikan indeks tersebut.

Investment Analyst Lead Stockbit, Edi Chandren, menyebut penguatan ini merupakan hasil rotasi portofolio investor dari saham-saham konglomerasi yang sebelumnya sudah mencatat kenaikan signifikan, menuju saham-saham blue chip yang menawarkan keseimbangan risk-reward yang lebih menarik.

“Rally saham-saham blue chip masih berada pada tahap awal. Kami memperkirakan tren penguatan ini dapat berlanjut setidaknya hingga akhir 2025,” ujar Edi dalam risetnya Selasa, 4 November 2025.

Menurut Edi, rilis kinerja emiten pada kuartal III 2025 menunjukkan kondisi yang lebih baik dibanding kuartal sebelumnya. Sejumlah emiten yang sebelumnya berada di bawah ekspektasi kini menunjukkan stabilisasi, terutama setelah konsensus menurunkan estimasi laba sejak kuartal II 2025.

“Risiko pemangkasan estimasi kinerja setelah kuartal III ini cenderung terbatas. Bahkan, ada potensi revisi naik seiring ekspektasi pemulihan ekonomi yang lebih kuat mulai kuartal IV,” jelas Edi.

Sektor perbankan menjadi salah satu penopang utama, dengan manajemen bank-bank besar menyatakan prospek pertumbuhan kredit yang lebih positif disertai penurunan biaya dana (cost of fund).

Indikasi Ekonomi Mulai Pulih

Sejumlah indikator makro ekonomi menunjukkan momentum ekspansi:

  1. Pertumbuhan M2 pada September 2025 mencapai 8% YoY, meningkat selama empat bulan berturut-turut.
  2. Pertumbuhan kredit perbankan naik menjadi 7,2% YoY pada bulan yang sama.
  3. PMI Manufaktur Indonesia mencapai 51,2 pada Oktober 2025, menandai ekspansi selama tiga bulan berturut-turut.

Selain itu, data indeks aktivitas bisnis dan konsumsi BCA juga mulai menunjukkan peningkatan, memperkuat sinyal bahwa ekonomi domestik memasuki fase percepatan menjelang akhir tahun.

Sejak 17 Oktober hingga 3 November 2025, pasar saham Indonesia mencatat net foreign inflow sebesar Rp7,2 triliun di pasar reguler. Dengan ekspektasi akselerasi belanja pemerintah dan tren penurunan suku bunga, Edi menilai peluang arus masuk dana asing untuk terus berlanjut masih besar.

“Selama momentum pemulihan ekonomi terjaga, saham-saham blue chip berpotensi tetap menjadi tujuan utama investor, baik domestik maupun asing,” kata Edi.