Rp200 Triliun Masuk Himbara, BBTN Bisa Melonjak hingga 38 Persen
- Riset Bareksa ungkap BBTN jadi penerima utama dana Rp200 T pemerintah, berpotensi mengerek harga saham Himbara naik 10-38%. Simak rekomendasi lengkapnya.

Ananda Astri Dianka
Author


Nasabah melakukan transaksi di teller kantor pusat Menara BTN, Gajahmada, Jakarta, Selasa, 16 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA, TRENASIA.ID — PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) diprediksi menjadi bank paling diuntungkan dari rencana pemerintah menyalurkan dana Rp200 triliun ke perekonomian melalui bank-bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara).
Dalam riset terbarunya, tim analis Bareksa menilai BBTN berpeluang diprioritaskan karena perannya sebagai penyalur utama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi dalam Program 3 Juta Rumah. Posisi strategis ini membuat BBTN dinilai bisa memperoleh alokasi dana lebih besar dibanding bank lain.
Selain BBTN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga diproyeksi ikut menikmati dampak positif dari kebijakan ini.
Tabel: Simulasi I pembagian proporsional berdasarkan pembobotan besaran kredit (Rp triliun)
| Bank | Kredit | DPK | LDR | Bobot Kredit | Tambahan DPK | DPK Akhir | LDR Akhir |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| BBNI | 764 | 881 | 86,7% | 17,0% | 34 | 915 | 83,5% |
| BBRI | 1,417 | 1,482 | 95,6% | 31,5% | 63,1 | 1,545 | 91,7% |
| BBTN | 352 | 365 | 96,4% | 7,8% | 15,7 | 381 | 92,5% |
| BMRI | 1,672 | 1,749 | 95,6% | 37,2% | 74,4 | 1,823 | 91,7% |
| BRIS | 287 | 319 | 90,0% | 6,4% | 12,8 | 332 | 86,5% |
| Total | 4.492 | 4,796 | 93,7% | 200 | 4,996 | 89,9% |
Sumber: perseroan, diolah Tim Analis Bareksa, per Semester I 2025
Tabel: simulasi II pembagian proporsional berdasarkan pembobotan besaran kredit untuk bank dengan LDR >90% (Rp triliun)
| Bank | Kredit | DPK | LDR | Bobot Kredit | Tambahan DPK | DPK Akhir | LDR Akhir |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| BBNI | 764 | 881 | 86,7% | 0,0 | 881 | 86,7% | |
| BBRI | 1.417 | 1.482 | 95,6% | 41,2% | 81,1 | 1.563 | 90,7% |
| BBTN | 352 | 365 | 96,4% | 10,2% | 20,2 | 385 | 91,4% |
| BMRI | 1.672 | 1.749 | 95,6% | 48,6% | 95,7 | 1.845 | 90,6% |
| BRIS | 287 | 319 | 90% | 3 | 322 | 89,1% | |
| Total | 4.492 | 4.796 | 93,7% | 200 | 4.996 | 89,9% |
Sumber: perseroan, diolah Tim Analis Bareksa, per Semester I 2025
Simulasi Dua Skema Penyaluran Dana
Bareksa menyusun simulasi dua skema yang berpotensi digunakan pemerintah untuk menyalurkan dana jumbo tersebut.
1. Skema proporsional berdasarkan pembobotan kredit
Skema ini dinilai kurang ideal karena tidak memperhitungkan kondisi likuiditas masing-masing bank. Misalnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masih tergolong cukup likuid dengan loan to deposit ratio (LDR) di bawah 90%. Hal yang sama terjadi pada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang mencatat LDR tepat di 90%.
2. Skema berdasarkan kebutuhan likuiditas
Dana hanya akan disalurkan kepada bank dengan LDR di atas 90% alias yang menghadapi likuiditas ketat. Dalam hal ini, BRIS berpeluang memperoleh dana tambahan secukupnya agar LDR turun di bawah ambang 90%.
Berdasarkan analisis tersebut, Bareksa merekomendasikan beli untuk saham BBTN, BBRI, BMRI, BRIS, dan BBNI. Potensi kenaikan harga diperkirakan berada di kisaran 10% hingga 38%, tergantung alokasi dana yang diterima masing-masing bank.
Rekomendasi Saham BBTN, BBRI, BMRI, BRIS & BBNI
| Saham | Rekomendasi | Target Harga | Potensi Upside | PER 2025 (F) | PBV 2025 (F) | ROE 2025 (F) | Yield Dividen 2025 (F) |
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| BBTN | Buy | Rp1.500 | 10,7% | 4,8x | 0,5x | 10,9% | 4,2% |
| BBRI | Buy | Rp4.900 | 20,09% | 10,4x | 1,9x | 18,1% | 8,6% |
| BMRI | Buy | Rp6.200 | 38,39% | 7,8x | 1,5x | 19,2% | 10,1% |
| BRIS | Buy | Rp3.400 | 27,81% | 15,4x | 2,4x | 16,6% | 1% |
| BBNI | Buy | Rp5.675 | 28,39% | 7,5x | 1x | 13,1% | 8,5% |
Sumber: Ciptadana Sekuritas, potensi upside harga per 11/9/2025
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (11/9) menyatakan pemerintah akan menyalurkan Rp200 triliun dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang selama ini tersimpan di Bank Indonesia ke bank-bank Himbara.
Pemerintah secara tegas melarang dana tersebut ditempatkan pada instrumen surat berharga negara (SBN) maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Dana diminta sepenuhnya disalurkan ke sektor riil melalui penyaluran kredit, dengan harapan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara langsung.

Ananda Astri Dianka
Editor
