Prospek Saham COIN: Masuknya Hashim dan Lonjakan Transaksi Kripto
- Keluarga Prabowo melalui Hashim Djojohadikusumo resmi menjadi pemegang saham emiten kripto PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN). Analis menilai aksi korporasi ini menjadi sentimen positif jangka menengah bagi pergerakan harga saham.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Industri aset kripto di Indonesia menunjukkan ketahanan yang impresif di tengah ketidakpastian ekonomi global. Sepanjang tahun 2025, minat masyarakat terhadap aset digital terus bertahan, dengan nilai transaksi nasional mencapai Rp49,28 triliun pada Oktober 2025 menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pertumbuhan ini tidak hanya didorong oleh investor ritel muda, tetapi juga mulai menarik perhatian "uang besar" dari kalangan konglomerat. Salah satu nama besar yang baru-baru ini merangsek masuk adalah keluarga Presiden RI Prabowo Subianto, melalui adiknya, Hashim Djojohadikusumo, yang resmi menjadi pemegang saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN).
Masuknya Hashim melalui PT Arsari Nusa Investama dinilai sebagai validasi kuat terhadap potensi sektor kripto domestik. Hal ini terjadi beriringan dengan kinerja fundamental COIN yang berhasil membalikkan kerugian menjadi laba bersih pasca-melantai di bursa, didorong oleh lonjakan pendapatan yang fantastis.
1. Keluarga Prabowo Merapat ke Bursa
Hashim Djojohadikusumo resmi tercatat sebagai salah satu pemegang saham strategis COIN melalui PT Arsari Nusa Investama. Langkah ini menambah daftar panjang ekspansi bisnis keluarga Djojohadikusumo di pasar modal, setelah sebelumnya putrinya, Rahayu Saraswati, juga masuk ke emiten properti PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN).
Pelaku pasa menilai kehadiran figur yang dekat dengan lingkar kekuasaan ini berpotensi menjadi sentimen positif jangka menengah. Investor institusi maupun ritel cenderung melihat adanya jaminan prospek bisnis yang lebih menjanjikan karena akses jaringan dan peluang sinergi yang mungkin terbuka lebar di masa depan.
Pengamat pasar modal Reydi Octa menyebut bahwa investor besar yang terafiliasi pemerintah dipercaya dapat menarik minat pasar. "Sangat berpotensi menjadi sentimen positif, terutama dari sisi persepsi investor. Investor besar yang terkait dekat dengan lingkar pemerintah dipercaya memiliki prospek lebih menjanjikan," ujarnya dalam keterannganya pada Senin, 15 Desember 2025.
2. Kinerja COIN: Pendapatan Melejit 1.988%
Secara fundamental, emiten bersandikan COIN ini mencatatkan kinerja keuangan yang moncer hingga kuartal III-2025. Perseroan sukses mencetak laba bersih sebesar Rp41,08 miliar, berbalik drastis dari kerugian Rp6,85 miliar yang diderita pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kunci pemulihan ini terletak pada lonjakan pendapatan yang mencapai 1.988% secara tahunan (year-on-year), melesat dari Rp9,80 miliar menjadi Rp204,63 miliar. Manajemen mengungkapkan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan porsi perdagangan derivatif kripto terhadap total transaksi perseroan.
Direktur Utama COIN, Ade Wahyu, menjelaskan bahwa strategi fokus pada produk derivatif terbukti efektif meningkatkan volume perdagangan. "Lonjakan pendapatan tersebut terjadi karena porsi perdagangan derivatif kripto terhadap total transaksi meningkat menjadi 28% dari 17% pada kuartal sebelumnya," jelas Ade dalam keterangannya.
3. Industri Kripto Nasional Tumbuh Stabil
Secara makro, ekosistem kripto nasional berada dalam fase pertumbuhan yang terjaga. INDODAX, sebagai salah satu platform terbesar, mencatat pangsa pasar dominan sebesar 44,68% pada Oktober 2025. Nilai transaksi di platform tersebut melonjak 216,83% mencapai Rp22,02 triliun dibandingkan tahun lalu.
VP INDODAX, Antony Kusuma, menilai capaian ini mencerminkan kepercayaan pengguna yang tinggi. Menurutnya, investor Indonesia, terutama generasi muda, semakin memandang kripto bukan hanya sebagai instrumen spekulasi, tetapi juga sebagai bagian dari adopsi teknologi masa depan yang inovatif.
Kondisi pasar yang kondusif ini menjadi landasan kuat bagi pertumbuhan emiten seperti COIN. "Peningkatan market share INDODAX pada Oktober menegaskan bahwa kepercayaan dan loyalitas pengguna terhadap aset kripto tetap kuat, bahkan saat kondisi global menghadapi ketidakpastian," kata Antony dalam keterangannya pada Senin, 15 Desember 2025.
4. Proyeksi Harga Saham dan Target Analis
Head of Research Korea Investment and Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, menetapkan target harga saham COIN di level Rp4.600. Ia menilai masuknya keluarga Djojohadikusumo mampu menjadi katalis kuat jangka pendek karena pasar berekspektasi adanya ekspansi bisnis yang lebih agresif.
Sementara itu, Head of Research MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memperkirakan harga saham COIN akan bergerak di kisaran Rp4.420–Rp4.540. Meskipun sempat mengalami koreksi 4,40% ke level Rp3.910 pada perdagangan akhir pekan lalu, tren jangka panjang dinilai masih potensial.
Namun, analis tetap mengingatkan investor untuk mencermati fundamental. Sentimen afiliasi politik memang kuat, tapi kinerja riil perusahaan tetap menjadi penentu utama. "Pasar berekspektasi adanya akses proyek, ekspansi yang lebih agresif, dan peluang sinergi bisnis," tambah Wafi dalam risetnya.
5. Masa Depan: Literasi dan Regulasi
Tantangan industri ke depan tidak hanya soal volume transaksi, tetapi juga kualitas literasi investor. Antony Kusuma menekankan pentingnya edukasi agar masyarakat dapat mengambil keputusan investasi yang terukur, sehingga ekosistem kripto nasional dapat tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan menuju tahun 2026.
Dukungan regulasi yang semakin jelas dari OJK juga menjadi faktor kunci. Dengan pengawasan yang lebih ketat namun suportif, industri aset kripto diharapkan dapat terintegrasi lebih dalam dengan sektor keuangan konvensional, membuka peluang bagi institusi besar lainnya untuk masuk.
Sinergi antara pelaku industri, regulator, dan investor strategis seperti keluarga Djojohadikusumo diharapkan mempercepat maturitas pasar. "Perkembangan industri kripto ke depan tidak hanya bergantung pada besarnya nilai transaksi, tetapi juga pada kualitas literasi keuangan digital masyarakat," tutup Antony.

Alvin Bagaskara
Editor
