Pilih ETF atau Saham? Kenali Bedanya Biar Nggak Salah Langkah
- Pelajari perbedaan ETF dan saham, mulai dari cara kerja, risiko, hingga contohnya di BEI. Temukan juga cara membeli ETF dan saham agar investasi Anda lebih terarah.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA - Investasi di pasar modal tidak hanya soal membeli saham perusahaan. Ada juga Exchange Traded Fund (ETF) yang menawarkan cara berbeda untuk berpartisipasi di pasar. Keduanya bisa menguntungkan, tetapi perbedaan mekanisme dan karakteristik membuat pengalaman investasi setiap orang tidak selalu sama.
ETF adalah instrumen investasi berbentuk reksa dana yang diperdagangkan di bursa seperti saham. Isinya adalah portofolio efek yang mengikuti indeks acuan. Di Indonesia, contohnya ETF LQ45 (XIIT), ETF IDX30 (XIIT30), atau ETF SRI-KEHATI (XISR) yang fokus pada saham berkelanjutan.
Saham, di sisi lain, merepresentasikan kepemilikan langsung terhadap suatu perusahaan. Membeli saham berarti memiliki bagian dari perusahaan tersebut, termasuk hak atas dividen jika dibagikan. Pergerakan harga saham sepenuhnya bergantung pada kinerja dan prospek bisnis perusahaan itu sendiri.
Cara Kerja
ETF bekerja dengan menggabungkan dana dari banyak investor untuk membeli sekumpulan aset sesuai indeks yang diikuti. Nilai ETF akan bergerak mengikuti kinerja gabungan aset tersebut, sehingga risikonya lebih tersebar dibanding hanya membeli satu saham individual.
Proses pembelian ETF mirip membeli saham di bursa. Investor hanya perlu menggunakan broker dan memasukkan kode ETF yang diinginkan, misalnya XISR untuk saham-saham berorientasi lingkungan atau XIIT untuk saham-saham berkapitalisasi besar dalam indeks LQ45.
Berbeda dengan ETF, saham pergerakannya dipengaruhi oleh kondisi fundamental perusahaan. Misalnya, laporan laba rugi, strategi ekspansi, atau sentimen pasar. Perubahan kecil pada prospek bisnis perusahaan bisa langsung memicu lonjakan atau penurunan harga saham secara tajam.
Risiko dan Volatilitas
ETF cenderung memiliki risiko lebih rendah dibanding saham individual karena diversifikasi aset di dalamnya. Penurunan harga satu saham di portofolio dapat diimbangi oleh kenaikan saham lain. Fluktuasinya cenderung lebih terkendali, meskipun tetap mengikuti tren pasar.
Meski begitu, ETF tetap bisa turun jika mayoritas aset di dalamnya melemah. Contohnya, ETF berbasis indeks sektor teknologi akan terkoreksi jika seluruh saham teknologi di bursa sedang tertekan. Diversifikasi membantu, tetapi tidak bisa menghilangkan risiko sepenuhnya.
Saham memiliki risiko lebih tinggi karena bergantung pada kinerja satu perusahaan. Jika perusahaan menghadapi masalah besar, nilai sahamnya bisa merosot tajam. Namun, potensi keuntungan juga bisa jauh lebih besar jika kinerja dan prospek bisnisnya meningkat signifikan.
Pilihan untuk Investor
ETF cocok bagi investor yang ingin eksposur ke banyak saham sekaligus tanpa harus membeli satu per satu. Instrumen ini efisien untuk strategi jangka panjang, misalnya membeli ETF LQ45 yang mencerminkan 45 saham terlikuid di Bursa Efek Indonesia.
Bagi investor yang aktif dan siap mengambil risiko, saham bisa memberikan peluang keuntungan signifikan. Pemilihan saham yang tepat memerlukan riset mendalam, pemahaman industri, serta kemampuan membaca tren dan momentum pasar yang cepat berubah.
Sebagian investor memilih menggabungkan keduanya. ETF untuk portofolio inti yang stabil, sementara saham untuk peluang pertumbuhan agresif. Pendekatan ini memberi keseimbangan antara kestabilan nilai investasi dan potensi imbal hasil yang lebih tinggi.
Cara Membeli
Baik ETF maupun saham dapat dibeli melalui perusahaan sekuritas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Investor perlu membuka rekening efek terlebih dahulu, lalu melakukan deposit dana sebelum mulai bertransaksi di platform perdagangan yang disediakan sekuritas.
Setelah rekening aktif, pembelian dilakukan lewat aplikasi atau situs resmi broker. Cukup ketik kode saham atau ETF yang diinginkan, masukkan jumlah lot, lalu konfirmasi transaksi. Prosesnya mirip membeli barang di e-commerce, hanya saja yang dibeli adalah instrumen investasi.
Beberapa sekuritas besar di Indonesia, seperti Mirae Asset Sekuritas, Mandiri Sekuritas, atau Indo Premier Sekuritas, menyediakan layanan transaksi untuk keduanya. Investor bisa memantau harga secara real-time dan menjual kembali kapan saja selama jam perdagangan bursa.

Alvin Bagaskara
Editor
