Pendapatan MIND ID Melejit 63 Persen, Laba Hanya Naik Tipis Gara-Gara Freeport Tersandung
- MIND ID catat pendapatan Rp95,39 triliun (+63%), tapi laba bersih cuma naik 6,54% jadi Rp19,85 triliun akibat kinerja Freeport yang merosot.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Rapor keuangan holding BUMN Industri Pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID, untuk semester pertama 2025 menyajikan sebuah paradoks yang sangat tajam. Di satu sisi, pendapatan perusahaan 'meledak' hingga 63,41% menjadi Rp95,39 triliun. Namun di sisi lain, laba bersihnya justru hanya tumbuh 'secuil' sebesar 6,54% menjadi Rp19,85 triliun.
Fenomena di mana pertumbuhan pendapatan tidak sejalan dengan laba ini tentu memicu pertanyaan besar: ke mana perginya 'cuan' dari ledakan pendapatan tersebut? Ternyata, jawabannya terletak pada kinerja 'anak emas' utamanya, PT Freeport Indonesia (PTFI), yang sedang tidak baik-baik saja.
Lantas, apa sebenarnya yang terjadi di 'dapur' Freeport dan bagaimana dampaknya terhadap kinerja MIND ID secara keseluruhan? Mari kita bedah tuntas.
1. 'Biang Kerok' Utama: Setoran Cuan dari Freeport Anjlok
'Biang kerok' utama di balik melambatnya pertumbuhan laba MIND ID adalah anjloknya setoran keuntungan dari PT Freeport Indonesia. Sebagai kontributor terbesar, bagian laba bersih dari Freeport yang masuk ke kantong MIND ID tercatat turun 15,74% menjadi Rp15,11 triliun.
Penurunan signifikan inilah yang menjadi pemberat utama, yang membuat ledakan pendapatan MIND ID seolah tidak ada artinya bagi bottom line. Tanpa adanya tekanan dari Freeport, pertumbuhan laba MIND ID seharusnya bisa jauh lebih tinggi.
2. Bedah 'Dapur' Freeport: Produksi & Penjualan Emas-Tembaga Longsor
Lalu, kenapa setoran dari Freeport bisa anjlok? Jawabannya terletak pada kinerja operasionalnya yang sedang 'longsor'. Laba bersih Freeport sendiri pada semester I-2025 tercatat turun 18,43% menjadi US$1,79 miliar.
Penurunan ini disebabkan oleh anjloknya volume produksi dan penjualan. Produksi tembaga Freeport anjlok -29,72%, sementara penjualan tembaga juga ikut turun -11,68%. Kondisi lebih parah terjadi di segmen emas.
Produksi emas Freeport bahkan anjlok lebih dalam hingga -39,41% menjadi hanya 595.000 ons. Di saat yang sama, penjualan emas juga ikut terkoreksi -30,11%. Penurunan volume inilah yang tidak mampu ditutupi oleh kenaikan tipis harga jual rata-rata komoditas.
3. Beban Pokok yang Ikut Meledak
Selain tekanan dari Freeport, perlambatan laba MIND ID juga disebabkan oleh struktur biayanya sendiri. Di saat pendapatan meroket 63,41%, beban pokok pendapatan ternyata juga ikut 'meledak' 63,32% menjadi Rp82,32 triliun.
Artinya, hampir seluruh kenaikan pendapatan yang berhasil diraih, habis 'terbakar' untuk menutupi kenaikan beban pokok. Inilah yang membuat laba kotor perusahaan, meskipun tumbuh, tidak mampu memberikan dorongan yang signifikan bagi laba bersihnya.
4. Kondisi Neraca Keuangan
Dari sisi neraca keuangan, total aset MIND ID per Juni 2025 tercatat sebesar Rp298,16 triliun. Angka ini sebenarnya sedikit turun dari posisi kuartal sebelumnya, namun masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2024.
Satu hal yang perlu dicermati adalah kenaikan pada pos liabilitas atau utang, yang kini mencapai Rp140,82 triliun. Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan pinjaman bank jangka pendek dan adanya utang dividen yang harus dibayarkan.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, rapor keuangan MIND ID ini adalah pelajaran penting untuk tidak hanya melihat angka pendapatan. Ledakan pendapatan sebesar 63% memang terlihat sangat impresif, namun ternyata tidak selalu berarti keuntungan yang sama besarnya.
Ini menunjukkan betapa besarnya ketergantungan MIND ID pada kinerja operasional satu aset utamanya, yaitu Freeport. Ke depan, kemampuan MIND ID untuk mendorong efisiensi di Freeport dan mengelola beban pokoknya akan menjadi kunci utama untuk bisa mencatatkan pertumbuhan laba yang lebih sehat.

Alvin Bagaskara
Editor
