Tren Pasar

Pasar Panik: IHSG Terkoreksi Tajam, Rupiah Melemah, Emas Jadi Pelarian

  • IHSG longsor ke 7.847 usai euforia rekor, dipicu gejolak demo buruh dan tewasnya ojol. Rupiah tertekan, emas jadi pelarian di tengah ketidakpastian politik.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 1.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Euforia pasar saham Indonesia yang baru saja menorehkan rekor tertinggi sepanjang masa, ternyata tidak bertahan lama. Pada perdagangan Jumat, 29 Agustus 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung dibuka melemah tajam hingga terperosok ke titik terendah sepekan terakhir di level 7.847.

Tekanan jual besar-besaran tersebut bukanlah akibat faktor ekonomi, melainkan imbas gejolak politik di jantung ibu kota. Gelombang aksi buruh yang digelar di depan Gedung DPR RI pada Kamis, 28 Agustus 2025, awalnya berjalan damai, namun situasi berbalik panas.

Situasi pasar semakin genting setelah beredar kabar duka seorang driver ojek online tewas dalam insiden semalam. Tragedi tersebut kemudian memicu gelombang demonstrasi lanjutan di berbagai titik Jakarta pada hari ini, sehingga menambah tekanan kuat terhadap sentimen pasar dan pelemahan IHSG.

1. Kontras Tajam: Dari Pesta Pora ke Aksi Jual

Kondisi pasar hari ini berbanding terbalik 180 derajat dengan euforia yang terjadi kemarin. Pada Kamis, 28 Agustus 2025, IHSG berhasil ditutup pada level rekor tertinggi barunya di 7.952,09, setelah pada sesi siangnya sempat menyentuh level 8.022,76.

Namun, pesta pora tersebut sirna dalam semalam. Pagi ini, papan perdagangan didominasi oleh warna merah, di mana 475 saham bergerak turun, sementara hanya 113 saham yang mampu bertahan di zona hijau, menunjukkan sentimen pasar yang berbalik arah.

Nilai transaksi pagi ini pun sangat tinggi, mencapai Rp5,6 triliun hanya dalam setengah jam pertama perdagangan. Volume yang masif ini mengindikasikan adanya kepanikan dan keinginan investor untuk segera keluar dari pasar guna menghindari risiko yang lebih besar.

2. Pasar Apatis, Rupiah dan IHSG Tertekan

Pengamat Pasar Modal, Ibrahim Assuaibi, menilai serangkaian peristiwa ini membuat pasar menjadi apatis terhadap kondisi politik domestik. Insiden yang memakan korban jiwa, ditambah isu-isu lain seperti tunjangan DPR, membuat situasi semakin panas.

Akibatnya, pasar merespon dengan aksi jual di berbagai aset. Rupiah mengalami pelemahan tajam hampir 85 poin ke level Rp16.433. Sementara itu, IHSG juga ikut terkoreksi hingga menyentuh level 7.897. Ibrahim bahkan melihat potensi pelemahan lebih lanjut jika gejolak politik ini terus berlanjut. 

Menurutnya, Indeks Harga Saham Gabungan juga turun di bawah ke level 7.897 atau terkoreksi sekitar 0,96%, "dengan potensi penurunan hingga 3 persen," kata Ibrahim dalam keterangannya pada Jumat, 29 Agustus 2025.

3. Di Tengah Badai, Emas Justru Jadi Penyelamat

Di tengah tekanan jual yang melanda pasar saham dan mata uang, emas justru tampil sebagai penyelamat. Harga emas dunia tadi malam berhasil mencapai level tertinggi baru di atas US$3.423 per troy ons seiring investor yang beralih ke aset aman.

Pelemahan Rupiah juga ikut mendorong harga logam mulia domestik. Ibrahim memprediksi harga emas lokal berpotensi mendekati Rp2.000.000 per gram, bahkan bisa menembus Rp2.150.000 pada akhir tahun jika ketidakpastian terus berlanjut.

Namun, ia tetap memberikan peringatan. Eskalasi demonstrasi yang lebih besar, apalagi dengan adanya korban jiwa, berpotensi memperpanas situasi. "Pemerintah, kepolisian, dan TNI harus tetap waspada karena unjuk rasa kemungkinan besar akan terus berlanjut," tutupnya.

4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, gejolak politik dan sosial seperti ini adalah sinyal risiko tingkat tinggi. Ketidakpastian mengenai stabilitas keamanan dan potensi gangguan terhadap aktivitas bisnis membuat investor, terutama asing, cenderung untuk menarik dananya dari pasar.

Pelemahan IHSG hari ini adalah cerminan langsung dari kekhawatiran tersebut. Untuk saat ini, strategi yang paling bijak adalah wait and see atau mengamati dari pinggir lapangan, terutama untuk aset-aset berisiko seperti saham.

Di tengah badai ini, emas kembali membuktikan perannya sebagai 'pelabuhan aman' (safe haven). Investor yang mencari perlindungan nilai cenderung beralih ke logam mulia, yang harganya justru menguat di saat pasar saham dan mata uang sedang bergejolak.