Meneropong Harta Karun Dana Murah BBRI, BBCA, sampai BMRI, Siapa Jawara?
- Di tengah suku bunga tinggi, empat bank terbesar Indonesia berlomba mengumpulkan dana murah (CASA). BMRI unggul dalam pertumbuhan DPK, sementara BBCA dominan dengan rasio CASA tertinggi.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Di tengah tantangan ekonomi, para raksasa perbankan Indonesia justru menunjukkan kekuatan likuiditas yang luar biasa. Laporan keuangan semester pertama 2025 mengungkap adanya 'perang' senyap dalam mengumpulkan 'harta karun' utama perbankan: Dana Pihak Ketiga (DPK), terutama dana murah atau CASA.
Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan biaya rendah adalah kunci profitabilitas di era suku bunga tinggi. Rapor kali ini menunjukkan adanya perbedaan strategi dan keberhasilan di antara empat bank terbesar: BBCA, BMRI, BBNI, dan BBRI.
Lantas, siapa yang berhasil menjadi 'raja' pengumpul dana murah dan bagaimana potret likuiditas mereka saat ini? Mari kita bedah tuntas.
1. Sang Juara: Bank Mandiri (BMRI)
Gelar juara dalam adu kuat pengumpulan DPK kali ini jatuh kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Bank ini berhasil mencatatkan pertumbuhan DPK paling kencang, yaitu naik 10,75% secara tahunan menjadi Rp1.828,48 triliun.
Kunci keberhasilannya terletak pada pertumbuhan dana murah (CASA) yang juga meroket 11,31% menjadi Rp1.156,31 triliun. Porsi CASA yang mencapai 63% dari total DPK menunjukkan keberhasilan strategi transaksional bank ini.
2. Posisi Kedua: BCA (BBCA) dengan Dominasi CASA Tertinggi
Meskipun pertumbuhan DPK-nya tidak sekencang Bank Mandiri, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menunjukkan kualitas pendanaan yang superior. DPK BCA tumbuh solid 5,7% menjadi Rp1.190 triliun.
'Harta karun' sesungguhnya terletak pada komposisinya. Porsi dana murah (CASA) BCA mencapai 82,5% dari total DPK, rasio tertinggi di antara para pesaingnya. Dana murah yang tumbuh 7,3% menjadi Rp982 triliun adalah 'benteng' likuiditas yang sangat kokoh.
3. BBRI dan BBNI yang Menyusul
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga menunjukkan kinerja pendanaan yang kuat. DPK-nya tumbuh 5,35% menjadi Rp1.456,99 triliun. Sama seperti para pesaingnya, pertumbuhan ini didominasi oleh dana murah yang naik 9,30% menjadi Rp957,93 triliun.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan pertumbuhan DPK yang lebih moderat. Total DPK yang berhasil dihimpun tumbuh tipis 0,06% menjadi Rp909,63 triliun, menunjukkan adanya tantangan yang lebih besar dalam persaingan dana.
4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, data DPK dan CASA adalah indikator kesehatan bank yang sangat penting. Kemampuan Bank Mandiri dan BCA untuk terus menumbuhkan dana murah di tengah persaingan ketat menunjukkan kekuatan franchise dan ekosistem digital mereka.
Fondasi dana murah yang kokoh ini akan menjadi 'bantalan' yang sangat tebal bagi profitabilitas bank di semester kedua. Bank dengan porsi CASA yang besar akan lebih mampu menahan tekanan dari kenaikan suku bunga dan menjaga margin keuntungan tetap sehat.

Alvin Bagaskara
Editor
