Kinerja ADMR Tertekan, Smelter Aluminium Raksasa Jadi Harapan Baru
- ADMR kebut proyek smelter aluminium raksasa di Kalimantan Utara, target beroperasi akhir 2025 dengan kapasitas awal 500 ribu ton.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Entitas PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR), membeberkan progres terbaru dari proyek masa depannya: pembangunan smelter aluminium raksasa di Kalimantan Utara. Proyek ini akan menjadi mesin uang baru yang sangat signifikan bagi Grup Adaro.
Meskipun kinerja fundamental ADMR pada semester I-2025 sedang tertekan akibat anjloknya harga batu bara, perusahaan secara agresif terus mengebut penyelesaian proyek strategis ini. Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa transformasi bisnis Grup Adaro terus berjalan sesuai dengan rencana.
Lantas, seberapa besar skala pembangunan smelter aluminium di Kalimantan Utara ini? Bagaimana progres aktual penyelesaiannya di tengah tantangan kinerja fundamental yang sedang menekan ADMR?
1. Mesin Uang Baru Bernama Smelter Aluminium
Proyek smelter aluminium yang dibangun melalui anak usaha ADMR, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), diperkirakan akan mulai beroperasi secara bertahap pada akhir tahun 2025. Smelter ini berlokasi di kawasan industri strategis di provinsi Kalimantan Utara.
Langkah ini menandai salah satu diversifikasi bisnis terbesar yang pernah dilakukan oleh Grup Adaro. Transformasi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bisnis batu bara dan masuk ke industri metal dan mineral yang lebih hilir dan bernilai tambah tinggi.
Sekretaris Perusahaan ADMR, Mahardika Putranto, mengonfirmasi bahwa KAI akan fokus pada produksi ingot aluminium. Ini adalah langkah besar yang akan mengubah peta bisnis ADMR dari sekadar penambang menjadi produsen metal industri modern.
2. Skala Produksi Raksasa
Proyek smelter aluminium ini dirancang dengan skala yang sangat masif. Mahardika menjelaskan bahwa pada fase pertama saja, smelter ini diproyeksikan akan memiliki kapasitas produksi hingga 500.000 ton aluminium ingot per tahun, sebuah volume yang sangat besar.
Namun, itu baru permulaan. Kapasitas produksi ini rencananya akan terus ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai 1,5 juta ton aluminium ingot per tahun. Ekspansi ini akan dibagi dalam beberapa fase pengembangan di tahun-tahun berikutnya untuk memenuhi permintaan.
Proyeksi kapasitas produksi yang besar ini menunjukkan ambisi perusahaan untuk menjadi pemain utama. “Pada fase pertama, smelter aluminium ini diproyeksikan akan memiliki kapasitas produksi sampai 500.000 ton aluminium ingot per tahun,” terang Mahardika dalam keterbukaan informasi, Rabu, 17 September 2025.
3. Progres Konstruksi yang Terus Dikebut
Hingga kuartal kedua 2025, progres pembangunan di lapangan terus dikebut dan menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pekerjaan struktur baja utama di area smelter dilaporkan telah hampir rampung sepenuhnya, menandakan proyek berjalan sesuai jadwal yang diharapkan.
Saat ini, fokus pekerjaan telah beralih ke konstruksi bangunan dan pemasangan peralatan-peralatan utama. Ini mencakup instalasi di area potroom, sistem anoda, serta berbagai fasilitas pendukung lainnya yang krusial untuk operasional smelter.
Di area dermaga atau jetty, peralatan utama seperti alat bongkar muat juga telah berhasil dipasang. Pekerjaan kini dilanjutkan dengan pemasangan sistem kelistrikan dan perkabelan untuk memastikan dermaga siap beroperasi dan terintegrasi dengan smelter.
4. Rapor Keuangan Semester I-2025
Di balik progres proyek raksasa ini, kinerja keuangan ADMR pada semester I-2025 memang sedang tertekan. Laba bersih perusahaan tercatat sebesar US$140,49 juta atau sekitar Rp2,28 triliun, anjlok 43,52% dari periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh anjloknya pendapatan usaha sebesar 26,87% menjadi US$443,94 juta. Pelemahan harga komoditas batu bara menjadi penyebab utama dari terkoreksinya kinerja keuangan perusahaan pada paruh pertama tahun ini.
Meskipun begitu, ada sinyal positif dari sisi operasional. Volume produksi ADMR pada periode yang sama justru berhasil naik 16% secara tahunan menjadi 3,47 juta ton, menunjukkan bahwa mesin produksi perusahaan sebenarnya tetap berjalan kencang.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, serangkaian informasi ini menyajikan sebuah dilema klasik. Di satu sisi, ada tekanan jangka pendek pada kinerja keuangan akibat anjloknya harga batu bara, yang menjadi risiko yang perlu diwaspadai oleh para pelaku pasar.
Namun di sisi lain, ada cerita pertumbuhan jangka panjang yang sangat menarik dari proyek smelter aluminium. Progres konstruksi yang berjalan sesuai jadwal memberikan kepastian mengenai akan hadirnya mesin uang baru yang akan menopang kinerja ADMR.
Keberhasilan manajemen dalam mengeksekusi proyek smelter ini sesuai target waktu akan menjadi katalis utama yang paling dinanti-nantikan oleh pasar. Ini adalah pertaruhan besar yang akan menentukan arah pergerakan saham ADMR dalam beberapa tahun ke depan.

Alvin Bagaskara
Editor
