Tren Pasar

Han Arming Hanafia, Arsitek Senyap di Balik Imperium Data Center Indonesia

  • Profil Han Arming Hanafia, salah satu pendiri DCI Indonesia (DCII) dengan kekayaan triliunan. Ungkap perjalanannya dari pionir internet hingga menjadi arsitek data center terbesar.
202106211547-main.jpg
PT DCI Indonesia Tbk (DCII) (Dok/Ist)

JAKARTA - Di panggung teknologi Indonesia, Han Arming Hanafia adalah kekuatan senyap di balik PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Meski rendah profil, perannya sebagai salah satu pendiri sangat krusial dalam membangun infrastruktur digital yang menjadi andalan utama bagi ekonomi bangsa saat ini.

Bersama Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman, ia membentuk trio visioner. Kolaborasi jangka panjang mereka melahirkan DCI, yang kini berfungsi sebagai tulang punggung vital untuk seluruh ekosistem digital Indonesia, memastikan stabilitas dan pertumbuhan di era modern ini.

Kemitraan mereka teruji sejak 1985 di Bank Bali, berlanjut di Sigma Cipta Caraka. Di sanalah pemahaman mendalam mereka tentang kebutuhan teknologi korporasi ditempa, menjadi fondasi kuat untuk setiap langkah bisnis yang mereka ambil di masa depan kelak.

Pada 1994, mereka mendirikan PT Indointernet (EDGE), sebuah langkah revolusioner di masanya. Sebagai pionir penyedia internet, mereka membuka gerbang digital bagi Indonesia. Namun, pada Desember 2023, Han Arming Hanafia tercatat telah melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya di EDGE.

DCI Indonesia lahir pada 2011 sebagai jawaban atas ledakan data digital. Pertumbuhan pesat e-commerce dan pengguna ponsel pintar menciptakan kebutuhan masif akan sebuah "rumah" yang aman dan terpercaya untuk menampung seluruh aset data digital tersebut di Indonesia.

DCI dibangun dengan standar tertinggi sebagai pusat data Tier IV pertama di Asia Tenggara. Ini menjamin keandalan maksimal dan redundansi penuh, memberikan rasa aman bagi para raksasa teknologi global yang mempercayakan data krusial mereka pada infrastruktur canggih milik DCI.

Valuasi Fantastis dan Kekuatan di Balik Layar

Sebagai pilar utama, Han Arming Hanafia memegang porsi saham yang sangat signifikan. Kepemilikannya tercatat sebesar 14,11% atau 336.352.227 lembar saham, yang menjadi sumber utama dari kekayaan sekaligus pengaruh strategisnya di dalam internal perusahaan teknologi itu.

Mengacu harga saham per 24 Juli 2025 di level R 347.000, nilai portofolionya mencapai Rp116,7 triliun. Angka fantastis ini mengukuhkan posisinya secara konsisten dalam daftar orang terkaya Indonesia yang dirilis oleh majalah Forbes setiap tahunnya.

Kehadiran DCI juga menjadi elemen penting kedaulatan digital bangsa. Dengan fasilitas lokal kelas dunia, ketergantungan pada pusat data asing berkurang, memastikan data strategis Indonesia tetap aman dan tersimpan di dalam negeri untuk kepentingan nasional di masa depan.

Han Arming Hanafia adalah personifikasi dari silent power sejati. Warisannya bukanlah sekadar kekayaan, melainkan fondasi kokoh yang ia bantu bangun, di mana di atasnya kini berdiri kokoh seluruh pilar masa depan digital Indonesia yang terus berkembang pesat.