Dihantam Pelemahan Otomotif, Begini Jurus Astra (ASII) Jaga Kinerja
- Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) pada semester I-2025 tertekan akibat lesunya penjualan otomotif dan turunnya harga komoditas. Meski laba bersih terkoreksi tipis, manajemen tetap optimistis dengan strategi diversifikasi dan investasi baru untuk menopang pertumbuhan.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Konglomerasi raksasa PT Astra International Tbk (ASII) melaporkan kinerja keuangan yang berada di bawah tekanan pada semester I-2025. Laba bersih emiten papan atas ini tercatat mengalami koreksi tipis di tengah tantangan berat yang menghantam dua pilar bisnis utamanya.
Pelemahan ini terjadi akibat lesunya penjualan di segmen otomotif serta menurunnya harga komoditas yang berdampak pada lini bisnis alat berat. Meskipun demikian, manajemen Astra tetap menunjukkan optimisme dan telah menyiapkan serangkaian strategi untuk menghadapi sisa tahun ini.
Lantas, bagaimana prospek ASII di tengah dinamika pasar saat ini? Mari kita bedah tuntas rapor kinerja keuangannya serta strategi yang disiapkan manajemen untuk menjaga pertumbuhan di masa depan.
1. Rapor Keuangan ASII: Laba Bersih Terkoreksi Tipis
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, ASII membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp15,51 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan tipis sebesar 2,15% secara tahunan (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp15,85 triliun.
Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro, mengakui adanya tekanan pada beberapa sektor bisnis yang menjadi penyebab utama penurunan kinerja laba perseroan pada paruh pertama tahun ini.
2. Dua Pilar Utama Lesu: Otomotif dan Alat Berat
Kinerja ASII terbebani oleh dua segmen bisnis utamanya. Lini bisnis otomotif mencatatkan penurunan kontribusi laba sebesar 8% YoY menjadi Rp5,3 triliun. Pelemahan ini sejalan dengan anjloknya penjualan mobil Astra sebesar 12,98% YoY menjadi 201.633 unit.
Tekanan serupa datang dari lini bisnis alat berat, pertambangan, dan energi yang dijalankan PT United Tractors Tbk. (UNTR). Laba bersih dari divisi ini merosot 15% YoY menjadi Rp5 triliun, terutama disebabkan oleh harga komoditas global yang kurang menguntungkan.
3. Optimisme Manajemen di Tengah Tantangan
Meskipun menghadapi tantangan berat, manajemen Astra tetap optimistis dapat melalui sisa tahun 2025 dengan baik. Kunci utamanya terletak pada portofolio bisnis perseroan yang sangat terdiversifikasi, yang diyakini mampu menopang kinerja secara keseluruhan.
"Untuk sisa 2025 kami berharap bisa bertahan. Kami optimistis dengan portofolio terdiversifikasi, jadi bisa mencatatkan kinerja yang baik," ujar Djony dalam konferensi pers public expose yang digelar Rabu, 27 Agustus 2025.
4. Strategi ke Depan: Investasi Baru dan Proyeksi Pemulihan
Manajemen tidak hanya fokus bertahan, tetapi juga telah menyiapkan langkah strategis jangka panjang. Salah satunya adalah dengan terus melakukan investasi di area-area bisnis baru untuk mendorong pertumbuhan di masa depan, di samping memperkuat lini bisnis inti yang sudah ada.
Perseroan juga memproyeksikan kondisi akan membaik pada 2026. "Perekonomian membaik, daya beli membaik, diharapkan terjadi pemulihan pasar mobil nasional yang mulai membaik," kata Djony. Proyeksi ini menjadi sinyal positif bagi pemulihan kinerja perseroan ke depan.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Kinerja ASII menunjukkan bahwa bahkan emiten konglomerasi dengan fundamental kuat tidak kebal terhadap tekanan ekonomi makro. Pelemahan daya beli dan fluktuasi harga komoditas menjadi risiko nyata yang menekan kinerja jangka pendek.
Namun, kuncinya bagi investor adalah melihat melampaui tantangan tersebut, dan tampaknya pasar sependapat. Di tengah tekanan pada laporan keuangan, investor asing justru menunjukkan kepercayaan tinggi dengan melakukan aksi borong (net buy) saham ASII senilai Rp1,65 triliun dalam sebulan terakhir, yang turut mendorong harga sahamnya melesat +11,94% ke level Rp5.625.
Sentimen positif ini diperkuat oleh pandangan analis. Mandiri Sekuritas menyematkan rekomendasi "Beli" dengan target harga optimistis di level Rp6.350. Ini mengindikasikan bahwa prospek jangka panjang ASII, yang ditopang strategi diversifikasi dan komitmen investasi, tetap menjadi pegangan utama yang dinilai menarik oleh para pelaku pasar.

Alvin Bagaskara
Editor
